Aneh! Sumur Batu Tujuh Meter tak Pernah Kering

Sumur batu ini termasuk satu sumur yang tidak biasa. Hanya memiliki kedalaman tujuh meter, sumur ini tidak pernah kehabisan air.

Penulis: Dede Suhendar |
Pos Belitung/Dede Suhendar
Sumur milik Rustam Ismail (63) dan Sumiati (53) yang berada di sekitar Jalan Gajah Mada, Desa Mekar Jaya Manggar. 

Laporan Wartawan Pos Belitung Dede Suhendar

POSBELITUNG.COM, BELITUNG TIMUR - Ada yang berbeda dari sumur satu ini. Masyarakat Desa Mekar Jaya Kecamatan Manggar menyebut sumur ini, perigii batu. Saat musim kemarau panjang tiba, sumur ini menjadi satu diantara sekian banyak sumber mata air yang membantu masyarakat memenuhi kebutuhan air bersih.

Pasalnya, sumur milik pasangan Rustam Ismail (63) dan Sumiati (53)  belum pernah kehabiisan air. Padahal, hampir setiap hari air dari sumur yang berada tepat dibawah bebatuan besar ini diangkut keluar, mencapai 20 ton setiap hari. 

Sumiati menjelaskan nama perigi batu diberikan lantaran sumber mata air sumur tersebut berasal dari sela-sela batu. Selama musim kemarau beberapa bulan lalu, sumur yang memiliki kedalaman sekitar tujuh meter itu mampu menghasilkan air berton-ton perharinya.

"Alhamdulillah perigi (sumur) ini berkah dari ALLAH. Sekarang nonstop 24 jam dihisap pakai tiga mesin, untuk melayani pesanan pelanggan," ujarnya saat ditemui posbelitung.com, Jumat (30/10/2015).

Namun dikarenakan kemarau berkepanjangan, pasokan air sumur batu perlahan mulai berkurang, Sehingga harus dilakukan pendalaman agar air kembali normal.

"Palem mesinnya sudah begantung, tapi kering sih lum pernah," ungkapnya.

Pantauan posbelitung.com, di daerah sekitaran sumur tersebut merupakan lokasi bebatuan. Tepat di belakang sumur terdapat tebing dari batu.

Terlihat seorang pria tengah berada di dalam sumur sibuk memcah batu di dalamnya. Selang 30 menit pria berbaju hijau itu naik ke atas dan kembali menghidupkan mesin hisap air.

"Tadi diperbesar sumber airnya, memang tiap tahun begini. Tapi nanti normal lagi," ujar pria tersebut.

Mak mi menambahkan semenjak musim kemarau tahun ini, permintaan air sangat tinggi. Sehingga ia harus memperkejakan menantunya untuk membantu mengantarkan air ke rumah para pelanggan. Menurutnya, air tersebut dipatok seharga Rp 50 sampai 60 ribu perton dengan pelayanan diantarkan sampai ke rumah.

"Kalau tahun ini nonstop bahkan anak-anak itu sampai pagi. Karena permintaan air sekarang banyak," ungkapnya.

Ia menceritakan awal mula ditemukan sumur tersebut sekitar tahun 1985. Pada saat itu, Rustam suaminya tengah bekerja menitik batu untuk mencari tambahan penghasilan.

"Mulai nitik batunya sekitar tahun 1980, ketemu airnya tahun 1985. Jadi sekitar kedalaman tiga meter ketemu sumber air tapi belum sempat dipakai karena masih ada sumur," ungkapnya.

Namun setelah musim kemarau melanda, akhirnya Rustam memutuskan untuk memanfaatkan air tersebut. Bagitu juga dengan tetangga di sekitar kediamannya.

"Awalnya cuman tiga meter, jadi dibagi sama tetangga. Tapi makin hari orang makin ramai yang datang. Jadilah seperti sekarang," bebernya.

Ia menambahkan saat ini, jumlah antrian sudah berkurang. Dikarenakan banyaknya sumber air yang juga mampu melayani kebutuhan air bersih di sekitaran Kota Manggar.

Ia hanya mmampu bersyukur atas berkah yang didapatkannya lewat sumur tersebut. Menurutnya uang bukanlah persoalan utama, tetapi bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Manggar akan air bersih merupakan suatu berkah baginya.

Seorang warga bernama Ending terlihat sibuk mengisi jeriken air miliknya tak jauh dari lokasi sumur. Menurutnya keberadaan sumur batu membantu keluarganya untuk memperoleh air bersih. Terlebih pada saat kemarau.

" Kalau tidak ada sumur ini sih susah dapat aik. Biasanya saya pakai untuk kebutuhan air minum, walaupun musim hujan juga tetap ambil disini," ujarnya. (N1)

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved