Berita Belitung

Speech Delay Umum Ditemukan di Belitung, Eis Masitah: Segera Asesmen Tumbuh Kembang

Anak-anak dengan kebutuhan khusus bukan untuk disembuhkan, melainkan didampingi

Penulis: Adelina Nurmalitasari | Editor: Kamri
Posbelitung.co/Adelina Nurmalitasari
PARENTING CLASS - Psikolog sekaligus founder Mental Health Center Belitung, Eis Masitah saat parenting class yang digelar Belitung Child Development di Aula Kolong Keramik, Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Jumat (25/4/2025). 

POSBELITUNG.CO, BELITUNG — Anak-anak dengan kebutuhan khusus bukan untuk disembuhkan, melainkan didampingi dan diberi ruang untuk berkembang.

Itulah pesan utama dari Founder Mental Health Center Belitung, Eis Masitah, dalam kegiatan Parenting Class yang digelar untuk memperingati Hari Kesadaran Autisme Sedunia di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Jumat (25/4/2025).

“Anak-anak spesial ini treatmentable, mereka bisa berkembang dengan terapi dan pendampingan yang tepat.

Tapi kalau terlambat dikenali, potensi mereka jadi terhambat,” ujar Eis.

Ia mengingatkan bahwa usia emas 0–5 tahun adalah periode paling krusial untuk intervensi seperti terapi okupasi, wicara, perilaku, atau dukungan psikologis.

Sayangnya, masih banyak orang tua yang baru menyadari hambatan perkembangan anak saat mereka hendak masuk sekolah dasar.

Padahal, keterlambatan bicara (speech delay) adalah hambatan paling umum yang sering ditemukan di Belitung.

“Kalau anak usia tiga tahun belum ada kosakata, segera lakukan asesmen tumbuh kembang,” jelasnya.

Baca juga: 5 Ton Pasir Timah Disita di Keranggan-Tembelok Bangka Barat, Kapten dan ABK Tersangka, Pemilik Buron

Eis juga menyoroti pentingnya pemahaman mendalam terhadap hasil pemeriksaan.

“Hasil skrining atau tes IQ jangan ditafsirkan sendiri.

Minta psikolog untuk menjelaskan.

Banyak salah paham terjadi karena hasil dibaca sepotong-sepotong,” tegasnya.

Selain soal deteksi dini, Eis menekankan pentingnya pendidikan inklusif yang benar-benar memfasilitasi keragaman kemampuan anak.

Ia menyebut beberapa sekolah seperti SDN 19, SDN 9, dan SDN 38 Tanjungpandan yang mulai menerapkan sistem inklusi.

Namun ia mengingatkan, inklusi bukan berarti memisahkan anak special needs dengan para siswa lain.

Sumber: Pos Belitung
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved