Berita Pangkalpinang
Waspada dari Januari hingga Mei 2022 sudah 704 Orang di Babel Terserang DBD, 11 Orang Meninggal
Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode Januari sampai dengan Mei 2022 sudah sebanyak 704 orang di Bangka Belitung
POSBELITUNG.CO -- Masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus lebih waspada karena penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menghantui warga di kepulauan ini.
Pasalnya berdasarkan Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode Januari sampai dengan Mei 2022 sudah sebanyak 704 orang di Bangka Belitung yang menderita penyakit ini.
Bahkan sebanyak 11 orang dinyatakan meninggal dunia akibat diserang nyamuk Aedes Aegypti ini.
Tercatat yang paling banyak di Provinsi Kepuauan Bangka Belitung yang dijangkiti DBD adalah warga di Kabupaten Bangka Barat sebanyak 254 orang dan 5 orang meninggal dunia.
Sedangkan kasus DBD terendah di Belitung Timur tercatat 11 orang dan tidak ada angka kematian.
Sementara pada tahun 2021 lalu warga meninggal dunia karena DBD ada 18 orang, bila diakumulatif sepanjang 2021 ada 759 kasus orang terpapar DBD.
Banyaknya penderita DBD di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini perlu menjadi perhatian berbagai pihak.
Apalagi pada lima bulan awal tahun 2022 saja sudah hampir mendekati jumlah kasus sepanjang tahun 2021 lalu (Januari-Desember 2021).
Terkait maraknya penyakit DBD di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini Epidemiolog Kesehatan Ahli Pertama, Khairiah meminta agar seluruh elemen masyarakat melakukan pencegahan dan pengendalian.
"Pencegahan dengue ini bisa dengan tetap mengedepankan langkah-langlah preventif dan promotif melalui gerakan 1 rumah 1 jumatik (G1R1J) untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M plus di sekitar rumah dan tempat-tempat umum untuk mencapai angka bebas Jentik Diatas 95 persen," jelas Khairiah, Kamis (16/6/2022) kepada Bangkapos.com.
Dia menyebutkan penyakit demam berdarah dengue atau DBD masih sering ditemukan di Indonesia.
Vektor utama penularan penyakit ini adalah nyamuk spesifik Aedes Aegypti, nyamuk yang memiliki siklus hidup yang dapat bertahan di daerah pedesaan maupun perkotaan.
"Aedes Aegypti betina dapat bertelur di tempat basah mana saja, meski sangat kecil. Mereka dapat ditemukan di tumpukan sampah di perkotaan, ataupun genangan air di pedesaan. Telurnya juga dapat bertahan di tempat yang kering dalam jangka waktu yang panjang. Bahkan, hingga satu tahun dan menetas saat terendam kembali dalam air," jelasnya.
Menurut Khairiah, fogging adalah salah satu cara yang masih dinilai efektif untuk membunuh nyamuk Aedes Aegypti dewasa.
"Tujuan fogging adalah untuk membunuh sebagian besar nyamuk yang infektif dengan cepat. Di samping memutus rantai penularan, juga menekan jumlah nyamuk agar risiko penyakit DBD juga menurun," jelasnya.

Penanganan Jitu dengan 3M Plus
Khairiah menekankan fogging bukan strategi yang utama dalam memberantas nyamuk A DBD.
Pencegahan terbaiknya adalah dengan menjaga kebersihan dan menghilangkan jentik nyamuk Aedes aegypti.
"Dikhawatirkan pula akan terjadi resistensi nyamuk terhadap insektisida jika dilakukan pengabutan terus-menerus. Jadi, untuk menghindari serangan DBD, disarankan agar setiap warga melakukan 3M plus yang sebenarnya sangat sederhana," ungkap Khairiah.
Dia menambahkan tanggal 15 Juni 2022 kemarin, di peringati sebagai ASEAN Dengue Day (ADD, dengan tema Nasional ADD Tahun 2022 adalah Wujudkan Indonesia Bebas Dengue, Basmi Dengue dengan PSN 3 M Plus.
3M adalah pertama, menguras atau membersihkan tempat yang sering dijadikan penampungan air, seperti bak mandi, ember, dan lain-lain.
Kedua, menutup rapat tempat-tempat yang dapat menampung air, seperti kendi, vas, toren air, dan lain-lain.
Ketiga, mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
"Rangkaian ini kemudian ditambahkan dengan plus yaitu bentuk kegiatan pencegahan lain, seperti menaburkan bubuk abate di tempat penampungan air, menggunakan obat anti nyamuk, menggunakan kelambu, memelihara ikan pemangsa jentik, dan lain-lain," saran Khairiah.
Waspadai Gejala DBD
Sebelumnya, Dokter Umum Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Pangkalpinang, dr Riza Jayanti menjelaskan mengenai gejala dan bahaya DBD.
"Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk bernama Aedes Aegypti, lebih kecil, badannya berwarna hitam pekat dengan dua garis vertikal putih di punggung dan garis-garis putih horizontal pada kaki," kata Riza.
Nyamuk ini biasanya bekerja dari pagi hingga sore hari, meskipun terkadang juga menggigit pada malam hari.
"Serangga ini menyukai tempat gelap dan sejuk sehingga lebih banyak ditemukan di dalam rumah dibandingkan di luar rumah yang panas, terutama bagi daerah-daerah yang intensitas curah hujan cukup tinggi, dimana tempat penampungan air akan menjadi sarang utama bagi perkembangbiakan nyamuk aedes aegpty," jelas Riza.
Dia mengingatkan ciri-ciri gejala DBD tidak langsung muncul. Pasalnya seseorang baru merasakan gejala pada 4 hingga 10 hari setelah digigit nyamuk bervirus dengue.
"Gejala paling umum yaitu demam tinggi hingga 40 derajat celcius. Bintik-bintik merah yang muncul di permukaan kulit merupakan tanda terjadinya pendarahan pada kulit akibat penurunan trombosit. DBD bisa berkembang menjadi kondisi berat dan merupakan kegawatan, yang disebut dengan dengue shock, atau DSS (dengue shock syndrome)," ungkapnya.
Tidak hanya itu, dia menambahkan perlu diwaspadi apabila muncul gejalanya berupa muntah, nyeri perut, perubahan suhu tubuh dari demam menjadi dingin atau hipotermia, dan melambatnya denyut jantung, hal ini dapat menyebabkan kematian ketika penderitanya mengalami syok karena perdarahan.
"Sampai saat ini belum ada obat spesifik untuk melawan atau menyembuhkan DBD. Pemberian obat hanya ditujukan untuk mengurangi gejalanya (simptomatis), misalnya demam, nyerinya, serta mencegah komplikasi. Selain itu, penderita DBD dianjurkan untuk banyak istirahat dan cukup minum agar tidak mengalami dehidrasi," saran Riza.
(Bangkapos.com/Cici Nasya Nita)