Pengakuan Perawat Setya Novanto Saat di Rumah Sakit Bikin Geleng-geleng Kepala
Pasien datang benar-benar rapet tertutup selimut biru, mukanya hanya keliatan dikit. Di ruangan, pasien diam saja
"Saya masuk lagi ke ruangan, saya minta izin, pak kancing bajunya saya buka ya. Saya mau rekam jantung, bapak itu (Setya Novanto) diam saja, matanya masih merem. Saya tanya lagi, bajunya sekalian diganti pak? Dia diam saja, ya sudah saya kancing lagi bajunya," kata Indri.
Kemudian hasil rekam jantung diserahkan Indri ke dokter Bimanesh. Indri lanjut mengambil tensi, diikuti dokter Bimanesh.
Di dalam ruangan, dokter Bimanesh mengambil alih alat tensi dan mengatakan pada Setya Novanto, tensinya 180 per 110. Masih sama, Setya Novanto tidak merespon.
"Lalu tiba-tiba timbul benjolan, dua benjolan di dahi sebesar kuku saya lebarnya. Saya tanya juga ke dokter Bimanes, dok kok ada benjolan. Dokter Bimanes jawab, iya tadi tidak ada, sekarang ada. Pasien tetap diam saja," ujar Indri.
"Dokter Bimanesh keluar kamar, saya juga ikut. Belum sampai saya keluar kamar, pasien (Setya Novanto) berteriak. Dia bilang : kapan saya diperban. Saya kaget, refleks langsung balik badan. Kok nada suaranya begitu, agak membentak. Saya jawab : tunggu sebentar pak," kata Indri.
Sementara itu, tiba-tiba air mata suster Indri tak terbendung saat menceritakan kondosi yang sebenarnya kala itu.
Wanita yang menjabat sebagai Supervisor keperawatan Rumah Sakit (RS) Medika Permata Hijau, suster Indri Astuti tidak kuasa menahan air mata saat bersaksi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (2/4/2018).
Air matanya kian tidak terbendung saat menceritakan pemasangan perban di luka lecet mantan Ketua DPR Setya Novanto, ketika dirawat pada 16 November 2017 lalu di rumah sakit tersebut.
Menurut Indri, luka-luka yang ada di tangan dan siku kiri Setya Novanto tidak perlu diperban.
Namun Setya Novanto minta diperban ditambah lagi dokter Bimanesh juga tidak dipermasalahkan untuk diperban.
Alhasil Indri terpaksa membersihkan luka, mengoleskan saleb hingga memasangkan perban pada luka yang ada pada tangan hingga siku mantan Ketua Umum Partai Golkar itu.
"Jadi tindakan saya (memasangkan perban ke Setya Novanto), karena saya melakukan tindakan tidak sesuai hati nurani saya," tutur Indri saat ditanya mengapa tiba-tiba menangis oleh majelis hakim di Pengadilan Tipikor Jakarta.
"Itu luka enggak perlu perban, tapi akhirnya karena permintaan itu harus dipasang. Dokter Bimanesh bilang diperban demi kenyamanan pasien," kata Indri lagi.(*)