Kulek Terakhir Part 3 - Suku Sawang Gantong Sempat Dicap Sebagai Kelompok Bajak Laut
Ini adalah buku yang mengulas tentang sejarah Suku Sawang atau Suku Laut di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur.
Lanjutan Bab I Para Penguasa Lautan
Cap Bajak Laut
Lewat paparan sebelumnya, Orang Laut masih dikenal sebagai kelompok yang baik dan unggul secara fisik maupun kemampuan melaut. Namun kita juga tidak bisa menutupi sejumlah catatan lain yang mencap Orang Laut dengan citra negatif.

Dalam buku Sejarah Timah Indonesia disebutkan bahwa banyak dari Orang Laut yang menjadi perampok. Hal itu terjadi karena pengaruh dari orang-orang daratan yang tinggal di desa-desa. Pengaruh orang-orang daratan kemudian mengubah Orang Laut menjadi pembuat perahu perang yang lebih besar. Kapal itulah yang digunakan untuk menyerang kapal-kapal barang.
Secara ekonomi Orang Laut akhirnya beradaptasi dan sangat bergantung pada kelompok-kelompok penguasa yang lebih kuat. Orang Laut seperti masuk perangkap dan diperalat untuk menjadi bajak laut. Pemanfaatan itu tak lepas karena Orang Laut adalah para pendayung yang kuat dan dianggap sebagai prajurit perang yang tangguh.
Sifat-sifat Orang Laut itu telah menarik perhatian para penguasa-penguasa untuk mempekerjakan mereka sebagai orang upahan guna melakukan pembajakan di laut. Pada waktu itu perairan Riau dikuasai oleh penguasa-penguasa Johor, Bintan, serta Lingga. Para penguasa ini kemudian mengorganisir Orang Laut dalam berbagai aksi perompakan di laut.
Hubungan antara penguasa Melayu dan Orang Laut kemudian disebut sebagai penyebab munculnya bajak laut di perairan pantai timur Sumatera, perairan Kepulauan Riau, Lingga, Bangka, dan Belitung. Perampokan kala itu sudah berkembang seperti corak kehidupan.
Pionir perusahaan timah Belanda John Francis Loudon dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1883 juga memberikan sesi khusus untuk Orang Laut di Belitung. Salah satu perhatiannya yakni latar masa lalu Orang Laut.
Loudon mengaku mendengar sendiri penuturan Orang Laut Belitung tentang aksi perompakan yang sudah mereka lakukan. Penuturan itu ia peroleh sewaktu dalam perjalanan laut menyusuri bagian selatan Pulau Belitung. Cerita ini memberikan pandangan lain bahwa ternyata yang menjadi sasaran bukan hanya kapal-kapal Eropa, tapi juga Cina. Dalam cerita itu Orang Laut mengaku pernah merompak sebuah wangkang asal Cina yang terdampar di Pulau Embasar. Sayang tak disebutkan alasan Orang Laut merompak wangkang tersebut. Akhirnya kutipan Loudon menimbulkan kesan bahwa aksi Orang Laut itu murni sebagai sebuah tindakan kriminal. Bahkan kutipan itu membuat citra Orang Laut tampak seperti sosok bajak laut yang sadis.
”Sepanjang perjalanan ini para Sekah menceritakan berbagai cerita mengenai pembajakan laut pada masa lalu. Mereka menunjuk arah tidak jauh dari Pulau Embasar, selatan dari Pulau Belitung, ada tempat dalam dan penuh penuh pasir di mana sebuah Wangkang Cina terdampar beberapa tahun yang lalu yang oleh mereka dengan Sekah-sekah lain dirampok dan lalu satu per satu awaknya dibunuh. Menurut mereka air laut sekitar kapalnya merah karena darah,” J.F Loudon2