Kisah Masa Kecil Yusril Bertetangga dengan Slamet Rahardjo-Eros Djarot di Tanjungpandan
Komandan Pangkalan Udara Tanjungpandan itu adalah ayah kandung bintang film Slamet Rahardjo Djarot dan musisi kondang Eros Djarot.
Mantan Menteri Sekretaris Negara di era Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I tersebut juga bertetangga dengan orang bernama Djarot, seorang perwira TNI AU yang tinggal tak jauh dari rumah keluarganya.
Komandan Pangkalan Udara Tanjungpandan itu adalah ayah kandung bintang film Slamet Rahardjo Djarot dan musisi kondang Eros Djarot.
"Saya sering bermain-main di halaman rumah Pak Djarot yang ukurannya besar dan terbuat dari beton. Rumah itu tampaknya peninggalan zaman Belanda. Saya masih ingat Slamet Rahardjo pakai baju pramuka dan terlihat gagah," katanya.
Yusril masih ingat betul bagaimana kakak beradik Slamet Rahardjo dan Eros Djarot pergi ke sekolah setiap pagi.
"Pagi hari saya melihat mereka pergi sekolah naik jip angkatan udara. Mungkin jip itu buatan Rusia, saya ingat warnanya biru," ujarnya.
Radio Listrik
Berbeda dengan keluarga Djarot, anak-anak Idris pergi ke sekolah berjalan kaki.
Selain mengenyam pendidikan di sekolah umum (sekolah rakyat), anak-anak Idris sekolah lagi di madrasah pada sore hari.
Tetangga lain yang dikenang Yusril bernama Pak Ahmad, pemilik bengkel reparasi radio. Pada masa itu belum ada televisi di kawasan tersebut.
"Ayah saya tak punya radio. Di zaman itu radio adalah barang mewah yang tak semua orang sanggup membelinya. Jadi kami mendengar radio di rumah Pak Ahmad," tambah Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu.
Keluarga Yusril baru punya radio setelah mereka pulang kampung ke Manggar karena ayahnya pindah tugas ke kota itu, masih sebagai Kepala KUA, pada akhir 1961.
"Radio listrik milik ayah saya itu suaranya sayup-sayup kedengaran. Kadang-kadang terdengar, kadang-kadang tidak," katanya.
Ia masih ingat betul bagaimana orang di kampungnya sangat tergantung kepada siaran radio ketika mengikuti pertandingan bulu tangkis memperebutkan Piala Thomas alias Thomas Cup.
Saat itu pemain yang menjadi idola yaitu Ferry Sonneville dan Unang Sukardja.
"Tetangga datang ke rumah kami ingin mendengar radio yang suaranya sayup-sayup sampai itu. Begitu juga rumah tetangga lain yang memiliki radio," kata Yusril.
