Bripka Iwan Dijadikan Saksi Hidup Pembunuhan Temannya, Sengaja Dibuat Setengah Mati
Masih ingat dengan sosok Bripka Iwan Sarjana? Satu-satunya sandera napi teroris Mako Brimob, Kelapa Dua
POSBELITUNG.CO, JAKARTA -- Masih ingat dengan sosok Bripka Iwan Sarjana? Satu-satunya sandera napi teroris Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok yang disandera selama hampir 36 jam.
Sama seperti sandera lainnya, ia diikat dan disiksa oleh para napi teroris yang menguasai blok tahanan saat itu, Selasa (8/5/2018).
Saat beberapa temannya yang lain tewas dengan cara sadis, Bripka Iwan justru masih diberi kesempatan dan jadi saksi hidup kejamnya perlakuan para napiter tersebut.
Iwan memang sengaja dibiarkan setengah mati biar menjadi saksi kematian teman-temannya.
Iwan juga diminta menyampaikan pesan dari napi teroris kepada dunia.
Baca: Pensiunan Guru Ini Kalap Lalu Bunuh Wanita Muda Ini, Gegaranya Sepele
Bripka Iwan pun membagikan kesaksiannya melalui video yang direkam di rumah sakit, dengan kondisi tubuhnya yang masih lemah dan dipenuhi perban.
Dilihat dari video yang diunggah pada saluran Youtube Indonesia Lawyers Club tvOne, Selasa (15/5/2018), Bripka Iwan tampak menjelaskan kejadian itu dengan lancar.
Ia mengawali video itu dengan menceritakan suasana saat dirinya tengah disandera.
"Saat disandera, saya ditutup mata saya, tidak bisa melihat tidak bisa bergerak, kaki diikat tangan diikat," ujarnya.
Lebih lanjut, Iwan menceritakan apa yang ia dengar dari para napi teroris yang menyanderanya, bahwa rekannya sudah dieksekusi karena menolak diinterogasi.
"Saya mendengar salah satu teroris itu bicara, di situ ada temanmu, adekmu yang masih muda itu, saya eksekusi, saya interogasi tidak mau, dia meminta langsung saja ditembak mati daripada saya diinterogasi, seperti itu," jelasnya.
Baca: Lucinta Luna Unggah Foto :Berhijab Sudah Hijrah atau Selama Bulan Ramadan Aja?
Bripka Iwan juga mengatakan dirinya tidak mengenal siapa teroris yang berbicara seperti itu.
"Saya tidak kenal karena saya ditutup mata saya, tidak mengenalinya," kata dia.
Selanjutnya, Bripka Iwan menceritakan suasana di Mako Brimob saat itu yang begitu mencekam.
"Sangat mencekam sekali, di antara hidup dan mati," ujarnya.
"Saya ingat keluarga saya di rumah, saya nggak akan pernah bertemu lagi dengan mereka," tambahnya.
Namun dalam suasana di antara hidup dan mati itu, rupanya Bripka Iwan masih menyimpan harapan dirinya bisa selamat.
"Terus saya berharap ada yang membebaskan saya, dari pimpinan, dari rekan-rekan semua, mengetahui kalau di dalam itu masih ada anggotanya yang masih hidup, itu saja yang saya berharap dan berdoa sama Allah. Agar pimpinan memikirkan ke depan seperti apa langkah-langkah terhadap saya, sampai akhirnya saya dibebaskan," kenangnya.