Pedagang Tagih Janji Pemda, Wisatawan Pun Kena Imbas Berkunjung ke Pantai Tanjung Tinggi

Pedagang di kawasan wisata Pantai Bilik, Tanjung Tinggi, Belitung menagih janji pemerintah daerah Belitung, untuk penyediaan tempat jualan yang layak

Editor: Rusmiadi
Pos Belitung/Dede Suhendar
Pedagang berjualan disekitar Pantai Bilik, Tanjung Tinggi 

POSBELITUNG.COM, SIJUK - Kawasan wisata Pantai Bilik, Desa Tanjung Tinggi, Kecamatan Sijuk, Belitung menjadi polemik antara pedagang dengan pihak pemerintah daerah (pemda), sehingga berimbas kepada wisatawan yang hendak berkunjung.

Hal ini terjadi pada hari Jumat (11/3/2016) lalu, disaat petugas dari Pol PP hendak melakukan penertiban para pedagang yang berjualan.

Namun terjadi perlawanan dari pedagang dengan mencegah mobil yang membawa wisatawan masuk dalam area pantai, tetapi berkat mediasi dan negosiasi, tindakan tersebut bisa diredam.

Uzaini perwakilan 35 pedagang di area pantai mengakui pada saat penertiban sempat terjadi sedikit insiden, tapi tidak sampai anarkis. Menurutnya, para pedagang menerima jika ditertibkan tetapi diberikan solusi dimana mereka bisa berdagang.

"Intinya kami bukan mau mengambil tanah ataupun wilayah orang, walaupun kami adalah penduduk sini (Tanjungtinggi-red). Tapi kami ingin lokasinya tidak jauh dari area pantai," katanya kepada posbelitung.com, Sabtu (12/3/2016).

Ia mengatakan, hingga saat ini, Pemda Belitung belum memberikan solusi kepada para pedagang tersebut. Sehingga mereka merasa seperti maling di tempat sendiri.

Menurutnya, para pedagang sempat memenuhi keinginan pemda untuk tidak berjualan selama momen Gerhana Matahari Total (GMT) dua minggu lalu.Tapi untuk selanjutnya, tidak ada kejelasan terhadap nasib para pedagang.

"Dulu Bupati sempat bilang, kami mau dikasih gerobak untuk berjualan agar kesannya tidak kumuh. Tapi sampai sekarang tidak ada," katanya.

Papan larangan berjualan di Pantai Bilik (posbelitung.com/dede suhendar)

Junaidi, pedagang kelapa yang sudah berjualan sekitar setahun, menambahkan, omset yang diperoleh dalam sehari tidak menentu. Tergantung kondisi wisatawan yang datang berkunjung.

Menurutnya, sebagai penduduk lokal, mereka hanya berusaha mencari rezeki dari potensi yang bisa dimanfaatkan dari tanah kelahirannya.

"Kadang-kadang baru dapat Rp 10 ribu sudah ditertibkan, masa kami harus jadi penonton di daerah sendiri," katanya.

Para pedagang berharap, Pemda Belitung bisa memberikan solusi terbaik bagi mereka. Jangan terkesan hanya mementingkan kepentingan investor saja.

Mengingat pariwisata adalah harapan baru bagi masyarakat Belitung untuk meningkatkan kondisi ekonomi.

Sementara itu Kasatpol PP, Alkar mengakui beberapa kali penertiban, memang sempat terjadi adu mulut dan sedikit penolakan dari pedagang setempat. Namun, hal tersebut bisa diredam dan penertiban bisa dilaksanakan.

"Biasalah kalau ada yang tidak suka, tapi kami hanya menjalankan tugas dari Bupati. Bahwa area pantai tersebut harus bersih dari pedagang," kata Alkar kepada Posbelitung.com, Jumat (11/3/2016).

Ia menceritakan, pada saat dilakukan penertiban Jumat lalu, para pedagang sempat melakukan perlawanan dan mencegah mobil wisatawan masuk dalam area pantai. Tetapi berkat mediasi dan negosiasi, tindakan tersebut bisa diredam.

Pantauan Posbelitung.com, dalam area pantai terlihat papan larangan berdagang di sekitar area pantai. Namun beberapa pedagang masih terlihat menggelar dagangannya, Sabtu (12/3). Barang yang dijual seperti minuman, kelapa, makanan ringan dan cincin batu akik.(n1)

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved