Alur Sungai Manggar Cepat Dangkal
Alur pelayaran menuju ke Pelabuhan ASDP Manggar harus dilakukan survei awal untuk mengetahui kondisinya secara detail.
Penulis: Dede Suhendar |
Laporan Wartawan Pos Belitung Dede Suhendar
POSBELITUNG.COM, BELITUNG TIMUR - Kecepatan sedimentasi dan adanya pusaran air di Muara Sungai Manggar menyebabkan Kapal Motor Penumpang (KMP) Menumbing Raya harus mengakhiri tugasnya melayani penyeberangan rute Manggar-Ketapang, Kalimantan Barat.
Kapal jenis roll in-roll out (ro-ro) dengan bobot 526 gross ton (GT) tidak dapat masuk ke Pelabuhan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Manggar yang berlokasi di Sungai Manggar. Kolam pelabuhan minimal memiliki draf 2,8 meter baru kapal sebesar ini dapat masuk ke pelabuhan.
Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Kelas I Manggar, Capt Bintang Novi M Mar M MTr mengatakan, alur pelayaran menuju ke Pelabuhan ASDP Manggar harus dilakukan survei awal untuk mengetahui kondisinya secara detail.
"Dari hasil survei awal itu lah nanti bisa dijadikan dasar untuk mencari solusi terbaik. Misalnya terkait berapa lama alur bisa bertahan setelah dikeruk dan berapa biaya yang akan dikeluarkan," kata Capt Bintang Novi kepada posbelitung.com via telepon, Jumat (23/10/2015).
Menurutnya, hasil survei awal ini juga menjadi pertimbangan kelayakan alur sungai untuk keluar masuk kapal ro-ro milik ASDP, ataukah harus dicari pelabuhan pengganti.
Dikatakan Bintang, survei akan dilakukan oleh tim ahli yang berwenang dalam hal ini perwakilan dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
"Nanti akan dilelang dulu untuk kegiatannya," katanya.
Bintang mengaku sangat mendukung jika Pelabuhan ASDP Manggar bisa dioperasikan kembali. Walaupun hal ini bukan ranah KUPP yang di bawah Kementerian Perhubungan Laut. Namun karena pelabuhan merupakan sebuah gerbang masuk via transportasi laut, akan berdampak pada perkembangan perekonomian sebuah wilayah.
"Sebenarnya berbicara ASDP bukan lagi ranah kami, tetapi efeknya sangat baik kalau bisa dioperasikan lagi. Karena pintu gerbang via transportasi laut akan terbuka," katanya.
Informasi yang dihimpun harian ini, tepat di muara Sungai Manggar sudah dibangun breakwater sekitar dua tahun lalu yang menelan biaya sekitar Rp 10 miliar.
Bintang mengatakan bahwa proyek tersebut dilaksanakan sebelum kepemimpinanya. Kemudian semenjak ia memimpin KUPP Kelas I Manggar, proyek tersebut dihentikan.
"Proyek itu saya hentikan, karena terkait amdal (analisa dampak lingkungan-red) atau UKL (upaya pengelolaan lingkungan) dan UPL (upaya pemantauan lingkungan)-nya. Semuanya kan harus jelas. Kalau rencana penambahan breakwater tidak ada," katanya.
Menurutnya, breakwater yang dibangun di muara sungai berfungsi untuk mengurangi terjadinya sedimentasi pada sebuah alur sungai. Selain itu berpengaruh sebagai pemecah ombak yang datang dari laut.
Mengenai upaya pengerukan alur Sungai Manggar, Bintang mengaku tidak tahu. "Itu dilakukan sebelum saya di sini, jadi saya belum tahu," katanya.
Namun ia menyarankan, jika ingin melakukan pengerukan alur Sungai Manggar harus dilakukan survei awal terlebih dulu. Hal ini terkait dengan manfaat dan kelayakan alur tersebut untuk pelayaran kapal penumpang.
"Setidaknya punya data, misalnya berapa lama sedimentasinya bisa bertahan. Jangan sampai sia sia, karena anggaran itu menggunakan uang rakyat," katanya.
Menurut informasi, normalisasi alur Sungai Manggar terakhir kali dilakukan pada Januari hingga Mei 2015. Kegiatan itu dilakukan lewat dana corporate social responsibility (CSR) PT Timah menggunakan KI Makasar. Kemudian pengerukan ini sempat terkendala karena kondisi cuaca serta adanya insiden patah tiang spot yang berfungsi sebagai kaki penggerak pada KI Makasar. (n1)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/belitung/foto/bank/originals/kapten-bintang-novi_20150926_092214.jpg)