Dibanding Memakai Jasa PSK, Seks Tukar Pasangan Lebih Berisiko Terkena Penyakit Kelamin

Pesta seks tukar pasangan (swinger) berhasil dibongkar Polda Jawa Timur. Enam orang diamankan

Editor: Evan Saputra
surya.co.id/fatkhul alamy
Polisi membongkar kegiatan pesta seks pasutri swinger di Surabaya, Oktober 2018. Tiga pasutri jadi diamankan. 

POSBELITUNG.CO - Pesta seks tukar pasangan (swinger) berhasil dibongkar Polda Jawa Timur.

Enam orang diamankan dalam penggerebekan di sebuah hotel di jalan Diponegoro, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (7/10) itu.

Keenamnya adalah Eko, DA, AG, RD, ARP, dan DYA.

Salah satu yang diamankan adalah perempuan yang diketahui sedang hamil 8 bulan.

Melakukan seks dengan bertiukar pasangan tentu berisiko terkena penyakit kelamin seperti halnya seks bebas.

Bahkan, para ilmuwan mengatakan bahwa seks dengan bertukar pasangan risiko penularan penyakit kelamin lebih tinggi daripada seorang PSK.

Para ilmuwan mempelajari tentang swinger atau pasangan yang secara teratur bertukar pasangan seksual dan menikmati seks berkelompok pada sebuah pertemuan yang diadakan.

Para ilmuwan mengatakan pasangan swinger memiliki tingkat infeksi menular seksual (IMS) yang lebih tinggi dari seorang PSK.

Peneliti Belanda yang menerbitkan karya mereka di British Medical Journal menunjukkan, pasangan swinger yang lebih tua (berusia di atas 45 tahun) sangat rentan.

Dengan perkiraan bahwa populasi swinger bisa jutaan di seluruh dunia, para ilmuwan mengatakan bisa menjadi jembatan infeksi menular seksual (STI) bagi pelakunya.

"Meskipun perkiraan yang tepat tidak tersedia, populasi swinger mungkin besar," tulis Anne-Marie Niekamp, yang bekerja pada penelitian bersama rekan-rekan dari Universitas Maastricht.

Studi Belanda juga menganalisis jumlah pasien yang mencari pengobatan pada 2007 dan 2008 di tiga klinik kesehatan seksual di Limburg Selatan, Belanda.

Klinik mencatat apakah seorang pasien adalah seorang swinger sejak awal 2007.

Hal itu dilakukan dalam upaya untuk melacak tingkat infeksi di antara kelompok ini.

Selama masa studi, hanya ada kurang dari 9.000 konsultasi di tiga klinik.

Sumber: Intisari
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved