Babel Kekurangan Guru PLB, Dindik Apresiasi Guru Mengabdi di SLB, Ervawi: Guru SLB Hatinya Harus Dua
Dari ratusan guru yang mengabdi di Sekolah Luar Biasa (SLB) di Provinsi Bangka Belitung, hanya sedikit yang lulusan PLB.
POSBELITUNG.CO, BANGKA - Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bangka Belitung Ervawi membeberkan bahwa Provinsi Bangka Belitung kekurangan guru Pendidikan Luar Biasa (PLB).
Dari ratusan guru yang mengabdi di Sekolah Luar Biasa (SLB) di Provinsi Bangka Belitung, hanya sedikit yang lulusan PLB.
Diketahui, berdasarkan data Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terdapat 9 Sekolah Luar Biasa (SLB), yang terdiri dari 7 sekolah negeri dan 2 sekolah swasta.
Sejak tahun 2013. SLB berada di bawah naungan Dinas Pendidikan Provinsi Bangka Belitung.
Dari total SLB Negeri, jumlah guru ada sebanyak 142 orang. Akan tetapi, dari jumlah tersebut, hanya sedikit yang merupakan lulusan PLB.
Ervawi mengatakan, guru yang mengajar di SLB adalah guru yang luar biasa, sebab tak semua guru mampu untuk mengemban tugas itu.
"Guru yang jurusan pendidikan luar biasa (PLB) sedikit, masih banyak yang campur-campur yang ngajar. Guru di SLB punya jasa yang luar biasa, hatinya harus dua,. Kalau di sekolah biasa hatinya satu, kalau di SLB harus dua, artinya kasih sayang harus lebih, karena kita harus bisa mengelola emosional dengan baik," ujar Ervawi, Selasa (27/12/2022).
Lebih lanjut, dia membeberkan bahwa Bangka Belitung kekurangan guru PLB.
"Guru PLB lulusan itu jarang, tidak semua anak yang mau, kemudian jurusan PLB ini juga tidak semua perguruan tinggi yang buka," katanya.
Dinas Pendidikan Provinsi Bangka Belitung berusaha untuk menambah guru PLB di Babel.
"Kami sudah mengirimkan tahun 2022, 6 orang di UPI, tahun 2021 ada ngirim juga, tapi pelan-pelan bertahap untuk memenuhi guru-guru PLB, berusaha memberi beasiswa kepada anak tak mampu tapi berprestasi," sebutnya.
Pemerintah juga diakuinya sangat memperhatikan sekolah luar biasa, bahkan dana operasional
SLB lebih besar dibandingkan sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan
(SMK).
"Bantuan biaya operasional kita lebih besar, untuk SMA kisaran Rp800 ribu, SMK Rp900 ribu dan SLB Rp4 juta per anak, itu perhatian untuk SLB. Kalau untuk guru memang masih sama, tapi mudah-mudahan ke depan anggaran lebih leluasa, mungkin harus lebih besar, kita usahakan," pungkasnya.
Pengabdian Luar Biasa
Ketua PGRI Persatuan Guru Republik (PGRI) Babel, Dra SR Kunlistiani mengapresiasi jasa para guru yang mengabdi di sekolah luar biasa (SLB).
"Pilihan mengabdi jadi seorang guru merupakan pengabdian yang luar biasa pada pendidikan dan patut diapresiasi, terlebih guru pendidikan khusus, ini disyukuri karena tidak semua orang mampu menjadi guru SLB," ujar Kunlistiani, Selasa (27/12/2022).
Dia menyebutkan, menjadi guru yang mengabdi di SLB membuat seseorang memiliki pribadi lebih sabar dibandingkan guru pada umumnya.
"Menjadi guru berkebutuhan khusus perlu kesabaran yang lebih besar karena anak berkebutuhan khusus (ABK) belum bisa memahami mana yang salah dan benar. Di sini kelebihan guru SLB melakukan pendekatan dan pemahaman yang benar ekstra sabar," katanya.
Dia menilai, seorang guru SLB itu memiliki kepedulian yang luar biasa, serta memiliki keyakinan dan alasan kemanusian yang hebat.
"Guru SLB memiliki semangat juang yang tinggi, mereka mampu menemukan kebesaran Tuhan, setiap anak memiliki bakat dan minat tertentu di balik keistimewaan dan mampu mendampingi anak yang berprestasi atau terbatas yang melampaui batas," katanya.
Bagi Kunlistiani, guru SLB adalah motivator ulung untuk membuat anak-anaknya mandiri.
"Tentu saja ini didasarkan rasa ikhlas, tulus dan sabar. Jadi layak seorang guru SLB diberikan apresiasi," ucapnya.
Butuh Perhatian
Terpisah Anggota DPRD Babel Fraksi PKS, Aksan Visyawan mengatakan guru Sekolah Luar Biasa harus diperhatikan.
"Dewan sebagai fungsi pengawasan dinas pendidikan, berharap guru SLB ini juga diperhatikan," ungkap Aksan, Selasa (27/12/2022).
Hal itu karena guru anak berkebutuhan khusus, tentunya memiliki kelebihan berupa kesabaran dibandingkan dengan guru pada umumnya.
"Mereka tentunya punya kelebihan, dari segi kesabaran dan juga kompetensi. Selain itu pasti punya keahlian khusus dari guru pada umumnya," ujarnya.
Tidak hanya itu sebagai anggota dewan dia memberikan perhatian pada sisi penggajian ataupun kompetensi yang dimiliki.
"Jangan sampai gajinya terlambat, ataupun skill dan kompetensi pendidik itu kurang," tambahnya.
Selain itu, secara pribadi dia juga memberikan apresiasi tinggi bagi guru anak berkebutuhan khusus.
"Karena skill khusus yang mereka miliki, tentunya guru SLB juga harus diberikan penghargaan berbeda," tuturnya.
Terakhir, dari banyak kelebihan dimiliki itu tentunya apresiasi nyata juga perlu diberikan pada mereka.
"Jadi perlu juga diberi insentif lebih dari sisi finansial bagi mereka. Karena tadi guru SLB, merupakan orang-orang terpilih bukan seperti pada umumnya," katanya.
Jangan Dijadikan Anak Tiri
Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Prof Bustami Rahman mengatakan secara teknis guru sekolah umum dan guru sekolah luar biasa (SLB) berbeda.
Menurut Bustami, pendidikan SLB memang mempunyai teknis tersendiri dan berbeda dengan sekolah umum. Namun dalam hal cita-cita ideologi pendidikan yang sama yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Lalu, Bustami menilai pendidikan sekolah luar biasa termasuk tenaga pengajarnya kurang mendapatkan perhatian dari berbagai pihak.
Bustami mengatakan seharusnya, siswa, guru dan pendidikan sekolah luar biasa harus lebih diperhatikan ketimbang sekolah umum, seperti anggaran yang cukup semisalnya.
"Maka orang-orang disable ini harus dipelihara sebaik-baiknya, sebagaimana kita memelihara orang-orang yang normal, sama saja, kebutuhannya, bahkan menurut saya harus lebih diperhatikan," kata Bustami, Selasa (27/12/2022) malam.
Bustami juga berpandangan, tenaga pendidik yang mengajar di SLB mempunyai tantangan yang lebih ketimbang menjadi guru di sekolah umum.
"Sebetulnya, gaji guru SLB itu harus lebih tinggi dari pada gaji dosen, maksud saya itu untuk menekankan bahwa sungguh sulit mendidik anak-anak SLB ketimbang yang umum," kata Bustami.
"Paling tidak, setara dengan gaji guru di sekolah umum, jangan dijadikan anak tiri," sambungnya.
Lebih lanjut, Bustami menyebutkan sebenarnya perhatian pemerintah sudah cukup baik dalam tataran umum yang telah mengikuti undang-undang dasar yang berbunyi mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Perhatian itu sudah dari dulu ada, yang kita tekankan itu tinggal meningkatkan saja, itu saja, supaya tidak timpang," pungkasnya.
Banyak Pengalaman Menarik
Satu dari guru senior di SLB Negeri 31 Pangkalpinang. Maryati (59) yang sudah mengajar sejak tahun 1987 juga mempunyai banyak pengalaman menarik.
"Awalnya hanya mencoba tes menjadi guru biasa, terus ada kesempatan di Sekolah Luar Biasa. Tapi setelah itu sampai mau pensiun menikmati, karena tingkah unik mereka," kata Maryati.
Dia juga menyampaikan beberapa tantangan selama kurang lebih 36 tahun mengajar kelas tuna grahita.
"Kalau tantangan, harus tahu dulu karakter anak. Potensi yang dikembangkan juga beda, jadi setiap kegiatan belajar peyampaian berbeda tergantung potensi," kata Maryati.
Akan tetapi ibu tiga orang anak yang sebentar lagi masuk masa pensiun tersebut, mempunyai kebahagian ketika mendidik siswa.
"Sama seperti tadi, saya menikmatj menjadi pendidik anak-anak dengan tingkah luar biasa. Karena kadang tingkah mereka lucu, walaupun ada perasaan sedikit kesal," pungkasnya. (Bangkapos.com/Cici Nasya Nita/Sepri/Rifqi Nugroho)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/belitung/foto/bank/originals/20220208-kepala-dinas-pendidikan-provinsi-bangka-belitung-ervawi.jpg)