Pandemi Virus Corona di Bangka Belitung
Walau Provinsi Sudah Punya Alat PCR, Belitung Tetap Kirim Spesimen ke Jakarta Karena Hal Ini
Sudah ada niat dari Pemerintah Kabupaten Belitung untuk upaya membeli alat PCR itu. Nahkan sudah ada yang menawarkan alat tersebut seharga Rp1 M
Penulis: Disa Aryandi | Editor: Dedi Qurniawan
POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Laboratorium Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kini sudah milik alat PCR untuk melakukan pengecekan specimen swab tenggorokan untuk mendeteksi covid-19.
Meski demikian Belitung tetap melakukan pengujian specimen tersebut ke laboratorium Kementerian Kesehatan.
Alasan RSUD H Marsidi Judono Kabupaten Belitung tetap mengirimkan pengujian specimen tersebut ke Jakarta, lantaran antara Belitung dan Bangka sekarang ini terkendala transportasi.
Apalagi pesawat ke Bangka hanya dua kali dalam satu pekan.
"Kalau ke Provinsi memang lebih cepat, tapi terkendala transportasi, jadi tetap mengirim ke Jakarta. Soalnya lebih cepat ke Jakarta dengan kondisi penerbangan sekarang ini, apalagi ke Pangkalpinang hanya Nam Air, belum mau membawa sampel swab," kata Bupati Belitung H Sahani Saleh (Sanem) kepada Posbelitung.co, senin (20/4/2020).
Sehingga, orang nomor satu di Belitung itu sudah memutuskan untuk tetap melakukan pengiriman specimen ke Jakarta.
"Kalau pun bisa misalkan Nam Air, tetap harus ada pernyataan ketersediaan siap membawa sampel ini, karena barang ini kan tidak semua pesawat mau. Kita selama ini hanya Garuda yang mau, dan Citilink," ucapnya.
Kata Sanem, sejauh ini memang sudah ada niat dari Pemerintah Kabupaten Belitung untuk upaya membeli alat PCR itu.
Bahkan sudah ada yang menawarkan alat tersebut, dengan kisaran harga Rp 1 miliar.
"Kemarin bahkan alat PCR itu bisa keluar hasil nya 5 hingga 10 menit, sudah bisa diketahui apakah orang itu ada virus atau tidak. Hanya saja kemarin pembelian nya harus dilengkapi dengan tenaga medis, karena ada satu syarat untuk bisa alat ini, harus punya dokter paru," ujarnya.
Sedangkan di RSUD Kabupaten Belitung, lanjut dia, untuk dokter paru maupun dokter penyakit dalam, sekarang ini hanya satu bulan dan bertugas secara bergantian.
"Kalau alatnya dengan kondisi semacam ini kita paksakan beli, mampu beli, hanya SDM tadi," pungkasnya. (Posbelitung.co/Disa Aryandi)