Siul-siul di Sungai Ini, Reptil Ganas ini Langsung Nongol
Bersinggungan langsung dengan binatang reptil seperti buaya mungkin terasa asing bagi masyarakat awam
POSBELITUNG.COM, MUSIRAWAS - Bersinggungan langsung dengan binatang reptil seperti buaya mungkin terasa asing bagi masyarakat awam, namun tidak bagi masyarakat Desa Q2 Wonorejo, Kecamatan Tugumulyo kabupaten Musirawas (Mura), kemuculan buaya di musim banjir merupakan hal yang biasa.
Menurut Samsul (22) salah satu warga yang menjaga tambak ikan di sekitar Sungai Ketuan, kemunculan buaya di dekat tambaknya merupakan hal yang biasa, bahkan sudah hampir setiap hari dirinya selalu bersentuhan dengan binatang buas tersebut.
"Tiap hari saya buang ikan yang mati di sungai ini, biasanya buayanya muncul, kadang jumlahnya tiga dan kadang juga empat ekor," ujarnya seraya mengajak Tribun menuju lokasi buaya muncul.
Meskipun tambak ikan Samsul hanya dipisahkan besi bronjong saja, namun dirinya tidak khawatir kalau buaya Muara bermoncong lancip itu akan mengganggu, bahkan jarak saat dirinya membuang ikan dengan buaya hanya beberapa meter saja.
"Buaya itu sering muncul saat musim banjir, dan saat kita membuang ikan, waktunya pagi, siang, sore, tapi tidak mengganggu malahan seperti teman sendiri," ujarnya sembari bersiul-siul memanggil buaya.
Ketika mendengar siulan berulang-ulang tiba-tiba buaya warna hitam sekitar panjang lima meter tiba-tiba muncul di permukaan beberapa kali.
"Nah itu cuma satu biasanya kawannya banyak, ada hitam, kuning, dan abu-abu, namun yang paling besar warna hitam bahkan ukurannya mencapai lima meter lebih," ungkap pemuda berbadan gelap tersebut.
Sementara Sanudin (45) orang tua dari Samsul mengatakan sebenarnya buaya di daerah sungai Ketuan masih banyak bahkan jumlahnya mencapai 20 ekor lebih yang sering muncul saat-saat musim banjir tiba.
"Kadang kalau muncul itu jumlahnya puluhan, tapi tidak mengganggu malahan tidak pernah masuk tambak," ujarnya.
Ketika disinggung apakah buaya-buaya tersebut pernah mengganggu masyarakat sekitar, Sanudin mengatakan kalau seumur hidup baru dua kali warga diserang buaya di sini.
"Pertama tiga tahun silam, namun seminggu yang lalu ada warga yang diserang buaya, karena warga tersebut congkak, dirinya tidak takut diserang buaya, lalu tiba mucul buaya lima meter menyerang kaki warga tersebut beruntung masih bisa di selamatkan warga sekitar," ceritanya.
Sebelum mengakhiri pembicaraan, Sanudin mengatakan sebenarnya buaya itu tidak mengganggu asalkan habitat mereka jangan diganggu dan jangan congkak.
"Dari pertama masuk daerah sini kami sudah diingatkan jangan congkak, bahkan biarkan kalau ada buaya muncul, kalau ada ikan mati dilempar saja, mudah-mudahan tidak mengganggu," tandasnya.
Sementara Sekretaris Dinas Kehutanan (Dishut) Kabupaten Mura Tri Retriyanto mengatakan habitat buaya memang masih banyak di kabupaten Mura, tersebar di lima muara aliran sungai, yakni Sungai Ketuan, Lakitan, Lesing, Musi, dan Megang.
"Yang jelas biasanya buaya itu muncul saat air meluap dan musim kemarau, karena mereka mengikuti arus sungai dan mencari makan," ujarnya saat dihubungi Tribunsumsel.
Namun selama ini konflik buaya jarang sekali terjadi, pasalnya, asalkan habitat mereka tidak diganggu, ditambah lagi, jangan ada penangkapan ikan dengan cara menyetrum atau putas.
"Laporan kepada kita orang-orang yang kontak dengan buaya itu karena habitat mereka diganggu, kalau tidak diganggu, otomatis aman-aman saja," singkatnya.
