Jerambah Gantung Roboh

Jerambah Gantung Icon Pangkalpinang Rp 25 Miliar Belum Selesai Sudah Roboh, Ini Penjelasan Kadis PU

Nilai proyek Jerambah Gantung roboh senilai Rp 25 miliar, dikerjakan sistem sambung dan masih dalam tahapan pengerjaan

Penulis: Hendra | Editor: Hendra
POSBELITUNG.CO /BANGKAPOS/RESHA JUHARI
ROBOH - Jembatan Gantung (Jerambah Gantung) kota Pangkalpinang roboh pada Jumat (16/10/2020) malam. Jembatan penghubung Kota Pangkalpinang dengan Kabupaten Bangka yang belum diresmikan dan selesai dibangun itu roboh. 

POSBELITUNG.CO , BANGKA -- Robohnya Jerambah Gantung (Jembatan Gantung) Kota Pangkalpinang, Jumat (16/10/2020) malam yang masih dalam tahap pengerjaan dikarenakan masalah teknis.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang, Suparlan Dulaspar membenarkan bila ada bagian dari Jerambah Gantung tersebut roboh.

Ia menjelaskan bahwa pekerjaan Jerambah Gantung tersebut baru balok pingginya saja.

Jembatan tersebut belum utuh sebagaimana jembatan.

"Itu cuma balok bukan roboh seutuhnya, kebetulan yang kerja sedang istirahat jam delapan malam tadi, dan itu memang ada kesalahan teknis," ujar Suparlan kepada Posbelitung.co ,/Bangkapos, Jumat (16/10/2020) malam.

Dia menyebutkan, balok itu memang baru dikerjakan dengan sistem sambung dan hanya ada kesalahan teknis saja.

Proyek Jerambah Gantung tersebut bernilai Rp 25 miliar atau tepatnya Rp 25.980.529.000.

Baca Juga:

--> Jerambah Gantung Roboh Telan Korban, Dua Pekerja Proyek Terluka Loncat ke Bawah

Proyek Jerambah Gantung ini akan menghubungkan antara Kota Pangkalpinang dengan Kabupaten Bangka.

Letaknya berada di Jalan Fatmawati Dalam, RT. 003/ RW. 001 Kelurahan Jerambah Gantung Pangkalpinang dan Kelurahan Merawang, Kabupaten Bangka.

Peristiwa robohnya Jerambah Gantung ini terjadi sekitar pukul 19.30 WIB.

Saat itu pekerja proyek Jerambah Gantung ini sedang beristirahat (sambil charger hp) di atas jembatan yang sedang dibangun.

Tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh yang cukup keras disertai goyangan di jembatan yang cukup kuat,

Peristiwa Jembatan Gantung roboh ini akan di evaluasi oleh Dinas PU Kota Pangkalpinang.

"Besok kami akan rapatkan, dan mencari treatmen nya baiknya seperti apa," sebutnya.

* Jaga Kelestarian Alam

Mata Bujang (60) warga sekitar Jerambah pernah mengisahkan bagaimana ia menjalani hari hari saatjembatan belum dibangun.

"Kami sembilan beradik bersama orangtua tinggal di tepi sungai ini. Kami hidup dari hasil kebun dan menjualnya ke Pasar Pangkalpinang, jalan kaki," ungkap Bujang.

Menurutnya, dulu tempat di sekitar Jerambah Gantung Kecamatan Gabek, Kota Pangkalpinang itu hutan lebat yang jarang dilalui orang.

Baca Juga:

--> BREAKING NEWS: Jerambah Gantung Pangkalpinang Roboh, Kadis PU Akui Ada Kesalahan Teknis

Sungai dengan lebar 70 meter dan dalam lebih dari 5 meter itu menjadi habitat beragam ikan termasuk buaya.

Sampai kini, hutan mangrove atau bakau menghiasi tepian sungai sehingga alam tetap asri.

Tampak pula sejumlah perahu nelayan bersandar di tepi sungai.

"Orang yang lewat Jerambah Gantung sangat jarang, orang-orang dari Balunijuk yang ke Pangkalpinang. Sekarang jembatan tidak ada lagi, mau dibangun jembatan baru," ujarnya.

Jembatan yang dimaksud adalah proyek pembangunan Jembatan Air Kerabut atau biasa disebut Jembatan Gantung senilai Rp 25 miliar sepanjang 70 meter dan tinggi 8 meter.

Lantaran pembangunan jembatan itulah, Bujang berharap keasrian alam di sekitarnya tetap terjaga.

Bujang khawatir, efek dari pembangunan jembatan tersebut akan membuat hutan mangrove tergerus dan terjadinya pendangkalan sungai.

"Sejak lama kami menjaga hutan bakau, sungai termasuk buaya di dalamnya. Jangan sampai nanti rusak karena pembangunan jembatan ini. Sekarang lebar sungai mulai berkurang, sekitar 50 meter saja," kata Bujang.

Bujang menyebutkan Jerambah Gantung tidak lagi berfungsi sekitar tahun 1987 silam dan sudah tiga kali berganti kabel baja.

Jerambah tersebut selebar 1,5 meter dan mampu dilewati menggunakan sepeda motor.

"Cuma dua tiang inilah yang masih tersisa, jangan dibuang. Sama saja menjaga keaslian alam di sini. Sempat tiang sisa Jerambah Gantung yang di sebelah Tuatunu dicopot, kami minta dipasang lagi, karena itu bukti sejarah," ujar Bujang.

* Sungai Jerambah Gantung Jadi Habitat Buaya

Warga lain Tri (52) mengungkapkan, Sungai Jerambah Gantung memiliki kenangan bagi dia dan keluarganya.

Selain itu, selama mereka hidup di tempat itu, alam masih terjaga dengan baik.

"Tidak ada buaya mengganggu manusia di sungai ini. Kalau orang meninggal tenggelam memang ada tetapi bukan disambar buaya," ungkap Tri.

Tri menyebutkan ketinggian air sungai tergantung pasang dan surut laut yang masuk melalui mulut muara Sungai Baturusa.

Tampak dari atas, sungai yang membelah tepi Kota Pangkalpinang dari Selindung sampai Kampak itu begitu tenang.

Di dua sisinya masih tumbuh subur mangrove.

Sedangkan di sisi daratan, sejumlah permukiman warga termasuk kompleks perumahan.

Ikon Kota Pangkalpinang

Ditemui terpisah, Wali Kota Pangkalpinang Maulan Aklil alias Molen mengatakan Jembatan Air Kerabut atau Jerambah Gantung akan dijadikan ikon baru di Kota Pangkalpinang.

Menurutnya, nanti tidak hanya sekadar jembatan saja tapi daerah di sekitarnya nanti akan lebih dikembangkan menjadi spot foto dan tempat bermain baru di Kota Pangkalpinang.

Jembatan tersebut ditargetkan akan selesai pada Desember nanti dan diresmikan pada 1 Januari 2021.

"Kita resmikan nanti tepat pada pergantian tahun 2021. Kita ingin masyarakat Kota Pangkalpinang tidak hanya bermain di tempat itu-itu saja tapi beralih ke tempat baru termasuk Jerambah Gantung," kata Molen.

Dia menyebutkan, hadirnya jembatan tersebut membuat perekonomian masyarakat semakin meningkat.

"Ditambah lagi dengan keberadaan aktivitas dari UBB, artinya aktivitas mereka dari Kabupaten Bangka ke Kota Pangkalpinang semakin dekat," ujarnya.

Dia menuturkan, jembatan itu nantinya akan dilengkapi dengan lampu hias hingga pembuatan taman di sekitarnya.

"Jadi untuk yang nanti diresmikan baru jembatannya dulu, akan mengikuti nanti penambahan lampu hias di dekat jembatan berikut spot tempat berfotonya," ungkapnya.

Dia berharap kehadiran jembatan itu nantinya dapat berfungsi dengan baik dan dapat membantu masyarakat untuk beraktivitas.

Ditambahkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang Suparlan Dulaspar, desain Jembatan Gantung tetap menyerupai Jerambah Gantung buatan 1938 silam.

"Memang kalau desain jembatannya kita akan buat mirip-mirip seperti Jerambah Gantung yang lama. Tapi hanya aksesoris seperti tali-tali yang bergantung saja, kalau jembatamnya tetap menggunakan beton," kata Suparlan.

Biaya yang dikeluarkan untuk membangun jembatan sepanjang 70 meter itu senilai Rp 25.980.529.000.

Jembatan Gantung yang berlokasi di Kelurahan Jerambah Gantung dibangun sejak 22 April 2020 dan ditargetkan akan selesai pada Desember mendatang.

Jembatan yang dibangun dari APBD 2020 itu dikerjakan PT Karya Mulia Nugraha, untuk menghubungkan Kota Pangkalpinang dengan Kabupaten Bangka terutama di bagian Desa Balunijuk.

"Kalau sekarang sudah kita perkirakan 40 persen pembangunan sudah berjalan. Jadi tanggal 23 Desember 2020, pembangunan semuanya harus tuntas, kira-kira November juga sudah selesai, tinggal perapian saja nanti," jelasnya.

Hadirnya Jembatan Jerambah Gantung memberikan manfaat bagi masyarakat dan warga sekitarnya.

Termasuk mahasiswa atau dosen UBB tidak perlu lagi menempuh waktu yang lama untuk pulang pergi kampus.

Adyos mahasiswa jurusan Akutansi UBB mengaku hadirnya jembatan dapat mempersingkat waktu perjalanan bila ingin berpergian ke Pangkalpinang.

"Kalau mempersingkat itu pasti. Untuk mahasiswa UBB atau orang dari Pangkalpinang ke Balunijuk tentu lebih cepat," ujar Adyos.

Menurutnya, sebagian besar mahasiswa yang berdomisili di Pangkalpinang sangat menanti jembatan ini.

Serupa diungkapkan Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan UBB M Rizza Mufiandi.

"Kalau jadi, tentu mempersingkat waktu pulang pergi. Misal saya hitung dari rumah saya ke kampus bisa lebih singkat 10 menit," jelas Rizza.

Ia menyarankan dalam pembangunan jembatan lebih memperhatikan kualitas kontrol bahannya.

"Mungkin lebih kepada kualitas kontrol bahan dan struktur bangunan yang diperhatikan. Jangan sampai, baru satu bulan dipakai sudah rubuh," tutur Rizza. (T2/S2)

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved