Ilmuwan Sebut Cara Virus Corona Menginfeksi Sel Manusia 'Unik' dan Aneh

Berbagai interferon, yang diresepkan untuk hepatitis, kanker, dan banyak penyakit lainnya, dapat menyebabkan gejala seperti flu.

TribunVideo/Radifan Setiawan
Ilustrasi Covid-19 atau Virus Corona 

Jika itu semua berjalan baik, yakni kelompok sel A mampu menekan replikasi virus dengan waktu yang cukup lama, maka Sel-T yang merupakan pembunuh profesional bisa segera mematikan virus setibanya di lokasi. Jika tidak, tentu seseorang akan jatuh sakit.

Namun berbeda dengan SARS-CoV-2, yang secara unik memblokir suatu pertahanan sel tetapi mengaktifkan sel lainnya.

Ini berdasarkan penelitian yang dilakukan tenOever dan rekannya yang telah dipublikasikan dalam jurnal Cell.

Penelitian tersebut dilakukan dengan mempelajari sel-sel paru-paru manusia yang sehat yang ditumbuhkan di laboratorium, lalu pada musang (hewan yang mudah terinfeksi virus), dan pada sel-sel paru-paru pasien positif Covid-19.

Pada ketiganya peneliti menemukan bahwa setelah tiga hari terinfeksi, Virus Corona menginduksi sel-sel untuk memproduksi sitokin secara berlebihan.

Sitokin adalah protein inflamasi imun yang berfungsi untuk menangkal infeksi.

Namun, produksi sitokin ini pada akhirnya memblokir interferon yang berfungsi mengaktifkan sel untuk menekan replikasi virus.

Alhasil, tidak ada rem untuk virus mereplikasi diri.

Malahan yang terjadi adalah badai sitokin yang memicu terjadinya peradangan di paru-paru.

Sitokin memang baik untuk mengaktifkan sel imunitas tapi jika berlebihan itu akan berdampak buruk.

Badai sitokin pada paru-paru, membuat paru-paru dipenuhi cairan dan sel-sel imun yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyumbatan jalan napas, kemudian timbul sesak napas dan bahkan dapat berakibat kematian.

Oleh TenOver, perilaku virus SARS-CoV-2 unik dan menyimpang saat menginfeksi sel tubuh manusia, bagaimana virus memanipulasi genom targetnya.

Dalam studi terbaru lainnya, para ilmuwan di Jepang menemukan SARS-CoV-2 memiliki aktivitas anti-interferon yang kuat, melebihi virus Influenza dan SARS.

Di samping itu, tim peneliti di Icahn School juga tidak menemukan adanya interferon dalam sel paru-paru pasien Covid-19.

"Tanpa interferon, tidak ada yang bisa menghentikan virus untuk mereplikasi diri dan membusuk di paru-paru selamanya," kata TenOever.

Halaman
1234
Sumber: TribunWow.com
Tags
ilmuan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved