Kompas Muji-muji Jalan Belitung Mulus, Mau Pergi ke Objek-objek Wisata Jadi Lebih Cepat

Kompas kembali memuat berita tentang Pulau Belitung yang sekarang menjadi 10 destinasi wisata prioritas nasional.

Kompas.com
Jalan di Belitung 

Ia tak menyangka jalan-jalan di pedesaan di sepanjang perjalanan menuju pantai sudah diaspal.

"Selama berkendara, mata kita akan disuguhi pemandangan rumah warga dari satu desa ke desa lainnya. Tak seperti desa pada umumnya, jalanan yang dilalui sudah beraspal dan sangat mulus," kata Ane dalam tulisnya tersebut.

Penasaran?

Nih baca selengkapnya reportase wartawan Tribun Batam Anne Maria yang dikutip Pos Belitung dari batam.tribunnews.com.

Saat Jejakan Kaki di Pulau Laskar Pelangi, Jangan Lewatkan Sederet Sensasi Ini!

Waktu sudah menunjukan pukul 08.00 pagi, Sabtu (4/6/2016).

Suasana di Dermaga Pantai Tanjung Kelayang masih sepi. Hanya ada puluhan perahu penumpang nampak berjejer rapih di tepian pantai.

Dengan cat warna-warni, perahu-perahu tersebut terlihat kontras di birunya air laut dari pantai yang terletak di sisi barat laut Pulau Belitung.

Perahu-perahu tampak siap membawa ratusan wisatawan seperti saya, yang ingin mengelilingi pulau-pulau indah (Hoping Island) yang ada di Kabupaten Belitung.

Dermaga Pantai Tanjung Kelayang memang menjadi titik temu para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara yang ingin melihat keindahan Pulau Batu Berlayar, Pulau Pasir, Pulau Burung, hingga yang paling ternama Pulau Lengkuas.

Cukup mudah mengenali dermaga tersebut. Di tepian pantainya, langsung terlihat papan warna orange bertuliskan "Welcome to Belitong".‎

Foto: Dermaga Pantai Tanjung Kelayang

Untuk menjangkau dermaga pun relatif mudah. Saya hanya memerlukan waktu satu jam mengendarai sepeda motor rentalan sebesar Rp 50 ribu per hari dari pusat Kota Tanjung Pandan.

Selama berkendara, mata kita akan disuguhi pemandangan rumah warga dari satu desa ke desa lainnya.

Tak seperti desa pada umumnya, jalanan yang dilalui sudah beraspal dan sangat mulus. Sesekali, akan terlihat rumah warga yang halamannya dipenuhi dengan life jacket serta aneka kerajinan tangan.

Sejak dikenal lewat film Laskar Pelangi, mata pencaharian warga Belitung memang mengalami perubahan.

Warga yang semula adalah nelayan, perlahan-lahan mulai bergantung hidup dari sektor pariwisata. Perahu-perahu penangkap ikan pun mulai disulap menjadi perahu pengangkut manusia.

Ada pula keluarga yang bergantung hidup dari menyewakan life jacket, juga menjadikan rumahnya menjadi homestay para wisatawan. Bahkan menjadi tour guide lokal.

Guide belitungisland.com tour and travel, Asep yang membawa saya hari itu menceritakan, film Laskar Pelangi sudah meninggalkan jejak di kehidupan warga Belitung.

Jejak-jejak itu dapat dilihat dari perubahan kehidupan warga yang sebelumnya mencari nafkah dari pertambangan dan pencarian ikan di laut, kini mereka mulai melihat pariwisata sebagai sumber kehidupan baru.

Pantai-pantai yang menjadi lokasi syuting film tersebut pun mulai dikelola menjadi tempat wisata. Tak terkecuali lokasi syuting lain yang ada di pusat Kota Belitung Timur.

Dibekali pelatihan-pelatihan yang masih minim, masyarakat membangun sendiri sektor pariwisata Belitung. Walaupun memang, sebagian masih ada yang bertahan mencari ikan di laut.‎

"Kalau dilihat, keindahan pantai kami tidak kalah dengan Bali. Hanya saja, pengelolaannya masih kurang dukungan pemerintah. Untuk pembawa tour saja belum diatur oleh pemerintah daerah. Justru masyarakat yang lebih sadar akan pariwisata Belitung. Kami menjaga benar agar kebersihan dan keindahan laut terjaga. Kami berupaya supaya kawasan dekat pantai tidak dijadikan pertambangan lagi. Kami kelola sendiri, dan menjaganya bersama-sama," ujar Asep di perjalanan.

Menurutnya, pesona bahari Belitung mulai terekspos melalui film yang diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata. Kendati demikian, sejak bersinar, pemda dinilai kurang serius melakukan pengelolaan pariwisata di sana.

"Tour and travel dari daerah lain banyak yang open tour sendiri, jadi guidenya main dulu ke sini sendirian satu kali, baru selanjutnya menjadwal sendiri. Untuk lokal saja hanya satu tour and travel yang memiliki izin resmi. Sisanya ada yang tour dari daerah luar, ada juga masyarakat yang secara individu. Pemerintah daerah belum perhatian, masih terpaku pada pertambangan. Sampai sekarang resort saja hanya ada satu," ucapnya.

Dari dermaga, masing-masing tour biasanya menawarkan perjalanan pulau yang berbeda-beda. Hari itu, saya mendapat kesempatan menjejakan kaki di empat pulau berbeda.

Pertama-tama, saya dibawa ke Pulau Batu Berlayar. Seperti namanya, di pulau ini memang dipenuhi batu-batu granit besar yang menawarkan sensasi tersendiri, karena berada di tengah-tengah laut.

Kapal-kapal pengangkut wisatawan pun harus mengantri untuk bisa menambatkan kapalnya di pulau itu. Sesekali, bintang laut serta ikan-ikan kecil tampak melintas di kaki wisatawan yang turun dari kapal.

Puas berfoto-foto, kapal yang saya tumpangi pun beranjak ke Pulau Pasir. Seperti namanya, di pulau ini hanya ada pasir. Namun, pasir tersebut berada di tengah-tengah laut, dan berukuran kecil, tidak seperti tepian pantai umumnya.

"Kalau sudah pasang, nanti pulau ini hilang. Bayangkan keajaiban Tuhan itu, kalau dipikir-pikir, pasir kena hempas air pastinya lenyap. Tapi ini tidak, hanya tertutup air saja saat pasang. Jika sudah surut, muncul kembali," katanya.

Tak hanya Pulau Pasir yang menyimpan keunikan, di Pulau Burung Garuda yang menjadi persinggahan berikutnya, wisatawan bisa melihat batu granit yang berbentuk seperti kepala burung.

Menurut Asep, batu granit terbentuk dengan sendirinya, bukan karena pahatan tangan manusia. Di sini, kita bisa berfoto-foto sekaligus berenang di tepi pantainya yang jernih.

Di penghujung perjalanan, Asep membawa saya ke Pulau Lengkuas yang memiliki menara mercusuar 18 tingkat.

Mercusuar putih dengan 313 anak tangga itu sebenarnya sudah terlihat sejak di Dermaga Pantai Kelayang. Untuk menjangkau ke empat pulau sebenarnya tidak memakan waktu yang lama. Dari satu pulau ke pulau lain, cukup dengan waktu 15 menit.

Tetapi, selama 15 menit perjalanan itu, kapal akan dibawa berayun oleh ombak yang cukup tinggi.

Sesekali, pengemudi kapal tampak berusaha menghindari batu karang yang menyembul di tengah-tengah laut.

"Di sini memang ombaknya berbeda. Tapi syukurlah, kalau sekarang kami sudah bisa santai. Beda saat jadi nelayan dulu," ucap sang pengemudi kapal yang biasa disapa Pak Dandi yang membawa kami berkeliling.

Tidak seperti di pulau-pulau sebelumnya, di Pulau Lengkuas, cukup banyak aktifitas yang dapat kita lakukan. Jika tidak ingin berenang, kita bisa menaiki mercusuar dengan biaya relatif murah, hanya Rp 5 ribu per orang.

Sebelum naik, kita diharuskan melepas alas kaki, dan memastikan kaki bersih dari pasir. Jangan khawatir, warga pun sudah menyediakan busa khusus untuk membersihkan pasir dari sela-sela jari.

Sesampainya di dalam mercusuar, kita dapat melihat pemandangan yang berbeda-beda dari puluhan jendela yang ada di sekeliling mercusuar itu.

"Kalau siang dijadikan tempat wisata, asalkan tetap dijaga kebersihannya. Sebab, kalau malam ini masih difungsikan. Itu penjaganya masih tidur di mess," kata Asep lagi menjelaskan.

Sesampainya di atas, mata pun akan dimanjakan dengan ‎gradasi warna laut hijau dan biru, serta dinginnya angin yang menerpa wajah.

Jejeran kapal yang tengah berlabuh pun tampak sangat kecil. Jika takut ketinggian, sebaiknya tidak usah sampai ke lantai paling atas.

Sementara di bawah, wisatawan dapat menikmati sejuknya angin di bawah pohon kelapa sembari tidur beralaskan tikar.

Jangan lewatkan menikmati sejuknya air kelapa muda yang dijual oleh penduduk lokal di sana. ‎Tidak perlu membawa sunblock, sebab angin serta suasana di Pantai Lengkuas cukup menyejukan.

Sebelum pulang, ‎perahu akan berlabuh sebentar di tengah lautan.

Tak jauh dari tepi Pantai Lengkuas tersebut, memang sudah menjadi titik untuk aktifitas snorkeling dan diving.

Bagi penyelam, biasanya pemandu akan membawa ke titik laut yang terdapat kapal karam. Untuk kedua aktifitas itu, wisatawan yang datang tanpa tour and travel dapat menyewa alat selam standar, seperti fin dan mask di sana.

‎Pilih-Pilih Paket Tour yang Sesuai Kamu

Ditunjang dengan infrastruktur yang baik, serta keramahan warganya, berwisata ke Pulau Belitung menurut saya masih relatif murah.

Bagi Anda yang tidak mau repot selama perjalanan, bisa memilih tour and travel seperti belitungisland.com.

Perusahaan tour and travel itu menawarkan berbagai jenis paket yang lebih fleksibel. Wisatawan dapat memilih apakah ingin mengambil paket tour saja, atau dari tour plus makan.

Bisa juga tour plus makan plus hotel, dan paket lainya.

Tour and travel pertama di Belitung itupun menjamin semua peserta tournya dengan asuransi jiwa.‎

Sementara untuk yang senang backpacker, bisa sharing cost. Untuk penginapan di tengah kota Tanjung Pandan, masih ada penginapan termurah mulai harga Rp 200 ribu dengan fasilitas‎ lengkap plus free WiFi dan sarapan.

Penginapan pun menyediakan layanan antar jemput dari bandara, dengan biaya Rp 50 ribu per kamar.

Untuk menjelajahi Kabupaten Belitung, bisa memanfaatkan sewa kendaraan sepeda motor dari Rp 50 ribu hingga Rp 75 ribu per hari.

‎Sedangkan yang ingin menjelajahi pulau-pulau dari Dermaga Pantai Kelayang bisa menyewa perahu langsung di dermaga dari para warga.

Biasanya, untuk menyewa satu buah perahu dengan kapasitas penumpang di bawah 10 orang akan dikenakan biaya Rp 500 ribu.

Sedangkan ‎untuk yang berkapasitas di atas 10 orang, sewa kapal mencapai Rp 850 ribuan.

Nanti kita akan dibawa berkeliling ke empat sampai lima pulau yang ada di sana. (*)

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved