Lipsus Pantai Bilik

Satpol PP: Area Pantai Bilik Harus Bersih dari Pedagang

Kasatpol Kabupaten Belitung PP Alkar mengakui beberapa kali penertiban, memang sempat terjadi adu mulut dan perlawanan dari pedagang.

Penulis: Dede Suhendar |
Pos Belitung/Dede Suhendar
Sejumlah pedagang berjualan di kawasan pantai bilik dan tanjung tinggi Kecamatan Sijuk 

Laporan Wartawan Pos Belitung Dede Suhendar

POSBELITUNG.COM, BELITUNG - Aparat Satpol PP Kabupaten Belitung telah beberapa kali melakukan penertiban pedagang yang berjualan di area Pantai Bilik, Desa Tanjong Tinggi, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Aparat penegak perda ini bertindak sesuai perintah bupati.

Kasatpol Kabupaten Belitung PP Alkar mengakui beberapa kali penertiban, memang sempat terjadi adu mulut dan perlawanan dari pedagang.

Namun, hal tersebut bisa diredam, sehingga penertiban bisa dilaksanakan.

"Biasalah kalau ada yang tidak suka, tapi kami hanya menjalankan tugas dari Bupati. Bahwa area pantai tersebut harus bersih dari pedagang," ujar Alkar kepada posbelitung.com, Sabtu (11/3/2016) lalu.

Ia menceritakan, pada saat dilakukan penertiban pada Sabtu (11/3/2016), para pedagang sempat memblokade mobil wisatawan yang akan masuk ke area pantai. Tetapi berkat mediasi dan negosiasi, tindakan tersebut bisa diredam.

Pantauan posbelitung.com, terlihat papan larangan berdagang di sekitar area pantai. Namun beberapa pedagang masih terlihat pada Sabtu (12/3/2016).

Barang yang dijual seperti minuman, kelapa, makanan ringan dan cincin batu akik.

"Mereka mereka itu kan pedagang baru, kalau yang lama sudah dipindahkan ke area yang diberikan," ujar Alkar.

Sementara itu, Uzaini perwakilan 35 pedagang mengatakan, para pedagang sempat memenuhi keinginan pemda agar tidak berjualan selama momen gerhana matahari total (GMT) lalu, sekitar dua minggu. Tapi kemudian tidak ada kejelasan terhadap nasib mereka.

"Dulu Bapak Bupati sempat bilang, kami mau dikasih gerobak untuk berjualan agar kesannya tidak kumuh. Tapi sampai sekarang tidak ada," ujarnya.

Kemudian, Junaidi seorang pedagang kelapa yang sudah berjualan sekitar setahun, menambahkan, omzet yang diperoleh dalam satu hari tidak menentu. Tergantung kondisi wisatawan yang datang berkunjung.

Menurutnya sebagai penduduk lokal, mereka hanya berusaha mencari rezeki dari potensi yang bisa dimanfaatkan dari tanah kelahirannya.

"Kadang kadang baru dapat Rp 10 ribu sudah ditertibkan, masa kami harus jadi penonton di daerah sendiri," katanya.

Para pedagang berharap, pemda bisa memberikan solusi terbaik bagi mereka. Jangan terkesan hanya mementingkan kepentingan investor saja. Mengingat pariwisata adalah harapan baru bagi masyarakat Belitung dalam meningkatkan perekonomian. (n1)

Selengkapnya baca edisi cetak POS BELITUNG Jumat (18/3/2016).

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved