Gus Elham Cium Bibir Bocah Perempuan, PBNU: Fenomena Gus-gusan, Modalnya Ganteng, Gaul, dan Lucu

Viral di media sosial momen Muhammad Elham Yahya Luqman atau Gus Elham Yahya, mencium bibir bocah perempuan.

Editor: Alza
Tangkap layar instagram @mtibadallah
GUS ELHAM YAHYA - Gus Elham Yahya meminta maaf usai viral senang mencium pipi hingga bibir anak kecil. Dirinya dikenal pendakwah di Kediri, Jawa Timur.  

Ringkasan Berita:
  • Heboh video Gus Elham Yahya mencium bibir bocah perempuan
  • Ketua Tanfidziyah PBNU Ahmad Fahrur Rozi sebut fenomena dakwah karena kelucuan dan gaya gaul
  • Cermin kurangnya pemahaman terhadap ajaran agama 
 

POSBELITUNG.CO - Viral di media sosial momen Muhammad Elham Yahya Luqman atau Gus Elham Yahya, mencium bibir bocah perempuan.

Pendakwah asal Kediri, Jawa Timur itupun menjadi sorotan.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bereaksi dan menyebut fenomena dakwah kini hanya modal lucu dan gaul di medsos.

Hal itu diungkap Ketua Tanfidziyah PBNU Ahmad Fahrur Rozi.

Dia menyoroti fenomena maraknya pendakwah yang dikenal bukan karena keilmuan.

Menurutnya, banyak masyarakat kini tertarik mengaji lantaran sosok pendakwahnya lucu, bukan karena substansi ilmunya.

Pernyataan itu disampaikan Ahmad Fahrur Rozi menanggapi polemik yang melibatkan Gus Elham.

“Ketoprak-ketoprak, dagelan-dagelan jadi ustaz sekarang. Ludruk bisa jadi ustaz.

Orang mencari lucunya, bukan ilmunya,” ujar Fahrur Rozi, dikutip dari tayangan YouTube TV One, Kamis (13/11/2025).

Ia menilai, tindakan Gus Elham mencerminkan kurangnya pemahaman terhadap ajaran agama yang seharusnya dijunjung tinggi oleh seorang pendakwah.

Menurutnya, arus media sosial yang deras kerap membuat publik lebih terpesona pada tampilan luar ketimbang kapasitas keilmuan seorang dai.

“Sekarang ini banyak fenomena tentang gus-gusan modalnya ganteng, gaul, lucu, disukai anak-anak muda, dan kemudian viral."

"Walaupun, saya banyak tahu di antara mereka yang tidak memiliki kemampuan yang cukup,” ujarnya.

Fahrur Rozi mengimbau agar para pendakwah membawa kitab atau rujukan saat berdakwah, agar pesan yang disampaikan tetap terarah dan sesuai sumber ajaran.

“Seharusnya dia pegang satu kitab atau rujukan, sehingga tidak keluar dari pembahasan,” imbuhnya.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved