Potret 'Desa Kurcaci' Berusia 1500 Tahun di Makhunik Iran, Rumah Penduduknya Tak Sampai 2 Meter
Dari sekitar ratusan rumah batu dan tanah liat yang membentuk desa kuno, 70 hingga 80 di antaranya memiliki ketinggian yang sangat rendah.
POSBELITUNG.CO -- Di wilayah perbatasan Iran dan Afghanistan, terdapat Desa Makhunik yang juga dijuluki 'desa kurcaci'. Apa penyebabnya bisa mendapat julukan seperti itu?
Traveler, wisata di kawasan Timur Tengah menawarkan begitu banyak destinasi yang unik sekaligus eksotik.
Satu di antaranya adalah desa yang dijuluki 'desa kurcaci' di Iran.

Desa ini bernama Makhunik.
Desa Makhunik terletak di satu sudut terpencil di Provinsi Khorasan, Iran Selatan, dekat dengan perbatasan Afghanistan.
Mengutip laman intisari.grid.id, usia Desa Makhunik ternyata sudah mencapai 1.500 tahun.
Baca: Terbaru, 22 Universitas Terbaik Indonesia Masuk QS Rankings Asia, Ini Jelasnya
Baca: Jokowi Sebut Menteri Susi Galak dan Agresif, Jawaban Sang Menteri: Hati-hati Urusan dengan Saya
Saat itu, para penduduknya memiliki tinggi badan tak lebih dari 1 meter.
Penduduk di sana terindikasi menderita dwarfisme, kondisi di mana seseorang tidak mengalami pertumbuhan yang normal.

Dari sekitar ratusan rumah batu dan tanah liat yang membentuk desa kuno, 70 hingga 80 di antaranya memiliki ketinggian yang sangat rendah.
Rumah itu tingginya kurang dari 2 meter, dengan pintu yang sangat pendek.
Hal ini membuat orang harus membungkuk untuk melewatinya.
Beberapa dari rumah-rumah ini memiliki langit-langit berjarak 140 cm dari atas permukaan lantai.
Baca: Diapresiasi Pangeran Charles hingga Putin, Ini Gamal Albinsaid, Si Dokter Muda yang Mendunia
Baca: Jamur Yarchagumba Dikenal Sebagai Viagra Himalaya, Harganya Lebih Mahal dari Emas
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi dwarfisme penduduk Desa Makhunik.
Yakni, perkawinan antara kerabat dekat, pola makan yang buruk, dan air minum yang tercampur merkuri.

Baca: Jokowi Akhirnya Buka Suara Terkait Mobil Esemka, Begini Jelasnya
Baca: Prabowo Hidup di Luar Negeri sejak Kecil, Sudjiwo Tedjo: Dia Cinta Sama Negerinya Atau Benci Sekali?

Baca: Si Dokter Hantu: Menguak Sisi Gelap Operasi Plastik di Korea Selatan yang Bikin Merinding
Baca: Seekor Tupai di Jepang Mendadak Tenar, Ternyata Gara-gara Memiliki ini

Baca: Diperingatkan Berkali Kali, Bung Karno Tetap Nekat Nikahi Naoko Nemoto, Ternyata ini Alasannya
Baca: CPNS 2018 - Cek Namamu, Ini Link Pengumuman Hasil Seleksi Administrasi CPNS Kemenag

Sementara itu, selama berabad-abad, leluhur Makhunik juga hidup dalam isolasi.
Wilayah ini kering, sunyi, dan tandus yang membuat tanaman sulit untuk tumbuh serta binatang sulit diternakkan.
Lobak, gandum, barley dan buah yang disebut jujube hanyalah beberapa di antara sedikit jenis tanaman yang dapat tumbuh di sana.
Penduduk Desa Makhunik hidup dengan mengonsumsi makanan vegetarian.
Seperti kashk-beneh (terbuat dari whey dan sejenis kacang pistachio yang tumbuh di pegunungan) serta pokhteek (campuran whey kering dan lobak).
Tak cuma itu saja, malnutrisi juga berkontribusi secara signifikan terhadap defisiensi tinggi penduduk.
Baca: Jamaah Tak Tahu Selama 37 Tahun Arah Kiblat di Masjid Ini Tak Tepat, Melenceng 33 Derajat
Baca: Ramalan Zodiak Hari Ini, Kamis 25 Oktober: Virgo Banyak Kerjaan, Taurus Masuk Babak Baru
Keadaan yang terisolasi juga memaksa penduduk hanya bisa menikah di antara keluarga dekat.
Ini pula yang memungkinkan gen buruk dimiliki oleh kedua orangtua dapat menurun pada anaknya.
Beberapa gen ini berkontribusi dalam dwarfisme.
Pada pertengahan abad ke-20, desa ini mulai tersentuh pembangunan jalan dan akses kendaraan yang memudahkan penduduk untuk mencari kebutuhan sehari-hari.
Termasuk memperoleh bahan makanan, sehingga mereka mulai dapat menyantap nasi dan ayam.
Efeknya, dwarfisme di Desa Makhunik mulai berkurang.
Mengutip sputniknews.com pada 2016 lalu, ada sekitar 700 orang yang masih tinggal di Desa Makhunik.
Baca: Ini Fakta-fakta yang Ditemukan di Lapangan Terkait Satu Keluarga Tewas di Kalidoni Palembang
Baca: Ingat 4 Zodiak Ini Bisa Sangat Lihai Sembunyikan Perselingkuhannya

Desain rumahnya juga masih mempertahankan unsur-unsur arsitektur Neolitik.
Warnanya juga masih sama seperti saat dulu digunakan sebagai kamuflase dari penjajah.
Berkat warnanya pula, keberadaan desa ini sulit terlihat dari kejauhan.
Akan tetapi, penduduk Desa Makhunik masih hidup susah.
Baca: Inilah 5 Cara Mengobati Asam Urat Secara Alami
Baca: Kapal Karam 2500 Tahun di Laut Hitam Ditarik Keluar, Ahli Sebut Ini Penemuan Menakjubkan
Para pemuda memilih pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, para wanita menenun, sedangkan yang lansia bergantung pada subsidi pemerintah.
Meski begitu, arsitektur rumah yang unik mirip dengan jamur ini berpotensi untuk dijadikan tempat wisata.
Dengan begitu, diharapkan penduduk Makhunik dapat menciptakan peluang lapangan pekerjaan maupun bisnis di desanya.
Artikel ini telah tayang di Tribuntravel.com dengan judul Makhunik, Desa Kurcaci Berusia 1.500 Tahun di Perbatasan Iran-Afghanistan
(TribunTravel.com/Rizki A. Tiara)
Baca: Sepele, Agen Rahasia Saudi Lupa Ganti Sepatu Jadi Penyebab Terbongkarnya Pembunuhan Jamal Khashoggi
Baca: Fitri Carlina Dinikahi Pilot yang Bergaji Lebih Tinggi dari Presiden, Begini Gaya Hidup Mewahnya
Baca: Evi Masamba Pingsan di Pelaminan Setelah Resmi Menikah, Ternyata Penyebabnya Karena ini
Baca: Bule Ini Mengais Tong Sampah di Bali, Lalu Sebut: Orang di Sini Baik, Ramah dan Sering Beri Makan
Baca: Apapun Sinetronnya Pasti Dia yang Jadi Polisinya, Simak 5 Fakta Tentang Pria Asal Belitung Ini