Advetorial

Petani Tuban Ketiban Rejeki, Limbah Jagung Dibeli PLN Diolah jadi Biomassa ke Listrik

Nilai ekonomis dari limbah jagung ini dirasakan manfaatnya oleh petani setelah PT PLN Nusantara Power (NP) selaku Subholding dari PT PLN

Penulis: Iklan Bangkapos | Editor: Hendra
Dok. PLN
PLN Nusantara Power UP Tanjung Awar-awar memanfaatkan limbah pertanian jagung sebagai bahan campuran batu bara (co-firing) pada PLTU berkapasitas terpasang 2 X 350 MW di Desa Wadung, Kecamatan Jenu, Tuban. 

POSBELITUNG.CO, TUBAN  – Limbah jagung yang sebelum tak bernilai ekonomis kini bisa jadi tambahan penghasilan bagi petani di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Nilai ekonomis dari limbah jagung ini dirasakan manfaatnya oleh petani setelah PT PLN Nusantara Power (NP) selaku Subholding dari PT PLN (Persero) melakukan transisi energi berbasis ekonomi kerakyatan.

Bonggol dan jerami jagung yang semula dianggap tak bernilai kini bisa dijual petani ke PLN untuk diolah menjadi biomassa sebagai bahan bakar alternatif atau co-firing di PLTU Tanjung Awar-Awar.

Muzamil, dari Kelompok Tani (Poktan) Sido Makmur di Desa Beji, mengungkapkan limbah jagung yang selama ini hanya dibiarkan bisa mendatangkan tambahan penghasilan.

“Saat ini limbah jagung dibeli PLTU jadi menghasilkan tambahan rupiah. Semua kelompok Sido Makmur berterima kasih kepada Bapak Ibu dari PLTU Tanjung Awar-awar yang telah mengusahakan program ini,” kata Muzamil, Sabtu (20/9).

Petani mengangkut limbah hasil panen jagung dari lahan di sekitar PLTU. Limbah berupa bonggol dan jerami jagung dari petani lokal diserap pleh PLN Nusantara Power UP Tanjung Awar-awar  untuk dijadikan sebagai bahan bakar biomassa co-firing.
Petani mengangkut limbah hasil panen jagung dari lahan di sekitar PLTU. Limbah berupa bonggol dan jerami jagung dari petani lokal diserap pleh PLN Nusantara Power UP Tanjung Awar-awar untuk dijadikan sebagai bahan bakar biomassa co-firing. (Dok. PLN)

Hal senada disampaikan oleh Roni, petani lain dari Poktan Sido Makmur. Ia mengaku sangat terbantu, bukan hanya dari segi ekonomi, tapi juga dari sisi pertanian berkelanjutan berkat bantuan infrastruktur pendukung.

“Alhamdulillah selama ini bonggol jagung yang nggak ada nilainya dan hanya dibakar bisa dimanfaatkan oleh PLTU dan dibeli. Kami merasa sangat terbantu dengan hal itu. Kami juga dapat bantuan sumur sibel, yang dulunya harus sewa atau mengambil air dari jauh, sekarang jadi lebih hemat dan efisien untuk mengairi sawah,” ungkap Roni.

Program pemanfaatan limbah pertanian ini dijalankan oleh PLN NP melalui Unit Pembangkitan (UP) Tanjung Awar-Awar, Tuban, sebagai bagian dari program CSR bertajuk Pengembangan Agrikultur Terpadu Desa Sinergi Energi (Si Pandu & Desi). 

Kabupaten Tuban sendiri merupakan sentra jagung nasional dengan produksi mencapai lebih dari 760 ribu ton per tahun.

Limbah bonggol jagung dari petani  di Tuban diolah melalui mesin hammer mill bantuan CSR PLN Nusantara Power UP Tanjung Awar-awar sebelum dijadikan sebagai campuran biomassa  pada co-firing PLTU Tuban. Bantuan mesin tersebut  untuk meningkatkan kapasitas produksi Koperasi Energi Cakrawala Nusantara yang mengolah limbah jagung dari petani menjadi biomassa untuk co-firing PLTU.
Limbah bonggol jagung dari petani di Tuban diolah melalui mesin hammer mill bantuan CSR PLN Nusantara Power UP Tanjung Awar-awar sebelum dijadikan sebagai campuran biomassa pada co-firing PLTU Tuban. Bantuan mesin tersebut untuk meningkatkan kapasitas produksi Koperasi Energi Cakrawala Nusantara yang mengolah limbah jagung dari petani menjadi biomassa untuk co-firing PLTU. (Dok. PLN)

Produksi ini turut menghasilkan limbah pertanian dalam jumlah besar, seperti jerami dan bonggol jagung, yang sebelumnya dibakar dan tidak menghasilkan energi.

Kini, limbah jagung dari petani ditampung oleh Koperasi Energi Cakrawala Nusantara (ECN) yang telah dilengkapi mesin hammer mill berkapasitas minimal 8 ton per hari.

Mesin tersebut merupakan hasil dukungan program CSR dari PLN NP, dan telah diuji coba pada 20 September lalu.

Ketua Koperasi ECN, Bang Am, mengungkapkan bahwa keberadaan mesin ini membuat petani tidak lagi perlu membakar sisa panen. Limbah tersebut bisa langsung dijual ke koperasi dan diolah menjadi biomassa.

“Petani tak perlu pusing lagi untuk bakar sisa selepan jagung, tinggal jual saja ke kami malah dapat uang. Dengan mesin ini, kami mampu memproduksi biomassa minimal 8 ton per hari dan siap menyerap limbah pertanian jagung sebanyak-banyaknya,” ujarnya.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menegaskan bahwa PLN akan terus menggenjot penerapan co-firing biomassa sebagai bagian dari strategi untuk mengakselerasi swasembada energi yang berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat lokal. 

"Sesuai arahan dari Bapak Presiden Prabowo Subianto, PLN terus mendukung agenda swasembada energi dari pemerintah. Dulu PLN hanya bertugas menyediakan listrik, tetapi kini tugas PLN adalah menyediakan energi yang bersih dan affordable untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, sekaligus pada saat yang sama juga menjaga kelestarian lingkungan," ungkap Darmawan.

Senada dengan hal tersebut, Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah, menyebutkan bahwa co-firing biomassa di PLTU Tanjung Awar-Awar ini merupakan bukti nyata bahwa transisi energi bisa berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Pemanfaatan limbah jagung menjadi biomassa co-firing di PLTU Tanjung Awar-Awar adalah bukti bahwa transisi energi dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Kami tidak hanya menekan emisi karbon, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi petani lokal yang selama ini kesulitan mengelola limbah pertaniannya,” tutup Ruly. (*/E8)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved