Mahasiswa Brawijaya Ciptakan Alat Pendeteksi Bencana Berbasis Android, Langsung Raih Medali Emas

Putra dan putri tanah air terus menciptakan inovasi yang tidak hanya membanggakan tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat

Editor: Evan Saputra
(KOMPAS.com / ANDI HARTIK)
Mahasiswa Universitas Brawijaya saat menunjukkan alat pendeteksi bencana hasil inovasinya, Selasa (2/10/)(KOMPAS.com / ANDI HARTIK) 

POSBELITUNG.CO – Putra dan putri tanah air terus menciptakan inovasi yang tidak hanya membanggakan tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat.

Dua orang mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Universitas Brawijaya. Malang, berhasil menciptakan alat pendeteksi bencana berbasis aplikasi android.

Adalah Priyo Hadi Wibowo dan Rizka Sisna Riyanti yang menemukan alatyang diberi nama disaster detection system of forest fire and landslide atau Desfola.

Priyo mengatakan seperti dikutip dari Kompas.com, alat tersebut bekerja menggunakan sensor dan server.

Sensor tersebut diletakan di daerah yang rawan bencana, sedangkan server-nya diletakkan di perkampungan dengan koneksi internet.

Melalu server itu, potensi bencana yang ditangkap oleh sensor dapat dipantau melalui aplikasi android yang diintsal pada pnsel kita.

"Data yang dideteksi oleh bagian sensor akan ditampilkan di aplikasi android secara real time. Saat potensi bencana meningkat, alat akan menampilkan warning sehingga masyarakat bisa lebih waspada dan menanggulanginya lebih dini," katanya, Selasa (2/10).

Untuk sementara. alat ini fokus digunakan untuk mendetekasi bencana kebakaran hutan dan tanah longsor.

Ada empat sensor yang digunakan. Tiga sensor untuk kebakaran hutan sedangkan satu sensor lainnya untuk tanah longsor.

Sensor yang digunakan merupakan flame sensor, gas CO dan temperatur sensor untuk mendeteksi kebakaran hutan.

Sedangkan untuk mendeteksi kejadian tanah longsor digunakan moisture sensor

"Alat ini didesain dengan tiga kondisi. Aman, siaga dan potensial tinggi.

Misalnya untuk temperature sensor, kondisi aman jika 35 derajat selsius, siaga jika temperatur antara 35 sampai 45 derajat selsius dan potensi bencana jika di atas 45 derajat selsius," ujar Rizka.

Energi yang digunakan ileh alat ini masih menggunakan baterai. Kedepan, ia akan mengembangkan alat tersebut agar dapat menggunakan panel surya sebagai sumber energinya.

Mereka juga akan mengembangkan alat tersebut supaya bisa mendeteksi jenis bencana lainnya seperti gempa bumi, tsunami dan jenis bencana lainnya.

Sumber: Intisari
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved