Pos Belitung Hari Ini
Pekerja Meja Goyang di Belitung Timur Cueki Radiasi Timah, BRIN Ungkap Ancaman Penyakit
Pria yang sudah bekerja di meja goyang sejak tahun 2014 itu menegaskan, bukannya dia tidak takut radiasi sehingga tetap bekerja tanpa alat pengaman.
Serupa disampaikan Kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Beltim, Novis Ezuar saat ditemui terpisah. Novis Ezuar mengatakan, pada tahun 2021 pemerintah sudah melayangkan surat bupati ke seluruh kepala desa dan camat agar tidak memberikan izin atau persetujuan atas kegiatan meja goyang.
Kepala desa dan camat sudah diundang dan mendengarkan langsung pemaparan dari peneliti BATAN tentang penelitian radioaktif meja goyang tahun 2019.
Kelenjar getah bening
Peneliti Ahli Madya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eka Jatnika mengakui penelitian yang dilakukan pihaknya pada tahun 2019.
Katanya, kelanjutan penelitian soal paparan radiasi dari mineral timah itu terhenti saat Covid-19 melanda Indonesia.
"Untuk pasir timah itu ada dua dampak radiasi seperti radiasi eksternal dan internal. Kalau external radiation itu bisa dari mineral radioaktif yang ada di timah dan olahannya seperti uranium, thorium dan kalium serta yang paling dominan adalah thorium dan uranium. Nah untuk internal ada radon dan toron," kata Eka Jatnika, Jumat (8/9/2023).
"Radiasi eksternal bisa menyebabkan kelenjar getah bening, sedangkan radiasi internal gas radon dan toron terhirup oleh pekerja tambang karena gas aktif, dia akan langsung ke paru-paru yang menyebabkan penyakit pernapasan dan bisa menjadi penyakit paru-paru kalau itu tinggi," sambungnya.
Diakuinya, memang dampak kedua radiasi dari pasir timah sangat berbahaya atau menjadi kekhawatiran bagi para pekerja pasir timah maupun masyarakat yang dekat dengan aktivitas pertambangan.
"Iya, yang paling utama itu paparan yang terjadi akibat dari kedua radiasinya memang. Jadi, misalkan ada kasus terkena penyakit ISPA akibat dari gas radon dan toron dapat juga membentuk atau bersamaan dengan vartikulat seperti TN 2,5 atau TN 10, yang tadinya tidak bersifat aktif menjadi aktif," jelas Eka.
Diungkapkan Eka, efek dari kedua radiasi yang timbul dari pasir timah itu sering terjadi bermacam-macam dengan jumlah yang cukup besar dan berdampak luas bagi semua orang.
"Memang berbeda-beda tergantung besar radiasinnya, untuk pasir timah sendiri lumayan besar, baik radiasi eksternal maupun internalnya, dan ini sedang kami kaji agar bisa diedukasi kepada seluruh masyarakat yang dekat dengan aktivitas pertambangan," ungkapnya.
Lebih lanjut Eka menyebutkan, BRIN sendiri sejak tahun 2019 hingga sekarang, sedang melakukan beberapa penelitian langsung di Provinsi Babel tentang radiasi.
"Pertama 2019 kita lakukan penelitian di Babel, di tahun itu kita petakan tentang lingkungan dahulu dan radiasinya sudah kita sudah publish e-paper-nya kemarin. Kita sudah petakan, kemudian kita ukur juga radio aktivitas yang ada di setiap tingkatan kerjaan timah," sebut Eka.
"Apalagi dalam pengerjaan pasir timah ada tingkatannya, mulai dari raw material-nya sampai ke semelternya itu kita juga ukur tingkat radio aktivitasnya hingga by product kita masih ukur," ujarnya.
Menurut dirinya, sampai saat ini pihakya masih dalam penelitian berapa kadar atau radio aktivitas di lingkungan pertambangan dan termasuk ada masyarakat hingga perusahaan-perusahaan pertambangan.
| Tim Gabungan Gerebek Sarang Narkoba di Sukamadai Bangka Selatan, 11 Warga Pesta Narkoba |
|
|---|
| KPK Tetapkan Gubernur Riau Tersangka Kasus Pemerasan, Kode '7 Batang' untuk Fee Proyek |
|
|---|
| Gubernur Bangka Belitung Cabut Laporan, Sudahi Polemik Dana Mengendap Rp2,1 Triliun |
|
|---|
| Tambang Ilegal di Merbuk-Kenari-Pungguk Bangka Tengah Kembali Marak, Tower SUTT Terancam Roboh |
|
|---|
| Salah Input Rp2,1 Triliun, Pemprov Bangka Belitung Laporkan BSB ke Polda |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/belitung/foto/bank/originals/20230912-Pos-Belitung-Hari-Ini-Selasa-12-September-2023.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.