Ini Kisah Para Penggemar Motor Custom di Belitong, Rogoh Kocek Sampai Rp 20 Juta Demi Café Racer
Honda CB-100 butut pun kini bisa disulap hingga menyerupai tampilan motor gede (moge) ala Harley Davidson.
POSBELITUNG.CO - Modifikasi motor lawas di Tanjungpandan, Kabupaten Belitung semakin canggih.
Para bikers tak hanya berkutat seputar asesoris saja, tapi juga mulai berpikir untuk membangun sepeda motor sesuai selera sendiri (custom).
Alhasil, Honda CB-100 butut pun kini bisa disulap hingga menyerupai tampilan motor gede (moge) ala Harley Davidson.

Satu contoh hasil modifikasi motor tua bergaya Harley Davidson bisa dijumpai di Jalan Dok, percis di belakang eks Kantor Samsat Tanjungpandan.
Pemiliknya adalah Joni (36), pelaku usaha batu akik di Tanjungpandan.
Saban hari Joni memarkir motornya di bawah pohon, belakang eks Kantor Samsat tersebut.
Ia mengatakan, motor tersebut sedang dalam tahap pembangunan.
Bentuknya yang unik membuat motor dengan nomor polisi BN 7603 LT ini sering memikat perhatian para pengunjung warung kopi.
“Rata-rata orang yang ngopi di sini pasti tanya itu motor siapa, sebab bentuknya unik sih, mirip Harley,” kata Rudi, pengelola Kantin Mutiara di belakang eks Kantor Samsat kepada Pos Belitung, Senin (27/7) siang.
Joni, si empunya motor mengatakan, konsep modifikasi yang diusung untuk tunggangannya tersebut adalah model Harley Davidson.
Dalam dunia modifikasi motor custom, konsep ini dikenal dengan istilah chopper.
Para pelaku modifikasi jenis ini lebih senang dipanggil builder ketimbang modifikator.
Sebab, yang mereka lakukan bukan hanya sekadar memodifikasi motor, tapi membangun sebuah motor ke bentuk baru mulai dari nol.
“Aslinya ini motor Honda CB-100 buatan tahun 1980, saya beli Rp 4,5 juta tahun 2013, kemudian motor ini dibangun ulang dari nol mulai dari rangka sampai ke bagian-bagian mesinya, dan selesai tahun 2014 kemarin,” kata Joni kepada Pos Belitung.
Butuh waktu setahun untuk Joni bisa membangun motor idamannya tersebut.
Sebab, keterbatasan biaya masih menjadi masalah utama bagi Joni dan para bikers lainnya di Belitung.
Bila dikalkulasikan, Joni setidaknya sudah menghabiskan uang Rp 20 juta secara bertahap.
Namun, ia mengaku biaya itu sepadan untuk memuaskan kecintaannya pada motor lawas.
“Ada semacam kepuasan tersendiri, biar mahal tapi tidak ada motor yang sama, cari aja di dealer kalau ada, saya juga bangga karena motor ini 100 persen dibangun di Belitung,” kata Joni.

Kepuasan membangun motor custom berbeda-beda bagi setiap bikers.
Adik Joni, Soni (30) mengaku puas karena bisa menghidupkan kembali motor yang sudah mati.
Motor tunggangannya sekarang adalah Honda GL-100 buatan tahun 1979.
Ia mendapatkannya di Manggar, Belitung Timur seharga Rp 1,5 juta.
Sewaktu dibeli, motor tersebut sudah tidak jalan dua tahun karena mesinnya mati.
Pemilik motor pun sempat ragu menjual motor tersebut.
Bahkan Soni sempat dianggap aneh lantaran mau membeli motor tua yang mesinnya sudah tidak berfungsi.
Namun Soni tetap ngotot membeli motor tersebut.
“Motor ini saya beri nama Suri, karena dulunya motor ini sempat mati selama dua tahun,” kata Soni kepada Pos Belitung.
Motor Soni juga mengusung aliran chopper dan bagian mesinnya dicangkok dengan kop blok Honda Tiger.
Proses pembangunannya membutuhkan waktu enam bulan dengan total biaya yang sudah dikeluarkan sebesar Rp 20 juta lebih.
Aliran modifikasi yang juga ramai dipakai oleh kalangan bikers motor lawas di Belitung saat ini adalah café racer.
Singkatnya, aliran ini mengusung gaya motor balap zaman dulu.
Satu motor modifikasi jenis ini dimiliki oleh Menar, pengelola Bengkel Lintang 69 di Jalan Lintang, belakang Kantor Bank Sumsel Babel, Tanjungpandan.

Seyogyanya motor ini adalah Honda CG-100 buatan tahun 1979.
Namun di tangan Menar, bagian mesin motor tersebut dicangkokkan dengan kop blok Suzuki Satria FU 150.
Pencangkokan dua mesin beda zaman ini diklaim sebagai yang pertama di Belitung.
Pengerjaannya dilakukan selama dua tahun dengan total biaya hampir mencapai Rp 20 juta.
Menar mengaku butuh waktu lama lantaran keterbatasan biaya dan harus berbagi waktu dengan pekerjaannya di bengkel.
“Kalau bikinnya memang fokus, bisa selesai tiga bulan, tapi dulu motor ini juga pernah dipakai buat balap, jadi sudah sering dibongkar pasang,” kata Menar kepada Pos Belitung.
Sekali geber, kecepatan motor Menar biasa mencapai 120 Km/jam.

Kecepatannya bisa bertambah tergantung joki yang mengendarainya.
Tantangan membangun motor tersebut adalah menyesuaikan dudukan mesin CG dengan kop blok Satria FU.
Karena itu modifikasi ini terbilang yang paling exstrim di antara motor lainnya di Belitung.
“Kalau mesin motor tua dicangkok dengan Honda Tiger atau Mega Pro itu sudah biasa, yang exstrim itu kalau dicangkok dengan Yamaha Vixion dan Satria FU, karena dudukan mesinnya udah beda,” kata Uun, Ketua Belitung Lawas Community (Belaty) kepada Pos Belitung.
Ia menjelaskan, modifikasi motor lawas di Belitung dimulai sejak tahun 2005.
Pada masa itu motor lawas seperti Honda CB-100, CG-100, dan GL-100 sudah dianggap barang rongsok.
Para bikers biasa mendapati motor tua tersebut dalam kondisi mati.

Harga jualnya pun masih berkisar ratusan ribu rupiah dan tak jarang penjualannya malah dihitung dalam satuan besi buruk.
“Jadi dulu belinya per kilo, tapi setelah ramai, harga jualnya ikutan naik, yang udah di kandang ayam aja sekarang bisa mencapai Rp 1,5 juta,” kata Uun.
Menurutnya, saat ini terdapat ratusan unit motor lawas modifikasi yang tersebar mulai dari Tanjungpandan sampai Manggar, Belitung Timur.
Kondisi itu menjadi salah satu pemicu para bikers untuk membangun motor custom se-exstrim mungkin.

Ia pun memprediksi, modifikasi motor custom dengan basis motor lawas akan semakin tren pada waktu-waktu ke depan.
Sebab, sudah terdapat sejumlah prototype yang bisa dijadikan acuan untuk memproduksi motor tersebut.
“Penggemar modifikasi motor ini juga tidak mengenal kelas, dari remaja sampai orang tua, dari yang istilahnya hanya bekerja serabutan sampai seorang dokter, di Belitung ini lengkap semua,” kata Uun.
Para bikers motor tua asal Jambi yang bulan lalu berkunjung ke Belitung sampai terkaget-kaget.
Menurut mereka, teknik modifikasi motor custom di Belitung sudah terbilang tinggi dan mampu bisa bersaing di wilayah Sumatera.
“Sampai ngubah rangka dan nyangkok mesin itu tidak mudah, kami aja kaget karena sebelumnya kami pikir di sini tidak ada penggemar motor tuanya, setelah datang, baru tahu ternyata di sini malah sudah sampai ke modifikasi ekstrim,” kata Jun, bikers asal Jambi kepada Pos Belitung.
Perhatikan Keselamatan
Sepintas jejak Honda CB pada motor milik Joni hanya terlihat pada bagian knalpot dan rumah mesin. Selebihnya, motor ini adalah kumpulan dari berbagai barang modifikasi.
Bahkan Joni juga mengubah pakem motor lawas CB-100 dengan menyematkan tombol starter pada bagian stang.
Dari pantauan Pos Belitung, starter tersebut langsung bisa menghidupkan mesin motor hanya dengan sekali tekan.
Penggunaan starter ini dimungkinkan setelah Joni mengadopsi sistem kelistrikan Honda Tiger.
Sistem kelistrikan ini juga menjamin kondisi lampu depan, lampu sein, klakson, dan lampu rem bisa berfungsi optimal.
“Sebenarnya starter ini hanya pemanis saja, biar gak kalah sama motor-motor zaman sekarang, tapi kalau kelengkapan lain sengaja dipasang untuk keselamatan di jalan,” kata Joni.
Ia menambahkan, motornya diberi nama Doko.
Nama ini dipilih karena Joni menyukai batu bacan Doko dan sebelum diubah ke warna coklat, motornya tersebut dibalut dengan warna hijau metalik.
Salah seorang yang menukangi motor Joni ini adalah Becok.

Ia mengatakan unsur kenyamanan dan keselamatan tidak bisa dikesampingkan dalam urusan membangun motor custom.
Contohnya saja untuk bagian rangka.
Becok menggunakan potongan besi bekas stang motor yang banyak dijumpai di tempat pengumpulan besi buruk.
Pemilihan bahan bekas stang kata Becok bukannya tanpa alasan.
Besi stang motor sangat tebal dan kuat sehingga mampu menahan getaran.
Namun, kekuatan besi tersebut juga sangat dipengaruhi oleh cara pengelasan yang digunakan teknisi motor custom.
“Jadi bikin rangkanya itu tidak sembarangan, kita juga pakai ukuran, karena kalau tidak, bisa patah di tengah jalan,” kata Becok kepada Pos Belitung.
Ia mengatakan, modifikasi motor lawas di Belitung masih mengandalkan metode MKD.
Motede ini adalah singkatan yang dikenal oleh karangan builder motor custom di Belitung.
“MKD itu singkatan dari Bahasa Belitong yaitu mukud, artinya dalam membangun motor custom klasik itu tak lepas dari mungut barang-barang bekas, biasanya mitra kita itu adalah tempat-tempat besi buruk,” kata Becok sambil tertawa.
Aman Buat Sehari-hari
Teknisi Bengkel Otomotif SMKN 2 Tanjungpandan Redo Apriansyah mengtakan, kalau modifikasi motor custom model chopper dan café racer dibilang sampai menghabiskan uang Rp 20 juta itu bukan mustahil.
Bahkan biayanya bisa lebih dari itu karena sebagian dari spare part-nya masih harus didatangkan dari luar daerah, khususnya Jakarta.
Basis modifikasi motor custom di Belitung biasanya menggunakan motor-motor tua seperti CB, CG, dan GL.
Tapi modifikasi motor custom biasa juga dilakukan dengan menggunakan basis motor-motor zaman sekarang yang tahun pembuatannya lebih muda, tergantung budget dan selera.
Mesin motor custom klasik biasa dicangkok dengan mesin motor-motor baru.
Di Jawa, mesin ini juga dikenal dengan istilah mesin oplosan.
Biaya yang dibutuhkan jelas tidak sedikit karena minimal harus menggabungkan dua jenis mesin motor yang berbeda
Pada umumnya modifikasi motor lawas di Belitung dicangkok dengan kop blok Honda Tiger atau Mega Pro karena dudukan mesinnya sudah pas.
Tapi kalau dicangkok dengan Yamaha Vixion dan Suzuki Satria FU, rumah mesin dari motor tua harus diubah terlebih dulu dengan pengecoran.
Makanya modifikasi ini dibilang ekstrim dan sampai sekarang pengecoran rumah mesin itu sebagian besar harus dilakukan di Jakarta.
Di Pulau Jawa, modifikasi bergaya chooper dan café racer itu sudah umum.
Tapi untuk Belitung, modifikasi jenis ini masih terbilang baru, ramai-ramainya juga sekitar dua tahun belakangan.
Sebab, dibutuhkan skil tingkat tinggi untuk menghasilkan motor modifikasi jenis ini dan teknisinya pun masih bisa dihitung pakai jari.
Kalau ditanya soal keamanan, motor custom berbasis motor tua yang mesinnya sudah dicangkokkan masih terbilang aman.
Sejauh ini setahu Redo belum ada kasus mesin motor cangkokan yang terbakar di tengah jalan. Mesinnya juga terbilang bandel dan jarang mogok, sekalipun basisnya motor tua.
Jadi kata Redo, pada dasarnya motor modifikasi ini aman dipakai untuk alat transportasi sehar-hari. Persoalannya mungkin hanya pada kelengkapan, karena umumnya surat menyurat motor lawas sudah habis masa berlakunya.
Tips Membangun Motor Custom
1. Siapkan motor untuk dimodifikasi, bisa motor tua seperti CB atau CG, bisa juga motor dari generasi yang lebih muda seperti GL Pro atau Tiger.
2. Siapkan konsep yang tegas, cari gambar bentuk motor yang diinginkan lewat internet dan tunjukkan pada teknisi motor custom.
3. Siapkan budget standar minimal Rp 9 Juta.
4. Konsultasikan spesifikasi motor dengan menyesuaikan anggaran yang dimiliki.
5. Gunakan teknisi berpengalaman yang sudah memiliki contoh motor custom.
Sumber : Menar, Pengelola Bengkel Lintang 69 Tanjungpandan.
Nah gimana bro, seru kan kisah mereka?
Berita ini dibuat bedasarkan hasil observasi dan wawancara Juli 2015, dan dimuat pada edisi Liputan Khusus Pos Belitung tentang modifikasi motor-motor lawas.
Semoga bermanfaat ya. (posbelitung.co/Wahyu Kurniawan)