Ayah Kandung Tega Bunuh Putrinya & Membuangnya di Gorong-gorong, Setelah Diminta Uang

DS siswi SMP asal Tasikmalaya ini diketahui sebagai korbanpembunuhan oleh ayahnya sendiri, BR (45).

Editor: Rusmiadi
KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA
Potret BR tersangka pembunuhan DS siswi SMP di Tasikmalaya 

Hal Sepele Inilah yang Picu Emosi Ayah Kandung Tega Bunuh Putrinya & Membuangnya di Gorong-gorong

POSBELITUNG.CO - Tepat satu bulan akhirnya misteri kematian DS siswi SMP yang ditemukan di gorong-gorong sekolah terungkap.

Butuh waktu satu bulan akhirnya tersangka dari kasuspembunuhan DS siswi SMPN Tasikmalaya terbongkar.

Satuan Reserse Kriminal Polres Tasikmalaya Kota mengungkaptersangka pembunuh DS tak lain tak bukan adalah ayah kandungnya sendiri, yang beinisial BR.

DS siswi SMP asal Tasikmalaya ini diketahui sebagai korban pembunuhan oleh ayahnya sendiri, BR (45).

Kepada polisi ayah gadis 13 tahun mengaku perbuatannya.

Tak hanya itu ia juga mengungkapkan alasannya hingga tega membunuh putri kandungnya tersebut.

Siapa sangka kemarahan BR bermula hanya gara-gara terpancing masalah sepele yang seharusnya memang kewajibannya sebagi orangtua.

Pelaku rupanya emosi karena korban merengek minta uang untuk biaya tur studi (study tour) sekolahnya ke Bandung.

Korban dicekik sampai tewas oleh pelaku sekaligus ayah kandungnya di sebuah rumah kosong dekat lokasi kerja pelaku.

Gorong-gorong tempat ditemukan jenazah DS, Jumat (31/1/2020). (Kompas.com/Irwan Nugraha)
"Korban tewas karena dicekik oleh pelaku sekaligus ayah kandungnya sendiri saat mengaku kesal korban meminta uang untuk study tour," jelas Kepala Polres Tasikmalaya Kota AKBP Anom Karibianto saat konferensi pers di kantornya, Kamis (27/2/2020) siang.

Sebelum diketahui tewas, lanjut Anom, korban sempat cekcok dengan ayahnya di sebuah rumah kosong dekat tempat kerjapelaku.

Namun, pelaku kalap karena permintaan korban untuk biaya studi tur sebesar Rp 400.000 tak bisa terpenuhi.

Akhirnya pelaku menghabisi nyawa anaknya sendiri dengan cara mencekik leher.

"Korban minta uang Rp 400.000 tapi tak bisa dipenuhi oleh pelaku sekaligus ayah kandungnya.

Selanjutnya ayah dan anak ini terlibat cekcok hingga pelaku emosi dan mencekik korban sampai tewas," tambah Anom.

Pelaku pun sempat membiarkan jenazah korban tergeletak di rumah kosong tersebut dan melanjutkan bekerja yang lokasinya tak jauh dari TKP pembunuhan.

Seusai pulang kerja, pelaku pun membawa jenazah anaknya tersebut memakai motor ke lokasi gorong-gorong sekolah korban.

"Setelah mengakui anaknya tewas, pelaku langsung membawa jenazah korban ke gorong-gorong sekolahnya sekaligus tempat penemuan mayat korban sebulan lalu," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, kasus ini bermula saat warga Cilembang Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya, digegerkan dengan temuan sesosok mayat perempuan tersembunyi di gorong-gorong depan gerbang sekolahnya di SMPN 6 Tasikmalaya, Senin (27/1/2020) sore.

Mayat tersebut saat ditemukan masih berseragam lengkap pakaian pramuka dan berkerudung.

Di jasad samping korban ditemukan tas sekolah berisi identitas serta buku-buku sekolah.

Tim Unit Identifikasi atau Inafis Polres Tasikmalaya Kota berhasil mengevakuasi jenazah yang tersembunyi tersebut dengan cara membongkar tembok beton saluran drainase tersebut.

Dalam buku-buku di tas berwarna merah muda dekat mayat tersebut tertera nama korban Delis Sulistina, salah satu siswi Kelas VII D SMPN 6 Tasikmalaya. (Kompas.com/ Irwan Nugraha)

Sebagian artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul Alasan Budi Bunuh Anaknya dan Buang Jasad Korban ke Gorong-gorong Sekolah

Gadis SMP Ditemukan Tewas di Gorong-gorong, Terbongkar Catatan Haru di Diary dan Cerita Korban Bully

 Penderitaan DS rupanya tak hanya tidak diberi uang untuk study tour oleh sang ayah.

Siapa sangka gadis remaja ini sebelumnya sudah menyimpan kesedihan yang ia pendam seorang diri.

Semasa hidup DS hanya menuangkan semua isi hatinya lewat catatan di buku diary.

Isi catatan DS

Setelah ditemukan tewas, ibu kandung DS, Wati menunjukkan catatan diary atau buku harian anaknya Senin (3/2/2020) saat ditemui di kediamannya. 

Dilansir via Tribun Mataram, masih dengan tatapan kosong, ibu dua anak ini terlihat ragu untuk dimintai keterangan wartawan yang berkunjung ke rumahnya.

Berkerudung biru muda dengan kaos berlengan panjang warna kuning, Wati pun mempersilahkan sejumlah wartawan masuk ke rumahnya yang berukuran sekitar 3x4 meter tersebut di dalam sebuah gang.

Selama ini dirinya berupaya membesarkan anak-anaknya sendirian karena sang suaminya meninggalkannya demi wanita lain.

Dalam catatan itu, DS memiliki cita-cita ingin menjadi seorang polisi wanita (Polwan) untuk memberantas kejahatan dan meringankan beban orang tuanya.

Wati Fatmawati (46), ibunda mendiang DS (13) siswi SMP yang jenazahnya ditemukan di dalam gorong-gorong sekolahnya, Senin (27/1/2020). (KOMPAS.com/IRWAN NUGRAHA)
Berikut catatan tulisan tangan DS di buku harian yang biasa dipakai belajar:

CITA-CITA KU

Pertama, Saya ada di kelas 6 sebentar lagi saya akan melaksanakan perpisahan dan keluar dari SDN 2 Lewo.

Setelah saya keluar dari SDN 2 Lewo, saya akan meneruskan ke SMP bila diterima, mengapa Saya akan meneruskan ke sana Kerena jaraknya dekat dari rumah dan tidak perlu buang-buang uang untuk biaya ongkos angkutan umum.

Dan tidak perlu diberi uang yang hanyak oleh orang tua cukup uang saku saja. Bila besar nanti saya ingin menjadi Polwan.

Mengapa saya ingin menjadi Polwan karena saya ingin memberantas kejahatan dan kejahatan akan berkurang.

Di SMP saya akan belajar dengan tekun agar tercapai cita-cita saya saat besar nanti dan bila di kelas saya akan mendengarkan bila ibu guru menerangkan dan

Bila bu guru memberi tugas di rumah saya akan mengerjakannya dengan senang hati agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

Saya memilih ke SMP itu karena saya ingin mendapatkan banyak ilmu pengetahuan dan ingin mendapatkan banyak teman-teman.

Korban Bully di Sekolah 

Salah seorang kerabat korban Ade  (56), mendampingi ibu kandung korban di rumah sakit mengatakan korban dikenal sosok yang senang di rumah dan jarang main sampai sore apalagi sampai tak pulang.

Namun, berdasarkan keterangan ibunya, korban terlihat murung dan senang berdiam diri sepekan sebelum diketahui hilang.

"Kata ibu korban, korban sering di-bully di sekolah," kata Ade. 

"Dikatai bau lontong karena ibunya berdagang lontong," jelas Ade. 

Setelah lulus dari Sekolah Dasar (SD), DS ingin masuk ke SMP yang karena dekat dari rumahnya untuk menghemat ongkos dan ingin sekali memiliki banyak teman.

Ternyata harapan dan angan DS memiliki banyak teman itu pupus, sebab selama satu semester menjalani sekolah, DS sering mengaku ke keluarganya diejek bau lontong.

Sebab, ibu DS sehari-hari berkerja sebagai pedagang lontong dan berasal dari keluarga kurang mampu. 

"Anak saya pun sempat ingin punya handphone, tapi saya belum bisa membelikannya karena penghasilan saya hanya cukup untuk makan saja selama ini," kata Wati saat dimintai keterangan wartawan di rumahnya, Senin siang. (TribunStyle.com)

Sebagian artikel ini telah tayang sebelumnya di Surya Malang dengan judul 'Cita-cita Gadis SMP Jadi Polwan Pupus, Tewas di Gorong-gorong, Impian Pilunya Tertuang di Buku Diary'

Artikel ini telah tayang di TRIBUNSTYLE.COM dengan judul Hal Sepele Inilah yang Picu Emosi Ayah Kandung Tega Bunuh Putrinya & Membuangnya di Gorong-gorong

Sumber: TribunStyle.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved