Wawancara Ekslusif Bujang Penderita HIV di Beltim, Penyebab, Cara Bertahan Hidup, dan Harapan

Usianya masih relatif muda namun perjalanan hidupnya boleh dibilang tak biasa-biasa saja.

Editor: Alza
thinkstock/vchal
Ilustrasi HIV/AIDS. 

Namun, meskipun dihantui perasaan bersalah, Bujang sadar bahwa hidup harus terus berjalan. 

Dengan dukungan abangnya, dia mulai rutin meminum obat antiretroviral (ARV) yang disediakan rumah sakit setempat. 

Obat ini tidak menyembuhkan HIV, tetapi membantu menekan pertumbuhan virus dalam tubuhnya sehingga dia bisa tetap sehat.

Hari-harinya kini dipenuhi perjuangan untuk menerima dirinya. 

Namun, tantangan terbesarnya bukan hanya pada kesehatan fisik, melainkan juga mental. 

“Saya selalu merasa tidak percaya diri.

Kalau ada yang tahu saya ODHIV, saya takut mereka menjauhi saya, bahkan mencap saya orang yang tidak bermoral,” ucap Bujang dengan suara bergetar.

Setiap kali melangkah keluar rumah, ia merasa seperti membawa rahasia besar yang membebaninya. 

Namun, di balik ketakutan itu, dia juga memiliki keinginan besar untuk mengubah pandangan masyarakat tentang ODHIV.

“Kami tidak meminta untuk berada dalam situasi ini.

Kami juga ingin hidup normal, punya teman, punya keluarga, tanpa takut dihakimi,” tuturnya.

Dia berharap cerita seperti ini dapat menjadi inspirasi bagi ODHIV lainnya untuk terus berjuang.

Serta menjadi pengingat bagi masyarakat bahwa mereka memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif.

Pria ini memiliki harapan besar untuk masa depannya. 

Ia ingin lebih banyak orang tahu bahwa ODHIV bisa hidup produktif dan berkontribusi di masyarakat. 

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved