Berita Belitung Timur

Kisah Dimas Turun ke Lubang Tempat Dua Penambang Tewas di Kedalaman 28 Meter

Personel Tim SAR Gabungan secara teliti mengecek keamanan tali-tali yang mengikat tubuh Dimas Handika. Setiap orang berbagi tugas memastikan keamanan

Penulis: Bryan Bimantoro |
posbelitung.co
Personel Basarnas Belitung Dimas Handika (25) di latar lokasi kecelakaan tambang di Desa Mayang, Kelapa Kampit, Senin (28/6/2021). (Posbelitung.co/BryanBimantoro) 

POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Personel Tim SAR Gabungan secara teliti mengecek keamanan tali-tali yang mengikat tubuh Dimas Handika. Setiap orang berbagi tugas memastikan keamanan tali yang akan membantu Dimas turun ke bawah.

Dimas ditunjuk untuk turun ke dalam lubang tambang yang menewaskan dua penambang timah di kedalaman 28 meter di lokasi tambang milik PT MCM, Desa Mayang, Kelapa Kampit, Belitung Timur pada Minggu (27/6/2021) lalu.

Di lubang itu nanti Dimas bakal melakukan assesment atau meneliti bagaimana kondisi nyata lapangan apakah memungkinkan untuk dilakukan operasi penyelamatan korban. Karena selain tujuan berhasil mengevakuasi korban, keselamatan penolong juga harus jadi prioritas.

Secara perlahan Dimas memasuki lubang berbentuk persegi dengan panjang sisi hanya 60-80 cm. Langkah demi langkah dia pijakkan di kayu dinding lubang untuk melakukan assessment dihari kedua operasi pencarian korban.

Dia berada di dalam lubang tersebut selama hampir tiga menit. Lelaki berusia 25 tahun itu menuturkan hanya bisa bertahan dua sampai tiga menit di dalam sana karena merasa sesak sebab tekanan udara yang rendah.

"30 detik sebelum naik sudah merasakan sesak jadi berkabar ke atas minta segera dinaikkan karena jika lebih dari waktu tersebut bisa membahayakan," kata Dimas kepada posbelitung.co, Senin (28/6/2021).

Lelaki berdarah Jawa-Bangka ini bercerita selama di dalam lubang dia melihat di sepanjang lubang tersebut mengalir air cukup deras. Airnya sendiri menurut Dimas terlihat keruh namun tidak berlumpur. Di dalam sana dia juga melihat banyak selang sedot air, kabel, dan kayu-kayu rangka untuk pijakan kaki.

Sedetik usai dia menyentuh permukaan tanah Dimas langsung melaporkan bahwa kondisi di dalam lubang tersebut sangat rawan dan penuh dengan air.

"Kalau dua orang turun tidak bisa, tapi kalau satu orang juga tidak bisa terlalu lama," kata Dimas dengan kondisi masih sesak sebab berada di kedalaman delapan meter selama tiga menit.

Ditemui posbelitung.co beberapa jam setelah turun ke lubang itu, Dimas mengaku merasa takut saat ditunjuk turun ke lubang itu. Namun, karena rasa tanggungjawabnya yang tinggi terhadap profesi, dia turun ke lubang tersebut dengan berani.

Dimas mengatakan selama hampir tiga menit itu dia turun sedalam sekitar delapan meter. Saat turun di empat meter pertama dinding lubang dilapisi oleh kayu dengan pijakan kaki di dua sisi kiri kanan. Namun di empat meter setelahnya dinding lubang hanya tanah batuan dan pijakan kaki hanya ada di satu sisi.

Di kedalaman tersebut pun menurutnya sudah dipenuhi oleh air dan visibilitas sudah gelap sehingga tidak bisa melihat apapun kecuali diterangi senter penerang.

Disaat menuruni lubang itu, Dimas mengungkapkan bahwa dinding lubang sangat licin sehingga tidak dimungkinkan untuk turun lebih dari satu orang, bahkan jika hanya untuk memasang tabung oksigen.

Bapak anak satu ini mengatakan selama karirnya menjadi anggota Basarnas, evakuasi pencarian dua penambang ini termasuk paling berat karena kondisi lapangan yang sangat rawan. Namun, dia menegaskan setiap operasi pencarian selalu ada plus minusnya sehingga setiap kejadian selalu ditangani secara serius oleh Tim Gabungan.

"Sudah menjadi kewajiban kami melakukan operasi SAR pencarian bersama BPBD, Tagana, TNI/Polri, dan masyarakat setempat. Mohon doanya agar pencarian korban kecelakaan tambang ini bisa segera dievakuasi," harap Dimas. (Posbelitung.co/BryanBimantoro)

Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved