Berita Pangkalpinang

Atasi Masalah Sampah, Pemkot Pangkalpinang dan PLN Latih KSM Olah Sampah Jadi Bahan Bakar PLTU

Pihak PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero Unit Induk Wilayah (UIW) Kepulauan Bangka Belitung memberikan pelatihan pengolahan sampah.

Penulis: Cepi Marlianto |
Bangkapos.com/Cepi Marlianto
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kota Pangkalpinang, Akhmad Subekti saat melakukan peninjauan pelatihan pengolahan sampah menjadi bahan bakar jumputan padat (BBJP) di TPA Sampah Parit Enam, Kamis (20/10/2022). 

Dari hasil uji coba nantinya akan diuji laboratorium, apakah menenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) atau tidak.

“Kalau sesuai standar nanti akan diresmikan oleh pak wali dan aset akan diserahkan pemerintah kota untuk dikelola,” jelas Subekti.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kota Pangkalpinang, Akhmad Subekti saat melakukan peninjauan pelatihan pengolahan sampah menjadi bahan bakar jumputan padat (BBJP) di TPA Sampah Parit Enam, Kamis (20/10/2022).
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kota Pangkalpinang, Akhmad Subekti saat melakukan peninjauan pelatihan pengolahan sampah menjadi bahan bakar jumputan padat (BBJP) di TPA Sampah Parit Enam, Kamis (20/10/2022). (Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

Sementara itu Dosen Teknik Elektro Institut Teknologi PLN, Syarif Hidayat menyebut, cofiring merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara di PLTU.

Program ini menjadi bukti nyata komitmen PLN concern untuk mewujudkan target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 25 persen pada 2025 melalui teknologi co firing pada PLTU.

Pada pelatihan ini, peserta mendapat penjelasan teknik pembuatan BBJP. Mulai dari pemilahan sampah apa saja yang bisa digunakan, proses fermentasi sampah di bedengan, pengeringan sampah (angin-angin), hingga pencacahan sampah menjadi BBJP.

Setelah itu akan dilakukan proses uji kualitas BBJP yang dihasilkan.

Kualitas yang diuji mulai dari kandungan air, kandungan abu, fixed carbon ( persen) hingga calorific value (Kcal/kg).

Baca juga: Rekomendasi Hotel di Belitung, Nyaman serta Dekat dengan Tempat Wisata Favorit

Bahan bakar jumputan padat adalah bahan bakar yang berasal dari limbah (sampah) yang telah melalui proses pemilahan dan diolah melalui fermentasi mempergunakan bakteri yang kemudian dicacah menjadi ukuran butir kecil sekitar 5 mm yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil.

Dari sampah itu akan diolah menjadi Refuse Derived Fuel atau berupa bahan bakar alternatif yang komposisinya terbuat dari bahan sampah rumah tangga dan sampah lain yang mudah terbakar, baik organik maupun anorganik.

Selain itu juga menjadi Solid Recovered Fuel atau SRF merupakan RDF yang bahan dasarnya di pilih, dibentuk dan di proses sedemikian rupa.

“Sampah ini kita olah menjadi RDF atau SRF. Rencananya ini akan dikombinasikan dengan batu bara,” sebut Syarif.

Kata Syarif, sampah yang menjadi bahan dalam uji coba ini sebanyak lima ton. Dimana 80 persen merupakan sampah organik dan 20 persen sampah anorganik. Sampah itu diolah menggunakan sistem peuyeumisasi.

Peuyeumisasi merupakan pengolahan sampah secara mikrobiologi (fermentasi), yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya penguraian sampah dengan dibantu menggunakan bioaktivator.

Atau bahan yang dapat dimanfaatkan antara lain dalam pembuatan pupuk organik, pembuatan hormon alami, pembuatan biogas.

Sampah sendiri sebelum diolah harus terlebih dahulu dipilah menjadi beberapa kategori, mulai sampah organik, sampah anorganik, sampah bernilai ekonomi, serta residu.

Halaman
123
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved