POSBELITUNG.COM, COLORADO - Penyanyi pop Taylor Swift memberi kesaksian soal pelecehan seksual yang dialaminya, Kamis (10/8/2017).
Dalam sebuah sidang gugatan, Swift menuduh penyiar radio David Mueller meraba bokongnya di sebuah acara jumpa penggemar pada 2013 lalu.
Menurut pengakuan Swift di Pengadilan Denver, Colorado, AS, insiden terjadi saat Swift sedang berfoto bersama Mueller di acara tersebut.
Swift mengatakan bahwa Mueller sempat mengangkat bagian belakang roknya dan menyentuh bokongnya.
"Di balik rok saya, dia memegang bokong saya," demikian pernyataan Swift di hari ketiga sidang pelecehan seksual itu.
"Tangannya tetap memegang bokong saya sampai saya pergi menjauh darinya," ucapnya lagi.
Swift mengaku sempat kaget, namun saat itu ia tak ingin membesar-besarkan masalah tersebut karena tak ingin mengecewakan penggemarnya yang sudah mengantri untuk bertemu dengannya.
Sekitar 15 menit setelah itu, Swift menceritakan soal insiden itu kepada fotografernya, Stephanie Simbeck.
Namun, Swift mengatakan dirinya memang awalnya tak ingin membesar-besarkan masalah tersebut karena merasa malu serta tak ingin orang lain tahu masalah itu dan terus menghantui hidupnya.
Seorang penjaga keamanan yang bertugas di acara itu, Greg Dent, dikatakan Swift sempat menyaksikan Mueller mengangkat roknya.
Tapi, tak ada yang benar-benar menyaksikan Mueller memegang bokong Swift, sebab keduanya berfoto membelakangi tembok.
Sebelumnya, Mueller membantah tuduhan bahwa dirinya memegang bokong Swift.
Sesi foto bersama pada kesempatan itu memang diakui "aneh", namun dirinya mengaku hanya memegang Swift pada bagian samping tubuhnya dan menyentuh roknya saat tangannya turun.
"Saya yakin sekali dia saat itu memegang bokong saya, sebab sempat cukup lama ia melakukannya," tutur Swift menanggapi itu.
Sidang gugatan ini merupakan hasil balasan Swift terhadap gugatan Mueller yang menuduh Swift telah merusak reputasi dan kariernya dengan klaim pelecehan yang disuarakan Swift.
Mueller memang mengatakan bahwa tuduhan pelecehan seksual itu telah membuatnya kehilangan "pekerjaan, semangat bekerja, dan penghasilan". (The Guardian/WLUC)