Ramadan 2023

Batas Waktu Salat Tarawih di Bulan Ramadhan, Bolehkah Dilaksanakan Setelah Tidur?

Meski Anda mengerjakan salah tarawih setelah bangun tidur di waktu sepertiga malam tersebut, masih diperbolehkan.

|
dok Sripoku
Ilustrasi - salat tarawih 

POSBELITUNG.CO -- Saat memasuki bulan Ramadhan, umat muslim biasanya mengerjakan salat tarawih.

Salat tarawih adalah salat sunnah muakkadah yang dikerjakan selama bulan Ramadan.

Salat sunnah ini umumnya dilakukan sebanyak 11 atau 23 rakaat dan dikerjakan setelah salat isya.

Namun apakah boleh mengerjakan salat tarawih setelah tidur dahulu?

Dalam HR Imam Muslim, pelakasanaan sholat tarawih adalah pada saat selesai salat Isya sampai terbitnya fajar subuh.

Menurut kebiasaan umat muslim indonesia, mengerjakan salat tarawih yakni setelah selesai salat isya, artinya lebih awal.

Dari ‘Aisyah istri Nabi : “Adalah Rasulullah melakukan salat pada waktu setelah selesainya salat isya hingga waktu fajar (subuh) sebanyak 11 rakaat, mengucapkan salam pada setiap dua rakaat, dan melakukan witir dengan satu rakaat,” (HR Imam Muslim).

Ustadz Adi Hidayat dalam akun instagram @kajianustadzadihidayat pernah menjelaskan terkait batas waktu salat tarawih.

Baca juga: Hukum Hubungan Suami Istri di Bulan Ramadhan, Awas! Dosa jika Dilakukan di Waktu yang Tidak Tepat

Baca juga: Ini Amalan Sunnah di saat Sahur dan Buka Puasa Ramadan Menurut Ajaran Rasulullah SAW

Disebutkan batas waktu salat tarawih bisa dilakukan setelah salat isya, kemudian tunaikan salat sunnah bada isya dan setelah itu lakukan salat qiyamul lail.

"Waktu qiyamul lail batasnya dari bada isya sampai menjelang fajar," kata Ustadz Adi Hidayat.

Qiyamul lail adalah ibadah yang ditunaikan di malam hari, walau hanya sesaat.

Di dalamnya ada salat, membaca Alquran, dan ibadah lainnya.

Disebut qiyamul lail (menghidupkan malam) tidak mesti menghidupkan dengan mayoritas malam.

"Misalkan sekarang di Jakarta waktu Isya pukul 19.01 dan waktu subuh 04.26 maka di antara waktu itu adalah batas waktu qiyamul lail," jelas Ustadz Adi Hidayat.

"Dan ada yang memberi batas sebelum subuh 30 menit, pukul 04.10 itu namanya sahar disitulah kita sahur," tutur Ustadz Adi Hidayat lagi.

Jika Anda ingin tidur dahulu setelah salat isya, lalu bangun di sepertiga malam misalnya pukul 02.00 atau disebut dengan waktu tahajud, itu masih termasuk waktu qiyamul lail.

Sehingga meski Anda mengerjakan salah tarawih setelah bangun tidur di waktu sepertiga malam tersebut, masih diperbolehkan.

Salat tarawih adalah salat sunnah yang sangat dianjutkan pengerjaannya.

Dalam HR al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah sangat menganjurkan umat muslim untuk mengerjakan salat tarawih.

Pasalnya salat sunnah yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan ini memiliki ganjaran yang sangat luar biasa, yakni diampuni dosa-dosanya.

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya:

"Barangsiapa ibadah (tarawih) di Bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau." (HR al-Bukhari, Muslim, dan lainnya).

Doa Setelah Salat Tarawih

Doa yang dibaca setelah sholat tarawih dikenal dengan sebutan doa kamilin.

اَللهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ. وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ. وَلِلصَّلاَةِ حَافِظِيْنَ. وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ.

Allahummaj‘alna bil imani kamilin. Wa lil faraidli muaddin. Wa lish-shlati hafidhîn. Wa liz-zakâti fa‘ilin.

وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ. وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ. وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ. وَعَنِ الَّلغْوِ مُعْرِضِيْنَ

Wa lima ‘indaka thalibin. Wa li ‘afwika rajin. Wa bil-huda mutamassikîn. Wa ‘anil laghwi mu‘ridlin.

وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ. وَفِى اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ. وَبَالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ. وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ. وَعَلَى الْبَلاَءِ صَابِرِيْنَ

Wa fid-dunyâ zahdan. Wa fil ‘akhirati raghibin. Wa bil-qadla’I radlin. Wa lin na‘ma’I syakirin. Wa ‘alal bala’i shabirîn.

وَتَحْتَ لِوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ. وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ

Wa tahta liwâ’i muhammadin shallallâhu ‘alaihi wasallam yaumal qiyâmati sa’irina wa alal haudli waridin. Wa ilal jannati dâkhilin.

وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ. وَعَلى سَرِيْرِالْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ. وَبِحُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ. وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ

Wa minan nari najin. Wa 'ala sariirl karamati qa'idin. Wa bi hûrun 'in mutazawwijîn. Wa min sundusin wa istabraqin wadîbajin mutalabbisîn.

وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ. وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ. بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْن

Wa min tha‘amil jannati akilin. Wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syaribin. Bi akwabin wa abariqa wa ka‘sin min ma‘in.

مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا

Ma‘al ladzîna an‘amta ‘alaihim minan nabiyyîna wash shiddîqîna wasy syuhadâ’i wash shâlihîna wa hasuna ulâ’ika rafîqan.

ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللهُمَّ اجْعَلْنَا فِى هٰذِهِ لَيْلَةِ الشَّهْرِالشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ

Dalikal fadl-lu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîman. Allahummaj‘alna fî hadzihil lailatisy syahrisy syarîfail mubârakah minas su‘ada’il maqbulin.

وَلاَتَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِه وَصَحْبِه أَجْمَعِيْنَ. بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Wa lâ taj‘alna minal asyqiya’il mardudin. Wa shallallahu ‘ala sayyidina muhammadin wa alihi wa shahbihi ajma‘in. Birahmatika yâ arhamar rahimin wal hamdulillâhi rabbil ‘alamin.

Artinya :

"Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban-kewajiban, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu,

yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat, yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah,

yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka,

yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra, yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih.

Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui.

Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya.

Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan shahabat beliau.

Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam."

Itulah bacaan doa setelah sholat tarawih atau yang biasa disebut doa kamilin.

Doa ini dapat dipanjatkan setelah rakaat terakhir salat tarawih sebelum melaksanakan salat witir.

(Posbelitung.co/Fitri Wahyuni)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved