Ini Kronologi dan Penjelasan PLN Terkait Tagihan Listrik Pemilik Bengkel di Malang Tembus Rp 20 Juta
Seorang pemilik bengkel las asal Malang, Teguh Wuryanto mengeluhkan tingginya tagihan listrik yang ia gunakan hingga mencapai Rp 20,1 juta.
POSBELITUNG.CO -- Teguh Wuryanto, seorang pemilik bengkel las asal Malang, mengeluhkan tingginya tagihan listrik yang ia gunakan hingga mencapai Rp 20,1 juta.
Biasanya, tagihan listrik Teguh Wuryanto ini hanya berkisar Rp 1-2 juta per bulannya, dan selama ada pandemi corona ini, ia juga jarang menggunakan alat di bengkelnya.
Teguh pun sempat menuliskan kejadian yang ia alami ini di media sosial facebook dan menjadi viral.
Kronologi
Teguh mengatakan keanehan nominal tagihan bermula sejak meteran listrik di bengkelnya diganti dari analog ke digital pada Januari 2020.
Sejak saat itu, tagihan listriknya mulai naik, namun ia tidak menaruh curiga karena masih dianggap wajar.
• Jadwal Salat Magrib Hari Ini Jumat 12 Juni 2020 di Pulau Bangka & Pulau Belitung Serta Lokasi Masjid
Mengutip Kompas.com, tagihan pada bulan Februari sebesar Rp 2.152.494, kemudian pada Maret sebesar Rp 921.067 dan pada April kembali naik menjadi Rp 1.218.912.
Namun pada Mei, tagihan listriknya naik bekali-kali lipat menjadi Rp 20.158.686.
Menurut Teguh yang telah menjadi mitra dengan PLN selama 23 tahun ini tidak pernah terjadi masalah.
"Hubungan kami selama ini baik-baik saja, dan saya juga nggak merasa melakukan kesalahan apapun pada pihak PLN," tulis Teguh di Facebooknya.

Penjelasan PLN
Direktur Niaga dan Manajemen PLN Bob Saril mengatakan, melonjaknya tagihan listrik tersebut diakibatkan adanya kerusakan alat penyimpanan energi yang dikenal dengan kondensantor atau kapasitor.
Dilansir Kompas.com, Bob menjelaskan, jenis kegiatan las seperti yang dilakukan Teguh memang seringkali mengakibatkan ketidakstabilan tegangan listrik.
• Jadwal Terbaru MotoGP 2020 Resmi Diumumkan, Seri Pertama di Sirkuit Jerez Spanyol 19 Juli 2020
Diperlukan kapasitor untuk menyimpan dan menstabilkan tegangan listrik tersebut.
Kapasitor sendiri menghasilkan daya reaktif (kVarh) yang biayanya berbeda dengan tarif listrik pada umumnya, yakni kWh.