Sejarah Pulau Belitong

Mengapa di Belitong Ada Banyak Makam Kuno di Atas Bukit? Ini Penjelasan Arkeolog

Makam di puncak Gunong Tajam pada ketinggian 510 meter. Selanjutnya Gunong Lilangan di Desa Ibul Kecamatan Badau

posbelitung.co/Wahyu Kurniawan/Facebook Yant Yanto Haryanto
Foto drone situs Gunong Lilangan. Inset, foto makam-makam kuno di atas bukit tersebut. 

POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Sejarah pulau Belitong memiliki keunikan dari segi peninggalan arkeologis.

Satu di antaranya adalah kehadiran makam-makam kuno di sejumlah perbukitan di berbagai desa.

Contoh yang paling popular adalah makam di puncak Gunong Tajam pada ketinggian 510 meter. Selanjutnya Gunong Lilangan di Desa Ibul Kecamatan Badau dengan ketinggian 110 meter.

Video drone situs Gunong Lilangan :

Dan Gunong Seriting Dusun Bebute Desa Terong Kecamatan Sijuk setinggi kurang lebih 50 meter.

Kabupaten Belitung Timur pun tak luput dari peninggalan arkeologis ini.

Makam kuno juga ditemui di Gunong Kik Karak yang memiliki ketinggian 200 meter di atas permukaan laut.

Kemudian ada juga Keramat Padi di Gunong Padi Dusun Bangek Desa Simpang Tiga Kecamatan Simpang Renggiang yang memiliki ketinggian sekitar 115 meter.

Dan juga situs Padang Lambaian di kawasan Gunong Sepang di Desa Renggiang, Kecamatan Simpang Renggiang, Kabupaten Belitung Timur.

Arkeolog Belitong Jepri pun tertarik untuk ikut memberikan ulasannya dari sisi arkeologis.

Situs Padang Lambaian di kawasan Gunong Sepang.
Situs Padang Lambaian di kawasan Gunong Sepang. (posbelitung.co/Wahyu Kurniawan)

Menurutnya, meninjau pola pemakaman di atas bukit bisa dikaitkan dengan masa prehistori.

Pada masa itu masyarakat pendukungnya mempunyai kepercayaan bahwa leluhur atau nenek moyang mereka bersemayam di dataran tinggi atau gunung.

“Kepercayaan itu tidak seutuhnya hilang di masa berikutnya yakni masa Hindu-Budha, maka itu gunung dianggap suci dan sacral,” kata Jepri kepada Pos Belitung, Kamis (1/3).

Pada masa Islam lanjut Jefri, kepercayaan tersebut ternyata juga tidak seutuhnya hilang.

Namun kepercayaan itu bersifat semu.

“Dan perlu diketahui, pemilihan tempat makam itu tidak ada ketentuan khusus, sehingga untuk pemilihan tempat pemakaman itu atas dasar pengetahuan dan keyakinan yang diperoleh sebelumnya,” kata Jepri.

Jepri mengatakan contoh ulama besar yang dimakamkan di gunung atau bukit adalah Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati.

Sedangkan di Sumatera contohnya adalah makam para sultan atau raja di Barus.

Jepri tak menampik pola pemakaman di atas bukit menjadi petunjuk hubungan antara pulau Belitung dan Jawa.

Namun menurutnya hal tersebut masih harus membutuhkan kajian lebih mendalam.

Arkeolog Belitong Jepri.
Arkeolog Belitong Jepri. (Posbelitung.co/ist)

Letak makam yang terbilang tinggi juga ikut menandakan status orang yang dikubur.

Namun menurut Jepri, kajian tersebut sudah masuk ke dalam kajian arsitektur tata ruang.

“Ini pekerjaan kita bersama untuk mencari tahu jawabannya, tapi memang secara universal bahwa kedudukan yang tinggi tentu saja menunjukkan status social,” kata Jepri.

Berita ini hasil wawancara Pos Belitung, Maret 2018 lalu dan dimuat di edisi cetak Pos Belitung edisi Jumat 2 Maret 2018.

Semoga bermanfaat.

(posbelitung.co/ Wahyu Kurniawan)

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved