Sukses Bermain Saham Ala John Wen, Intip Cara Milenial
John Wen yang lahir dan besar di Medan bisa dikatakan panutan bagi generasi milenial
BANGKAPOS.COM, JAKARTA - John Wen yang lahir dan besar di Medan bisa dikatakan panutan bagi generasi milenial. Di usia yang masih muda belia, dia punya kekayaan yang berlipat dari bermain saham.
Pada 2012, saat usianya baru 20 tahun, John mulai berinvestasi saham. Dia mengenal saham dari ibunya, seorang trader saham.
Namun dia tidak ingin menjadi trader, tetapi mau menjadi investor saham.
"Saya perhatikan Ibu saya trading saham malah lebih sering cut loss.
Dan semakin sering trading justru semakin tidak efisien," kata dia.
John pun mulai belajar investasi saham secara otodidak.
Dia banyak membaca buku tentang Warren Buffett.
John mengoleksi berbagai buku investasi, akuntansi, dan keuangan.
Kebiasaan menganalisis laporan keuangan perusahaan membuatnya fasih cara membaca kondisi keuangan dan nilai perusahaan.
Di tahun awal menjadi investor, John hanya berani mengoleksi saham-saham unggulan, terutama di sektor perbankan.
Ia pernah membeli BBRI dan untung 30 persen.
"Prinsipnya sederhana, beli murah dan jual saat harganya tinggi," tuturnya.
John pernah belajar analisa teknikal dari perusahaan sekuritas di Medan, namun dia tidak tertarik menerapkannya.
"Saya diajari untuk beli saham saat harga naik. Ini kurang logis sebab statistika dan peluang adalah dua hal yang berbeda," kata dia.
Dia jadi lebih yakin membeli saham-saham non unggulan yang salah harga bisa memberikan keuntungan besar.
John pun memberanikan diri membeli saham TPIA di kisaran harga Rp 4.000 dan menjualnya setahun kemudian di harga Rp 20.000.
"Saya mencari saham dengan PER dan PBV rendah, serta pertumbuhan penjualan dan laba bersihnya cukup bagus," jelas John.
Sukses dengan saham TPIA, John berinvestasi pada Indika Energy (INDY) di 2016. Namun kali ini ia kena batunya. Saham yang ia beli di harga Rp 500 per saham ternyata melorot ke Rp 100 per saham.
"Saya hitung seharusnya Rp 2.000 per saham.
Saya pikir diskon 75 persen, tapi malah jatuh.
Dari situ saya belajar ternyata harga murah, bisa jadi lebih murah lagi," kenang dia.
Namun ia bertahan mati-matian untuk tidak cut loss dan berharap harga batubara membaik. Tahun 2017, harapannya terwujud.
Saat ini modalnya telah tumbuh sekitar 60 persen per tahun.
Ia juga aktif di berbagai komunitas investor saham via sosmed. Pengetahuannya tentang investasi saham dan perusahaan di bursa sangat luas.
Berikut tips memilih saham pemenang dari John:
1. Produk
Cari perusahaan yang produknya mudah dimengerti dan tidak butuh banyak modal (capex). Contoh: pakan ternak (low capex high return) vs jasa penerbangan (high capex low return).
2. Kompetisi
Cari perusahaan yang mampu mencetak return on equity tinggi serta utang rendah. Biasanya perusahaan seperti ini juga memiliki profit margin yang lebih tinggi dibanding kompetitor.
3. Manajemen
Cari perusahaan yang memiliki Good Corporate Governance (GCG) baik, tidak menyalahgunakan uang perusahaan dan dijalankan oleh orang-orang yang punya kapasitas.
4. Valuasi
Cari perusahaan yang memiliki PER di bawah 5 kali dan PBV di bawah 0,8 kali, serta net asset value (nav) yang di atas nilai pasar ekuitas. (Krisantus de Rosari Binsasi)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul John Wen asal Medan sukses investasi saham di usia muda
