Sejarawan Ungkap Asal Kekayaan Swiss yang 100Kali Lipat, Ternyata Pernah Terlibat Menjajah Indonesia

Pengusaha Swiss datang ke Indonesia turut membantu Belanda untuk menjajah dan memasok tentara untuk KNIL, membangun perkebunan hingga perbudakan

Editor: Hendra
(KOMPAS.com/KRISNA DIANTHA)
Seorang sejarawan Swiss bernama Andreas Zangger, peneliti kolonialisme di Asia Tenggara ini berani mengungkap keterlibatan negaranya Swiss dalam era kolonialisme Belanda di Indonesia 

Pengusaha Swiss yang ikut dalam kolonialisme, apakah berjumlah banyak?

Sangat sedikit. Justru yang agak besar itu adalah serdadu bayaran Swiss. Mereka masuk dalam KNIL dalam jumlah ribuan, terutama di era 1850 hingga 1860. Belanda lebih suka merekrut tentara Eropa ketimbang melatih tentara pribumi, yang dikhawatirkan memberontak seperti di India.

Di negara mana Swiss terlibat kolonialisme?

Dimana saja ada bagian orang Swiss. Namun di Indonesia mereka sangat disukai dan diterima, karena Swiss netral dan bukan negara imperialisme. Belanda lebih suka investor dari Swiss ketimbang dari Jerman. Swiss bukan saingan, lain dengan Jerman atau Inggris. Pada mulanya sampai 5 persen keberadaan pengusaha Swiss di Sumatera, namun pada akhirnya tinggal 1 persen. Tidak banyak, tapi ada. Meskipun sedikit, namun mereka punya posisi penting.

Ada pengusaha dari Appenzell, Zimmermann, yang memiliki istri dari Maluku?

Ya, tapi campuran. Wanita ini tetap dianggap Eropa, karena beragama Kristen. Dia juga pernah menikah sebelumnya dengan Kapten Belanda.

Ada juga keturunan Swiss Indo yang jadi anggota DPR di Nidwalden, Swiss Tengah. Bermula dari perwira di KNIL, Louis Borneo, yang memiliki simpanan asal Kalimatan. Putranya dibawa ke Swiss, sementara putrinya tetap tinggal bersama ibunya. Anak itu menjadi anggota DPR Nidwalden.

Melihat masa lalu Swiss di era kolonialisme, bisakah disebut bahwa Swiss juga penjajah?

Saya kira demikian.

Swiss memang tidak memiliki tanah jajahan, tapi terlibat dalam kolonialisme, yang merupakan proyek masyarakat Eropa. Swiss ikut di dalamnya dan memperoleh keuntungan. Masyarakat Eropa saat itu menganggap dirinya lebih unggul dan negara lain dijadikan jajahannya. Swiss terlibat sebagai serdadu bayaran, pengusaha dan juga misionaris.

Bagaimana Anda bisa menulis sejarah Swiss dan kolonialisme, padahal ini memalukan Swiss sendiri?

Jujur saja, sumber yang ada sangat terbuka. Misalnya di Heiden, mereka punya banyak koleksi di era penjajahan. Lalu mereka ingin penjelasan dari semua itu. Banyak ahli dicari.Salah satunya saya sebagai penulis buku itu. Jadi mereka terbuka karena ingin tahu lebih dalam.

Ada juga keluarga Schmidt, bagaimana Anda mengenalnya?

Saya tidak kenal pribadi. Namun saya berbicara dengan mereka yang terlibat. Semacam ambivalen, satu sisi ada koleksi yang menarik, eksotis. Tapi di lain hal itu juga mereka merasa tidak oke, karena eksploitasi.

Apa yang sulit dari menulis buku itu?

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved