Imlek 2019
Sejarah, Filosofi dan Makna Angpau bagi Warga Tionghoa saat Merayakan Imlek
Tradisi memberi angpau di Tahun Baru Tionghoa ini memang telah lama dilakukan oleh generasi secara turun-temurun.
Menurut Budi Santosa Tanuwibawa, pemberian angpau bukan hanya sekadar ritual memeriahkan Imlek.
Lebih dalam, makna angpau bisa jadi tentang filosofi transfer kesejahteraan atau energi.
Yang mana transfer ini diharapkan berasal dari mereka yang mampu, dan ditujukan kepada orang-orang yang kurang mampu atau tidak mampu.
"Transfer kesejahteraan dari orang mampu ke tidak mampu, dari orangtua ke anak-anak, dari anak-anak yang sudah menikah ke orangtua" ungkap Budi Santosa Tanuwibawa.
Jika selama ini kita mengira bahwa angpau diberikan pada hari-H Imlek, sejatinya tradisi Tionghoa mencatat bahwa pemberian angpau dilakukan pada tujuh hari menjelang Imlek.
Budi Santosa Tanuwibawa menyebut bahwa hal ini disebut sebagai Hari Persaudaraan.
"Ini mewajibkan orang yang merayakan Tahun Baru Imlek untuk membantu sesama yang tak mampu merayakannya," kata Budi Santosa Tanuwibawa.
Ada peraturan tak tertulis dalam pemberian angpau.
Yakni, sebelum menerima angpau, anak-anak mengucapkan selamat tahun baru dengan menggenggam kepalan tangan kanan dengan tangan kiri.
Lagi-lagi, hal ini tak hanya sekadar gestur belaka.
Ada makna di baliknya.
Masyarakat Tionghoa percaya bahwa tangan kanan berkesan agresif, sehingga harus 'dilindungi' oleh tangan kiri.
Angpau juga biasanya diberikan oleh orang-orang yang telah menikah, kepada mereka yang belum menikah.
Tak melulu soal faktor ekonomi, ada makna lain di balik aturan ini yang berkaitan dengan jodoh.
Ya, selain berbagi rezeki, pemberian angpau dari mereka yang sudah menikah untuk mereka yang belum menikah bisa menjadi perlambang doa agar cepat mendapat jodoh.
