Ramadan 2020

Benarkah Puasa Bisa Tingkatkan Imunitas untuk Cegah Virus Corona? Ini Penjelasan Dokter

Benarkan puasa bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang berguna untuk mencegah Covid-19? Berikut ulasannya.

Tribunnews
Puasa Ramadan 

POSBELITUNG.CO--Umat muslim kini telah memasuki bulan suci Ramadan 1441 H.

Di bulan Ramadan, wajib hukumnya bagi umat muslim untuk melaksanakan ibadah puasa. 

Sejumlah pihak berpendapat, puasa dapat memberikan pengaruh baik bagi tubuh.

Satu di antaranya, puasa disebut-sebut dapat meningkatkan daya tahan tubuh atau sistem imun.

Mengingat saat ini masyarakat tengah dilanda pandemi virus Covid-19.

Lantas benarkan puasa bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang berguna untuk mencegah Covid-19? Berikut ulasannya.

Dilansir TribunJakarta dari nu.or.id, Kabid Seksi Humas, Pusat Data dan Informasi pada Pimpinan Pusat Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PP PDNU), dr Heri Munajin mengatakan sistem imum sangat penting bagi tubuh manusia.

dr Heri mengatakan mengungkapkan, imunitas atau kekebalan tubuh merupakan sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh pathogen serta sel tumor.

"Fungsi dari sistem imun adalah melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit, menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing seperti bakteri, parasit, jamur, virus yang masuk ke dalam tubuh."

"Sistem imun juga menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk perbaikan jaringan, serta mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal," ujar dr Heri.

Dari sisi kedokteran, dr Heri juga menyebutkan bahwa puasa memiliki segudang manfaat.

"Tak hanya secara rohani berupa ibadah yang memperoleh pahala, puasa rupanya juga baik untuk kesehatan tubuh," imbuhnya.

Ia menyebutkan sejumlah jurnal telah mengungkapkan bagaimana hubungan antara puasa Ramadhan dengan kekebalan tubuh atau sistem imun.

Dalam jurnal Haitham A Jahrami dkk terbitan tahun 2020, menyebutkan bahwa RDIF menghasilkan penurunan berat badan yang signifikan, tetapi kecil.

"Heterogenitas dalam temuan mungkin mencerminkan variabel perilaku diet dan gaya hidup yang dipraktikkan selama bulan Ramadhan, bersama dengan variasi dalam durasi waktu puasa dan berbagai kondisi iklim dan geografis di sekitar orang yang berpuasa berbeda negara," sebut dr Heri mengutip jurnal tersebut.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved