Google Kembali Dituding Menjalankan Praktik Monopoli Iklan
Sebagian besar layanan ditawarkan secara gratis dengan imbalan informasi pribadi yang membantu Google menjual iklannya.
Penulis: tidakada007 | Editor: Khamelia
Namun, investigasi ini tidak melibatkan kebijakan-kebijakan Google pada platform yang dimilikinya, seperti YouTube dan Google Play Store.
Investigasi ini juga menarik perhatian politisi, terutama mesin-mesin politik Partai Republik yang segera menjadikannya bahan kampanye.
Konfirmasi Google
Google sendiri belum mengonfirmasi laporan yang dikeluarkan oleh The Wall Street Journal tersebut.
"Kami terus terlibat dalam investigasi yang dipimpin Departemen Kehakiman AS dan Jaksa Agung Paxton. Kami tidak menanggapi spekulasi apapun yang beredar saat ini," sebut perwakilan resmi Google.
Paxton sendiri mengakui bahwa dirinya menaruh harapan besar pada proses penyelidikan ini. "Kami berada di jalur yang tepat untuk menyelesaikan penyelidikan ini," kata Paxton.
Bukan yang pertama
Ini bukan pertama kalinya Google mengalami tudingan menjalankan praktik monopoli.
Dikutip dari Business-Standar, sebelumnya Komisi Perdagangan Federal menutup penyelidikan ekstensif terhadap dugaan pelanggaran Google pada 2013 tanpa mengambil tindakan apa pun.
Karena saat itu mereka menyimpulkan bahwa perusahaan itu tidak merugikan konsumen.
Sejak itu, Google telah tumbuh lebih kuat di bawah payung induk perusahaan, Alphabet, yang muncul lima tahun lalu.
Ketika FTC menutup kasusnya, Google menghasilkan pendapatan tahunan sebesar 50 miliar dollar AS.
Tahun lalu, penghasilan Alphabet meraup pemasukan 162 miliar dollar AS.
Sebagian besar uang berasal dari pasar iklan digital yang Google mendominasi bersama dengan saingan jejaring sosial Facebook, target potensial lain dari regulator anti monopoli.