Perlakuan Sadis Kim Jong Un ke Pasien Corona, Tak Diobati Dibiarkan Kelaparan, yang Mati Dibakar

Pemerintah Korea Utara sama sekali tidak menyediakan makanan mau pun obat-obatan

Editor: Hendra
AFP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menghadiri Konferensi Industri Munisi ke-8 di Pyongyang, Korea Utara, pada Selasa (12/12/2017). Foto ini dirilis kantor berita Korea Utara KCNA pada Rabu (13/12/2017). 

POSBELITUNG.CO , PYONGYANG - Pandemi Virus Corona atau Covid-19 masih terus terjadi dan melanda seluruh negara di dunia.

Tak terkecuali negara Korea Utara dibawah pemimpinnya Kim Jong Un.

Pemerintahannya dilaporkan menerapkan kebijakan sadis dalam menangani pasien virus corona.

Diduga ada melanggar hak asasi manusia (HAM) untuk orang yang terinfeksi virus corona.

Pasien Covid-19 di Korea Utara dikabarkan ditempatkan pada sebuah 'kamp karantina' dan dibiarkan kelaparan sampai mati, menurut klaim seorang aktivis.

Laporan-laporan selanjutnya, yang dilansir dari Daily Mail mengatakan bahwa orang-orang dengan gejala virus corona tersebut 'diangkut dari rumah mereka tanpa makanan' dan bahwa pihak otoritas telah meningkatkan jumlah korban Covid-19 yang dibakar.

BACA JUGA:

--> Pilpres Amerika Serikat Rusuh, Kubu Trump Bawa Senjata Tolak Joe Biden, Kubu Lain Kawal Pemilu

--> Joe Biden Dinyatakan Menang, Pendukung Donald Trump Tak Terima, Demo Tuntut Setop Perhitungan Suara

Seorang aktivis Kristen, Tim Peters yang menjalankan solidaritas amal berbasis di Seoul, Korea Selatan mengatakan bahwa Korea Utara mengklaim 'kamp karantina' dibangun di kota-kota dekat perbatasan dengan China.

Namun, korban yang dibakar di kamp itu seringkali tidak mendapat perawatan medis dengan baik termasuk menderita kelaparan.

Kepada South China Morning Post, aktivis itu mengatakan bahwa pemerintah Korea Utara sama sekali tidak menyediakan makanan mau pun obat-obatan kepada mereka yang 'dikebumikan' di sana.

Singkatnya, Peters melaporkan bahwa kematian para korban Covid-19 di kamp karantina itu tak hanya karena wabah namun juga karena kelaparan.

LSM Peters mengirim pasokan medis dan lainnya sampai ke Korea Utara.

Dia menggambarkan situasi Covid di negara itu sangatlah serius.

Adanya laporan abai terhadap korban Covid itu dianggap cocok dengan informasi yang diterima dari mereka yang selamat dari kamp-kamp penjara Korea Utara.

BACA JUGA:

--> Donald Trump Kena Karma Jilat Ludah Sendiri, Dulu Sumpah Ini ke Obama Kini Dikalahkan Joe Biden

--> Tiga Remaja Diduga Bunuh Temannya, Jenazah Pelajar SMP Ditemukan Kondisi Kaki dan Tangan Terikat

Di mana para narapidana hanya 'diberi makan dalam jumlah yang sangat minimum'.

Seorang pendeta bernama David Lee yang bekerja sama dengan pembelot Korea Utara di Seoul mengatakan bahwa virus corona disebut sebagai 'penyakit hantu'.

Sehingga dianggap tidak ada alat uji tepat untuk bisa melacak dan menghentikan penyebaran virus.

Sementara aktivis HAM lain di Korea Selatan yang enggan menyebut nama mengatakan bahwa pihak berwenang telah banyak membakar jenazah korban Covid-19.

"Otoritas inspeksi pusat datang dari Pyongyang dan membakar semua mayat. Penduduk sangat cemas."

Klaim mengejutkan itu muncul ketika Kim Jung Un menyatakan bahwa negaranya itu 'bebas virus corona' selama pidatonya di parade militer memperingati ulang tahun ke-75 Partai Pekerja Demokrat Korea.

Pemimpin Korea Utara itu menyalahkan sanksi internasional, topan, dan virus corona sehingga membuatnya tidak bisa memenuhi janji-janji kemajuan ekonomi bagi rakyat.

Dia mengatakan dia bersyukur tidak ada satu pun warga Korea Utara yang dinyatakan positif mengidap penyakit itu.

Sebuah pernyataan yang sebelumnya selalu dipertanyakan oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved