Ini Deretan Wanita PSK Termahal di Dunia, Ada yang Permalam Patok Tarif Setengah Miliar Lebih
Dengan mematok harga USD 40 ribu atau setara dengan 523 juta rupiah per malamnya, tentu sangat menguras dompet.
POSBELITUNG.COM -- Profesi wanita panggilan ternyata tidak hanya dilakoni wanita kelas kaki lima tetapi juga kelas elit dengan bayaran selangit .
Para wanita berparas cantik dan menawan tersebut berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang lho.
Bahkan untuk kencan dengan para wanita cantik ini, tidak sembarang lelaki yang sanggup.
Pasalnya tarif mereka dijamin bakal menguras kantong para pria dalam-dalam.
Lalu siap saja sih mereka?
Dikutip dari laman boombastis.com, berikut deretan wanita panggilan dunia dengan tarif gila-gilaan tersebut:
1. Zahia Dehar
Merupakan wanita berbayar pembuka dalam sederetan nama wanita bertarif mahal lainnya.
Perempuan ini memang memiliki rambut yang pirang dan paras cantik ala Barbie.
Salah satu nilai lebih mungkin adalah eksotisme yang dimiliki wanita yang juga menjadi desainer ini.
Zahia mewarisi darah Aljazair yang membuatnya nampak rupawan.
Dan di setiap aksinya wanita yang berdomisili di Prancis ini mematok harga sebesar USD 1200 yakni 15,1 juta rupiah semalamnya.
2. Loredana Jolie
Dengan tarif USD 2000 atau jika dirupiahkan menjadi 26,1 juta per malam membuat wanita seksi ini digandrungi banyak lelaki.
Bahkan kabarnya para klien Loredana mesti ekstra sabar dengan pemesanan jauh hari sebelumnya guna bisa berkencan dengan wanita berambut pirang coklat sedikit ikal tersebut.
3. Just Kassandra
Merupakan wanita cantik termahal juga. Dengan mematok harga USD 3000 yakni berkisar 39,2 juta membuat oknum hidung belang sedikit perlu memperhitungkannya 2 kali.
Apalagi konon kabarnya Kassandra hanya mau melayani klien yang ia sukai saja.
Selain itu usut punya usut ternyata wanita jangkung ini berasal dari keluarga yang terpandang.
4. Ashley Durpe
Perempuan berkulit eksotis ini namanya seketika mencuat berkat tersandung masalah dengan salah satu pejabat kenamaan, yaitu Gubernur Eliot Spitzer.
Meski wanita bayaran, keberadaan Durpe layak diperhitungkan berkat koneksi yang terjalin dengan para konglomerat.
Kalau soal tarif, Durpe pun juga tak kalah mahal yakni USD 4300 alias 56,2 juta rupiah per malam.
5. Maya Blue
Ialah perempuan berbayar selanjutnya. Maya ternyata juga memiliki situs pribadi guna pemesanan dirinya.
Bahkan wanita langsing ini juga pernah berkeliling seantero Amerika Serikat demi sang klien.
Selain itu tarifnya pun juga cukup menguras kantong yakni sekitar USD 4500 atau dalam rupiah kisaran 58,9 jutaan semalam.
6. Ava Xi’an
Awalnya tak sengaja tapi malah keterusan, mulanya Xi’an hanya melakukan pekerjaan ini guna membiayai operasi sang ayah, namun sekarang Xi’an malah menjadi kelas kakap dalam segi bayaran.
Dalam semalamnya Xi’an mematok harga sebesar USD 6500 alias 85 juta rupiah semalam.
7. Natalie McLennan
Tak kalah drastis, Bule berparas cantik tersebut dikenal sebagai wanita termahal seantero New York dengan perhitungan tarif sesuai jam.
Dimana tarif per jamnya sebesar USD 2000 atau berkisar 26,1 juta rupiah.
Selain itu dalam semalam McLennan selalu bisa mengantongi USD 16000 atau kurang lebih sekitar 209 juta rupiah lho!
8. Lauren
Begitu sebutannya wanita mahal berikutnya. Sosok berambut pirang ini dikenal sangat humble dan lihai terkait jati dirinya, pasalnya sampai detik ini foto-foto syur Lauren tak ada yang bocor barang satupun.
Itu sebabnya para lelaki hidung belang selalu mengincarnya meski dengan kocek yang mahal yaitu 314 juta rupiah atau USD 24000 per malam.
9. Pemain dalam Cannes Film Festival
Termahal terakhir dipegang oleh para pemain Cannes yang berlangsung di Prancis selama 2 pekan.
Dengan mematok harga USD 40 ribu atau setara dengan 523 juta rupiah per malamnya, tentu sangat menguras dompet.
Dan tak main-main, kabarnya mereka hanya mau di pesan oleh pejabat maupun seleb Hollywood saja lho.
Kepribadian Penyewa PSK
Dikutip dari kompas.com, Praktik jual dan beli seks pada umumnya bersifat ilegal di banyak negara.
Namun, hal itu tak menghalangi kaum lelaki, terutama di China, Spanyol, Jepang dan Amerika, yang merupakan negara dengan aktivitas prostitusi tertinggi di dunia, untuk terlibat di dalamnya.
Menggunakan data dari program kesehatan masyarakat dan inisiatif penegakan hukum, Havoscope (perusahaan yang mengumpulkan data pada aktivitas pasar gelap) berhasil mengungkap estimasi penghasilan dari pekerja seks di berbagai negara.
Indeks tersebut menunjukkan China mengeluarkan dana paling besar dalam prostitusi, yakni sekitar 73 miliar dollar AS pertahun.
Spanyol di urutan kedua, menghabiskan sekitar 26,4 miliar dollar AS, Jepang di urutan selanjutnya dengan pengeluaran 24 juta dollar AS.
Sementara itu di Indonesia beberapa waktu lalu dihebohkan dengan berita penangkapan mucikari dari artis yang diduga terlibat dalam prostitusi online.
Tarif dari para artis itu mencapai puluhan, bahkan ada yang ratusan juta rupiah.
Gambaran itu menunjukkan bahwa prostitusi adalah industri yang subur.
Tapi, kita tentu juga ingin tahu mengenai para konsumen industri ini.
Ilmu sains punya jawabannya.
Profil psikologis
Laki-laki yang membayar untuk aktivitas seks, menurut sebuah studi di 2015 yang dilakukan oleh para peneliti di University of California, Los Angeles, bukan semata lelaki kesepian.
Para pria yang membeli seks bukan cuma mempunyai sedikit rasa empati terhadap perempuan, tetapi juga cenderung bisa melakukan tindakan pemerkosaan ke depannya.
Dalam perbandingkan terhadap 100 pria yang melakukan aktivitas prostitusi dengan 100 pria yang tidak, peneliti menemukan bahwa mereka yang membayar untuk berhubungan seks menunjukkan perilaku agresif seksual yang lebih tinggi.
Mereka cenderung antisosial, tidak melibatkan perasaan personal saat bercinta dan mengekspresikan maskulinitasnya dengan cara yang salah.
"Hasil studi itu bisa mengubah mitos yang menyebutkan pembeli seks cuma pria biasa yang frustasi secara seksual," kata Melissa Farley, direktur Prostitution Research and Education, sebuah organisasi nirlaba.
Penelitian lain yang sedikit berbeda menyebut bahwa para pria pelanggan seks berbayar ini umumnya memiliki kebutuhan intimasi emosional.
Itu merupakan hasil studi pada tahun 2012 yang mengamati 394 percakapan di website The Erotic Highway, sebuah serikat internasional untuk "penghibur erotis".
Hasilnya adalah sekitar sepertiga pria yang melakukan percakapan ini dilaporkan memiliki "romantisme yang terbatas atau koneksi emosional kepada pekerja seks, atau sebaliknya murni hanya menginginkan fisik para pekerja seks."
Selain itu, para peneliti juga menemukan sebagian pria memang memiliki sikap negatif terhadap pekerja seks dan banyak juga dari mereka yang tampaknya menghormati wanita-wanita pekerja seks tersebut.
Beberapa pria terkadang mempunyai hubungan emosional yang mendalam, memperkenalkan nya kepada keluarga mereka, atau bahkan sampai meninggalkan istri karena terpikat pada PSK.
Kesehatan fisik
Tak hanya memengaruhi mental, prostitusi juga memiliki efek kesehatan terhadap pria yang melakukannya dan tentu pasangannya, termasuk istri mereka.
Risiko terinfeksi penyakit menular seksual sangat tinggi, terutama pada mereka yang tidak menggunakan kondom atau melakukan seks berganti-ganti pasangan.
Sayangnya, menurut sebuah penelitian makin berumur pria "hidung belang", makin malas mereka memakai kondom.
Kepribadian seseorang memang sulit diubah, tapi ada beberapa cara yang direkomendasikan bagi pembuat kebijakan untuk menurunkan risiko penularan penyakit.
Sebagai contoh, pakar dari WHO menilai pendekatan dekriminalisasi pekerja seks dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang terlibat.
Melegalkan prostitusi dengan cara membuat lokalisasi dinilai bisa membuat pemerintah lebih mudah mengontrol, terutama dalam hal upaya pencegahan infeksi menular seksual.
Sebuah studi pada tahun 2014 oleh UCLA menemukan bahwa langkah-langkah ini dapat mengurangi penularan infeksi menular seksual secara dramatis pada masyarakat umum.
Ini dibuktikan di Rhode Island yang telah melegalkan prostitusi selama 6 tahun dari 2003-2009.
Dalam jangka waktu tersebut, ada sekitar kurang dari 2000 kasus gonorea pada “pasar” seks dan juga penduduk pada umumnya.
Mungkin sulit untuk mengubah perilaku orang-orang yang membayar untuk seks atau pekerjanya.
Namun, ada harapan untuk membuat aktivitas tersebut lebih aman.
Sayangnya, hal tersebut mungkin akan menghadapi hambatan di berbagai negara.
Hubungan penjual dan pembeli seks akan tetap dilakukan secara sembunyi-sembunyi. (*)