Update Kebencanaan dan Gunung Api Jelang Supermoon Malam Ini, 64 Gunung Api Selalu Dipantau

Update Kebencanaan dan Gunung Api Jelang Supermoon Malam Ini, 64 Gunung Api Selalu Dipantau

Penulis: Teddy Malaka CC | Editor: Teddy Malaka
SERAMBI/BUDI FATRIA
Fenomena "Supermoon" diabadikan dari Masjid di Gampong Pango Raya, Banda Aceh, Senin (14/11) malam. Fenomena alam supermoon terjadi saat bulan mencapai titik terdekat dengan bumi dalam kondisi penuh atau purnama. 

Update Kebencanaan dan Gunung Api Jelang Supermoon Malam Ini, 64 Gunung Api Selalu Dipantau

POSBELITUNG.CO -- Supermoon yang terjadi malam ini diprediksi akan memengaruhi pola pasang maksimal air laut. Lantas bagaimana potensi kebencanaan di sejumlah titik Indonesia.

Masyarakat pesisir pantai di beberapa wilayah Indonesia, diminta tenang menghadapi fenomena supermooon ini.

Laut di beberapa wilayah akan mengalami pasang dan wilayah lain tetap normal saat supermoon terjadi.

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Serang, Trian Asmarahadi, di Serang, Banten,

Selasa, mengatakan, kondisi perairan Banten diyakini aman saat berlangsung bulan super atau supermoon.

Jika terjadi pasang, ketinggian permukaan laut tak banyak berubah.

”Betul, nanti ada supermoon, tetapi tidak ada dampaknya secara langsung di Banten atau masih normal.

Di provinsi-provinsi lain ada pengaruhnya,” ucapnya.

Berdasarkan data BMKG, pengaruh bulan super diperkirakan terjadi di pesisir Kalimantan Barat.

Pengaruh supermoon itu juga akan terjadi di pesisir utara Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Fenomena itu terjadi karena posisi bumi dan bulan berada pada perige, yaitu jarak terdekat atau 363.300 kilometer (km).

Kebalikan dari perige bulan adalah apoge atau berjarak 405.500 km.

Bulan super diperkirakan terjadi pada pukul 16.02.

------------------------------------

Pada Selasa 19 Februari 2019, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM melaporkan kondisi sejumlah gunung api di Indonesia.

Dari 127 Gunungapi Aktif di Indonesia, 69 gunung dipantau secara menerus 24 jam/hari. Status saat ini:

1 (satu) gunungapi status AWAS/Level IV, yaitu G. Sinabung (Sumut) sejak 2 Juni 2015.

4 (empat) gunungapi status SIAGA/Level III, yaitu G. Agung (Bali) sejak 10 Februari 2018,  G. Soputan  (Sulut) sejak 3 Oktober 2018,  G. Karangetang  (Sulut) sejak 20 Desember 2018, dan G. Anak Krakatau  (Lampung) sejak tanggal 27 Desember 2018.

Sebanyak 15 gunungapi Status Waspada/Level II (Merapi, Marapi, Kerinci, Semeru, Bromo, Rinjani, Sangeangapi, Rokatenda, Lokon, Gamalama, Gamkonora, Ibu, Dukono, Lewotolok dan Banda Api);

Sisanya 49 gunungapi: Status NORMAL/Level I.

1. Gunung Api

- Gunungapi Sinabung (Sumatera Utara)

Tingkat aktivitas Level IV (AWAS). G. Sinabung (2460 m dpl) mengalami erupsi menerus sejak tahun 2013.

Dari kemarin hingga pagi ini visual gunungapi terlihat jelas hingga tertutup kabut.

Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis hingga tebal tinggi sekitar 200 meter dari puncak. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah utara dan barat.

Melalui rekaman seismograf tanggal 18 Februari 2019 tercatat:

2 kali gempa Hembusan, 2 kali gempa Tektonik Lokal, 1 kali gempa Tornillo

Rekomendasi: Masyarakat/pengunjung agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km untuk sektor Utara -Barat, 4 km untuk sektor Selatan - Barat, dan dalam jarak 7 km untuk sektor Selatan - Tenggara, didalam jarak 6 km untuk sektor Tenggara - Timur serta didalam jarak 4 km untuk sektor Utara -Timur.

Masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar mewaspadai potensi banjir lahar terutama pada saat terjadi hujan lebat.

VONA: VONA terakhir terkirim kode warna ORANGE, terbit tanggal 22 Juni 2018 pukul 09:06 WIB, terkait letusan dengan ketinggian kolom abu sekitar 3460 m di atas permukaan laut atau sekitar 1000 m di atas puncak, angin bertiup ke arah barat-selatan.

- Gunungapi Agung (Bali)

Tingkat aktivitas Level III (Siaga). G. Agung (3142 m dpl) mengalami erupsi sejak 21 November 2017. Letusan terakhir tejadi pada tanggal 23 Januari 2019.

Dari kemarin hingga pagi ini visual gunungapi jelas hingga tertutup kabut. Angin bertiup lemah ke arah timurlaut dan barat. Asap kawah utama teramati berwarna putih tipis setinggi 200 m dari puncak. 

Melalui rekaman seismograf tanggal 18 Februari 2019 tercatat: 1 kali gempa Hembusan, 1 kali gempa Vulkanik Dalam, 6 kali gempa Tektonik Jauh
Kegempaan tanggal 19 Februari 2019 (Pk. 00:00-06:00 WITA) tercatat: 1 kali gempa Vulkanik Dangkal, 3 kali gempa Tektonik Lokal, 1 kali gempa Tektonik Jauh, 1 kali gempa Terasa

Rekomendasi: Masyarakat di sekitar G. Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakiaan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak G. Agung.

Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan G. Agung yang paling aktual/terbaru.

Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak. Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.

Status Level III (Siaga) hanya berlaku di dalam radius 4 km seperti tersebut di atas, di luar area tersebut aktivitas dapat berjalan normal dan masih tetap aman, namun harus tetap menjaga kewaspadaan.

VONA: VONA terkirim kode warna ORANGE, terbit tanggal 13 Februari 2019 pukul 04:34 WITA, terkait erupsi erupsi dengan ketinggian kolom abu tidak dapat teramati karena gunung tertutup kabut. Amplitudo gempa letusan 17 mm dan lama gempa 220 detik.

- Gunungapi Soputan (Sulawesi Utara)
Tingkat aktivitas Level III (SIAGA). Gunungapi Soputan (1809 m dpl) mengalami peningkatan aktivitas vulkanik.

Dari kemarin hingga pagi ini visual gunungapi terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah utama teramati putih tipis hingga tebal setinggi 150 m di atas puncak.

Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah barat dan utara. Melalui rekaman seismograf tanggal 18 Februari 2019 tercatat: 25 kali gempa Guguran
5 kali gempa Hembusan, 4 kali gempa Tektonik Jauh, 7 kali gempa Harmonik

Rekomendasi: Masyarakat agar tidak beraktivitas di dalam radius 4 km dari puncak G. Soputan dan dalam wilayah sektor arah barat-baratdaya sejauh 6,5 km yang merupakan daerah bukaan kawah, guna menghindari ancaman guguran lava dan awan panas guguran

VONA: VONA terkirim kode warna RED, terbit tanggal 16 Desember 2018 pukul 05:54 WITA, terkait erupsi dengan ketinggian kolom abu maksimum 8809 meter di atas permukaan laut atau sekitar 7000 meter di atas puncak.

- Gunungapi Karangetang (Sulawesi Utara)
Tingkat aktivitas Level III (SIAGA). G. Karangetang (1784 m dpl) kembali memasuki periode erupsi sejak 25 November 2018.

Dari kemarin hingga pagi ini visual gunungapi terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah utama teramati berwarna putih tebal setinggi 150 m.

Hembusan asap dari Kawah II sesekali teramati berwarna putih kebiruan dengan intensitas sedang hingga tebal setinggi 50 - 75 m diatas puncak menyebar ke tubuh gunung bagian selatan.

Melalui rekaman seismograf tanggal 18 Februari 2019 tercatat: 43 kali gempa Guguran, 41 kali gempa Hembusan, 5 kali gempa Vulkanik Dangkal, 2 kali gempa Vulkanik Dalam, 6 kali gempa Tektonik Jauh, 1 kali gempa Terasa. Tremor menerus dengan amplitudo 0.25 mm, dominan 0.25 mm. 

Rekomendasi: Masyarakat di sekitar G. Karangetang dan pengunjung/wisatawan agar tidak mendekati, tidak melakukan pendakian dan tidak beraktivitas di dalam zona bahaya yaitu radius 2.5 km dari puncak Kawah Dua (Kawah Utara) dan Kawah Utama (selatan) serta area perluasan sektoral dari Kawah Dua ke arah Barat-Baratlaut sejauh 3 km dan ke arah Baratlaut-Utara sejauh 4 km.

Masyarakat di sekitar G. Karangetang yang berada di area Baratlaut-Utara dari Kawah Dua, di antaranya Desa Niambangeng, Desa Beba dan Desa Batubulan agar dievakuasi ke tempat yang aman dari ancaman guguran lava atau awan panas guguran G. Karangetang yaitu di luar zona bahaya tersebut pada poin di atas.

Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai-sungai yang berhulu dari puncak G. Karangetang agar meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang yang dapat mengalir hingga ke pantai.

Masyarakat disekitar G. Karangetang dianjurkan agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu

VONA: VONA terakhir terkirim kode warna YELLOW, terbit tanggal 25 November 2018 pukul 13:32 WITA, terkait emisi abu vulkanik dengan ketinggian sekitar 2284 m di atas permukaan laut atau sekitar 500 m di atas puncak, angin bertiup ke arah Timur.

- Gunungapi Anak Krakatau (Lampung)

Tingkat aktivitas Level III (Siaga) sejak 27 Desember 2018. Gunungapi Anak Krakatau (110 m dpl) mengalami peningkatan aktivitas vulkanik sejak 18 Juni 2018.

Dari kemarin hingga pagi ini visual gunungapi terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah utama teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal tinggi sekitar 500 meter dari puncak. Teramati Letusan berwarna putih hingga kelabu setinggi 500 meter. Angin bertiup lemah ke arah baratdaya dan timur.

Melalui rekaman seismograf tanggal 18 Februari 2019 tercatat: 1 kali gempa Letusan, 3 kali gempa Vulkanik Dalam, 1 kali gempa Tektonik Lokal
Rekomendasi: Masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 5 km dari kawah.

VONA: VONA terakhir terkirim kode warna ORANGE, terbit tanggal 18 Februari 2019 pukul 14:02 WIB, terkait erupsi dengan ketinggian kolom abu 720 m. Amplitudo gempa letusan 22 mm dan lama gempa 148 detik.

- Gunungapi Merapi (Jawa Tengah - Yogyakarta)

Tingkat aktivitas Level II (WASPADA). Gunungapi Merapi (2968 m dpl) mengalami erupsi tidak menerus.

Dari kemarin hingga pagi ini visual gunungapi terlihat jelas hingga tertutup kabut. Angin bertiup lemah ke arah barat dan utara. Asap kawah utama teramati berwarna putih tipis hingga tebal setinggi 100 meter dari puncak.

Melalui rekaman seismograf tanggal 18 Februari 2019 tercatat: 7 kali gempa Awan Panas Guguran, 95 kali gempa Guguran, 21 kali gempa Hembusan
5 kali gempa Low Frequency, 1 kali gempa Hybrid,1 kali gempa Tektonik Jauh

Rekomendasi: Kegiatan pendakian G. Merapi untuk sementara tidak direkomendasikan kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana.

Radius 3 km dari puncak agar dikosongkan dari aktivitas penduduk. Masyarakat yang tinggal di KRB III mohon meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas G. Merapi

Jika terjadi perubahan aktivitas G. Merapi yang signifikan maka status aktivitas G. Merapi akan segara ditinjau kembali.

Masyarakat agar tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi G. Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan G. Merapi terdekat melalui radio komunikasi pada frekuensi 165.075 MHz melalui website www.merapi.bgl.esdm.go.id, media sosial BPPTKG, atau ke kantor BPPTKG, Jalan Cendana No.15 Yogyakarta, telepon (0274) 514180-514192.
Pemerintah daerah direkomendasikan untuk mensosialisasikan kondisi G. Merapi saat ini kepada masyarakat.

VONA: VONA terakhir terkirim kode warna GREEN, terbit tanggal 3 Juni 2018 pukul 20:39 WIB, terkait dengan adanya aktivitas hembusan asap berwarna putih dengan ketinggian kolom asap setinggi 3768 m di atas permukaan laut atau sekitar 800 m di atas puncak.

- Gunungapi Dukono (Halmahera)

Tingkat aktivitas Level II (WASPADA). Gunungapi Dukono (1229 m dpl) mengalami erupsi menerus.

Dari kemarin hingga pagi ini visual puncak gunungapi tertutup kabut. Asap kawah utama tidak teramati. Melalui rekaman seismograf tanggal 18 Februari 2019 tercatat: 2 kali gempa Letusan, 1 kali gempa Vulkanik Dalam, 1 kali gempa Tektonik Lokal, 5 kali gempa Tektonik Jauh, Tremor menerus dengan amplitudo 0.25 - 10 mm, dominan 1 mm.

Rekomendasi: Masyarakat di sekitar G. Dukono dan pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas, mendaki, dan mendekati Kawah Malupang Warirang di dalam radius 2 km.

VONA: VONA terakhir terkirim kode warna ORANGE, terbit tanggal 12 Februari 2019 pukul 19:00 WIT, terkait erupsi dengan ketinggian kolom abu sekitar 1529 m di atas permukaan laut atau sekitar 300 m di atas puncak. Kolom abu bergerak ke arah baratdaya.

- Gunungapi Ibu (Halmahera)

Tingkat aktivitas Level II (WASPADA). Gunungapi Ibu (1340 m dpl) mengalami erupsi secara menerus sejak tahun 2008.

Dari kemarin hingga pagi ini visual puncak gunungapi teramati jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah utama teramati berwarna putih hingga kelabu setinggi 200 - 600 m dari puncak. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah selatan dan utara.

Melalui rekaman seismograf tanggal 18 Februari 2019 tercatat 60 kali gempa Letusan, 37 kali gempa Hembusan, 18 kali gempa Guguran, 11 kali gempa Tremor Harmonik, 2 kali gempa Tektonik Jauh-  2 kali gempa Tornilo

Rekomendasi: Masyarakat di sekitar G. Ibu dan pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas, mendaki, dan mendekati di dalam radius 2 km, dan perluasan sektoral berjarak 3,5 km ke arah bukaan di bagian utara dari kawah aktif G. Ibu.

VONA: VONA terakhir terkirim dengan kode warna ORANGE, terbit tanggal 06 Februari 2019 pukul 19:02 WIT terkait erupsi dengan ketinggian kolom abu sekitar 1925 m di atas permukaan laut atau sekitar 600 m di atas puncak. Kolom abu bergerak ke arah Selatan.

- Gunungapi Gamalama (Maluku Utara)

Tingkat aktivitas Level II (Waspada). Gamalama (1715 m dpl) mengalami erupsi minor pada tanggal 4 Oktober 2018 pukul 11:52 WIT dengan tinggi kolom abu teramati mencapai 250 meter diatas puncak atau 1965 m diatas permukaan laut.

Dari kemarin hingga pagi ini visual gunungapi tertutup kabut. Asap kawah utama tidak teramati.

Melalui rekaman seismograf tanggal 17 Februari 2019 tercatat: 2 kali gempa Hembusan, 5 kali gempa Vulkanik Dalam, 3 kali gempa Tektonik Lokal
11 kali gempa Tektonik Jauh

Rekomendasi: Masyarakat di sekitar G.Gamalama dan pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas di dalam radius 1,5 km dari kawah puncak G.GamalamaPada musim hujan, masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai yang berhulu di G.Gamalama agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar.

VONA: VONA terakhir terkirim kode warna YELLOW, terbit tanggal 10 Oktober 2018 pukul 19:26 WIT, terkait hembusan asap kawah menerus sekitar 1725 m di atas permukaan laut atau sekitar 10 m diatas puncak.

Untuk Gunungapi Status Normal: Agar masyarakat/wisatawan/pendaki tidak bermalam dan berkemah di kawah untuk menghindari potensi ancaman gas beracun.

2. Gempa Bumi

GEMPA BUMI DI PERAIRAN SELATAN JAWA TIMUR, TANGGAL 19 FEBRUARI 2019

Informasi Gempa Bumi: Gempa bumi terjadi pada hari Selasa, 19 Februari 2019, pukul 02:30 WIB. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa bumi terletak pada koordinat 112,79° BT dan 09,68° LS, dengan magnitudo M5,9 pada kedalaman 10 km, berjarak 159 km tenggara Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Berdasarkan GeoForschungsZentrum (GFZ), Jerman, pusat gempa bumi berada pada koordinat 112,88° BT dan 9,37° LS , dengan magnitudo 5,6 Mw pada kedalaman 39 km.  The United States Geological Survey (USGS), Amerika, menginformasikan bahwa pusat gempa bumi terletak pada koordinat 112,862° BT dan 9,506° LS, dengan magnitudo M5,6 pada kedalaman 21,6 km.

Kondisi geologi daerah terdekat pusat gempa bumi: Berdasarkan tatanan tektoniknya, Pulau Jawa dipengaruhi oleh zona penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia di sebelah selatan, yang juga memberikan kontribusi tektonik berupa keberadaan sesar-sesar aktif di daratan.

 Pusat gempa bumi berada di Samudera Indonesia di selatan wilayah Jawa Timur.

Daerah yang berdekatan dengan pusat gempa bumi yaitu bagian selatan Jawa Timur tersusun atas batuan berumur Tersier yang terdiri dari batuan sedimen, batuan karbonat dan batuan vulkanik, serta batuan vulkanik dan sedimen berumur Kuarter. Getaran gempa bumi terasa lebih kuat pada batuan muda (Kuarter) yang bersifat urai dan tidak terkompaksi dan memperkuat efek guncangan gempa bumi.

Penyebab gempa bumi: Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi dan kedalamannya, kejadian gempa bumi ini disebabkan aktivitas zona subduksi yang terbentuk akibat penunjaman Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa.

Dampak gempa bumi: Berdasarkan informasi dari Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) Kelud di Kec. Wates, Kediri  dan Pos PGA Raung di Kec. Singojuroh, Banyuwangi, guncangan gempa bumi dirasakan di lokasi tersebut dengan intensitas III MMI (Modified Mercalli Intensity). BMKG melaporkan bahwa guncangan gempa bumi dirasakan di Lumajang dengan intensitas III-IV MMI serta di Malang, Karangkates, Blitar Sawahan, hingga ke Nusa Dua dan Kuta (Bali) dengan intensitas II-III MMI.

Gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami, karena meskipun berpusat di laut, namun energinya tidak cukup kuat untuk menyebabkan deformasi di bawah laut. Hingga tanggapan ini dibuat, belum ada informasi terkait kerusakan yang diakibatkan gempa bumi ini.

Rekomendasi:

Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.

Masyarakat agar tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, yang diharapkan berkekuatan lebih kecil. (bangkapos.com/TeddyMalaka/vsi.esdm.go.id)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved