Tokoh Presidium Babel Soroti Masalah Antrean BBM yang Tak Kunjung Selesai, Begini Sarannya

Antrean panjang pembeli BBM di seluruh SPBU di Pulau Belitung telah memancing reaksi masyarakat.

Penulis: Dede Suhendar | Editor: M Ismunadi
Istimewa/Dok Pribadi
Tokoh Presidium Babel, Muhtar Motong. 

POSBELITUNG.CO, BELITUNG -- Antrean panjang pembeli BBM di seluruh SPBU di Pulau Belitung telah memancing reaksi masyarakat.

Di media sosial tulisan bertajuk keluh kesah antrean BBM itu seakan menjadi topik rutin setiap harinya. Bahkan salah satu akun pernah menulis surat terbuka untuk Presiden Jokowi.

Peliknya persoalan BBM yang terjadi selama 20 hari itu memicu reaksi Tokoh presidium Babel Muhtar Motong.

Ia menilai 100 persen masyarakat pengguna BBM mengetahui kelangkaan itu disebabkan oleh mesin tambang pasir timah ikut menggunakan yaitu pertalite dan bensin.

"Lantas bagaimana mencari solusinya. Beberapa pejabat sudah berkomentar termasuk tawaran untuk mencari solusi, diantaranya banjiri SPBU dengan cara menambah kuota harian dan menambah lembaga penyalur yaitu Pertashop di luar Kota Tanjungpandan," ujar pria yang akrab disapa Tare kepada posbelitung.co, Jumat (24/9/2021).

Baca juga: Melalui Akun Medsos, Wabup Belitung Usulkan Tiga Solusi Masalah BBM

Baca juga: Kelangkaan BBM di Pulau Belitung Hampir Tiga Pekan, Ini Kata Dua Bupati di Pulau Belitung

Ia menilai untuk solusi pertama, jika membanjiri SPBU dengan menambah kuota harian dapat dipastikan keterbatasan tangki dari Fuel Terminal Tanjungpandan.

Selain itu, kondisi tersebut secara otomatis berdampak pada stok BBM Pertamina.

"Kalau mereka banjiri dalam beberapa hari saja, akibatnya akan terjadi krisis di tangki penampung jober karena kapal pengangkut belum tiba, masih di tengah laut atau mungkin baru mau berangkat dari Palembang. Keputusan ini tidak mungkin dilakukan oleh Pertamina karena akan menimbulkan masalah baru," kata Tare.

Kemudian solusi kedua, menambah lembaga penyaluran berupa pendirian pertashop yang hanya menjual BBM jenis pertamax.

Menurutnya, jika seperti itu sama saja masyarakat diarahkan untuk menggunakan produk BBM non subsidi dengan harga tinggi.

Padahal rakyat harus dilindungi dan dikurangi beban hidupnya sehingga pemerintah pusat memberikan harga subdidi untuk mereka.

"Kemudian juga dengan menambah lembaga penyalur, maka pertanyaannya bagaimana tangki penampungan di jobber apakah memungkinkan. Sehingga tawaran solusi ke dua juga sulit untuk dilakukan," katanya.

Tare menambahkan kelangkaan BBM di Pulau Belitung bukan hanya disebabkan aktifitas tambang dampak tingginya harga timah, tapi sudah menjadi tradisi tahunan.

Bahkan ketika memasuki akhir tahun, dimana cuaca laut tidak bersahabat, selalu terjadi keterlambatan pasokan. 

Berdasarkan kajian tersebut, Tare menyarankan solusi menambah jumlah tangki penampung di Jober Pertamina.

Sebab dengan kecukupan jumlah tangki sebelum memasuki cuaca ekstrim, BBM sudah distok di Jober.

"Pejabat provinsi maupun pejabat dua kabupaten di Belitung ini harus memaksa Pertamina untuk menambah tangki penampungan. Jangan timbul kesan pejabat turun kelapangan tapi tidak ada solusi, karena hal ini akan menurunkan wibawa pejabat itu sendiri," katanya. (posbelitung.co/dede s)

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved