Waspada Saat Mendaki di Gunung Papandayan, Pendaki Kabur Ketika Lihat Anak Macan Tutul
Setidaknya ada 10 ekor macan tutul jawa terfoto atau tertangkap kamera trap CCTV di Gunung Papandayan.
POSBELITUNG.CO-- Jika Anda ingin bertualangan dan mendaki Gunung Papandayan di Garut, Jawa Barat harus berhati-hati dan waspada karena di lokasi masih terdapat satwa liar macan tutul.
Setidaknya ada 10 ekor macan tutul jawa terfoto atau tertangkap kamera trap CCTV di Gunung Papandayan.
Itu merupakan hasil survei yang dilakukan Conservation International Indonesia, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, dan Chevron.
Hasil kamera menunjukkan macan Jawa masih hidup di Kesatuan Pemangkuan Hutan Konservasi Guntur-Papandayan.
Foto-foto macan dewasa itu dirilis Conservation International Indonesia dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat pada Selasa (30/4/2019) lalu.
Seperti dilansir bebas.kompas.id, keberadaan mereka terekam oleh kamera perangkap yang terpasang di 60 lokasi pada area seluas 120 kilometer persegi.
//Dari informasi yang terekam dalam kamera, macan tutul jawa berada pada ketinggian 1.114 – 2.635 meter di atas permukaan laut.

Ini karena sebagian besar kawasan Kesatuan Pemangkuan Hutan Konservasi (KPHK) Guntur-Papandayan termasuk ekosistem hutan hujan pegunungan dataran tinggi.
Dari hasil jepretan automatis kamera perangkap tersebut memberi infomrasi macan tutul jawa aktif sepanjang hari, baik pagi-siang-hingga malam hari.
Waktu terfoto tertinggi antara jam 6-8 pagi (15 persen) dan terendah pada jam 10-12 (3,3 persen). Monitoring dilakukan selama dua tahun pada 2016 – 2018.
Manager Senior Terrestrial Program CI Indonesia, Anton Ario, Selasa (30/4/2019) di Jakarta,, mengatakan identifikasi membutuhkan waktu panjang sehingga hasilnya baru dirilis saat ini.
Identifikasi yang dilakukan CI Indonesia dan BBKSDA Jawa Barat itu mencocokkan tiap individu macan tutul serta lokasi lintasannya.
“ Setiap individu macan tutul jawa dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan ukuran tubuh, jenis kelamin, dan pola totol di tubuh masing-masing individu,” kata Anton.
Setiap individu macan tutul jawa dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan ukuran tubuh, jenis kelamin, dan pola totol di tubuh masing-masing individu.

Berdasarkan hasil identifikasi itu, terdeteksi 10 individu yang terdiri dari 3 individu jantan dewasa, dan 7 individu betina dewasa.
Perangkap kamera menghasilkan jumlah total foto satwa sebanyak 1.214 foto, diantaranya macan tutul jawa sebanyak 83 foto.
Selama periode pemasangan camera trap di KPHK Guntur–Papandayan diperoleh 26 jenis satwa, 21 diantaranya jenis mamalia, dan 5 jenis burung.
Daerah Gunung Guntur dan Gunung Papandayan merupakan habitat satwa unik dan terancam punah seperti owa jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata), elang jawa (Nisaetus bartelsi), kukang jawa (Nycticebus javanicus), dan macan tutul jawa (Panthera pardus melas).
Bayi Macan Tutul Ditemukan Peneliti dan Pendaki
Sementara itu, sebelum 10 individu dewasa macan tutul jawa terfoto kamera CCTV, seorang peneli sekaligus pendaki pernah secara tak sengaja bertemu dengan bayi macan tutul jawa di Gunung Papandayan.
Dalam sebuah tulisan berjudul 'Pesona Gunung Papandayan yang Tidak akan Terlupakan' yang ditulis Geril Dwira Kaluku di situs www.mongabay.co.id, disebutkan bahwa bayi macan tutul jawa itu ditemukan oleh Idealisa Masyrafina, mahasiswa Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor pada akhir 2018 lalu.
Saat itu Idealisa Masyrafina sedang membuat penelitian tentang “Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di Gunung Papandayan”.
Jenis tumbuhan bawah itu ada yang dinamakan ilat (Cyperus brevifolius), pohpohan (Pilea melastomoides), bubukuan leutik (Strobilanthes involucrate), jukut geblug (Eragrotis nigra), bubukuan gede (Strobilanthes cernua), teklan (Eupatorium riparium), kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium), balakaciut (Galinsoga parviflora), dan teklan (Eupatorium riparium). Selain fungsi ekologi, beberapa jenis tumbuhan bawah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, obat, pakan ternak, dan sumber energi alternatif.
Untuk satwa liar, ada trenggiling (Manis javanica), kijang (Muntiatus muntjak), surili (Presbytis comata), dan beberapa jenis burung seperti punai dan kutilang. Beberapa individu macan tutul jawa (Panthera pardus melas) juga hidup di kawasan Gunung Papandayan. Hal yang dibenarkan Panca, ranger yang ditugaskan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat menjaga Papandayan
“Saya pernah lihat anakan macan tutul sewaktu melakukan pemantauan. Takut juga, dan saya segera pergi,” ujarnya.
Ada pesona padang bunga edelweis seluas 35 hektar di Tegal Alun serta padang rumput Tegal Panjang berlatar puncak gunung bagian utara yang sulit dilupakan. Namun, untuk memasuk kawasan ini, pengujung harus memiliki surat izin masuk kawasan konservasi (SIMAKSI) dari BBKSDA Jawa Barat karena kawasan cagar alam.
Letak Gunung Papandayan
Secara administratif, Gunung Papandayan berada di Desa Simajaya dan Desa Keramat Wangi, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, serta Desa Neglawangi, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam laman resminya mencatat, pada malam hari Agustus 1772, gunung api stratovolcano tipe A ini pernah erupsi besar dari kawah sentralnya. Awan panas yang dilontarkannya menewaskan hampir 3000 jiwa dan menghancurkan sekitar 40 perkampungan.
Terakhir, November 2002, erupsi besarnya mengakibatkan longsor pada dinding kawah Nangklak. Selain itu, terjadi juga banjir di sepanjang Sungai Cibereum Gede hingga ke Sungai Cimanuk sejauh tujuh kilometer.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 226/Kpts-II/1990, tanggal 8 Mei 1990, kawasan Hutan Gunung Papandayan ditetapkan sebagai Cagar Alam (6.807 hektar) dan Taman Wisata Alam (225 hektar).
Sementara, dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor SK.984/Menhut-II/2013 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Guntur-Papandayan yang terletak di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, Jawa Barat disebutkan, KPHK Guntur-Papandayan memiliki luasan sekitar 15.318 hektar.
Luasan tersebut mencakup TWA Gunung Guntur (250 hektar), TWA Gunung Papandayan (225 hektar), Cagar Alam Gunung Papandayan (6.807 hektar), TWA Kawah Kamojang (500 hektar), dan Cagar Alam Kawah Kamojang (7.536 hektar).
Khusus TWA Gunung Papandayan, pengelolaannya saat ini diberikan kepada PT. Asri Indah Lestari. Berdasarkan keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (An. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan) No. 1/1/IUPSWA/PMDN/2016, izin usaha pemanfaatan sarana wisata alam (IUPSWA) telah diberikan dengan wilayah kelola seluas 92,87 hektar.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Pendaki Kabur Lihat Bayi Macan Tutul Jawa di Gunung Papandayan, Kamera CCTV Potret 10 Macan Dewasa
//