Cerita Oma Rifka Salim Lawan Covid-19 hingga Naik Ambulan Sendirian Tak Ditemani Anak Cucu
Oma Rifka Salim istri almarhum Pendeta Daniel Antonius ini merupakan penyintas covid-19 pertama yang masih sehat hingga saat ini
Penulis: Edy Yusmanto CC |
POSBELITUNG.CO - Raut wajah Oma Rifka Salim (74) datar saat menceritakan kembali kisahnya didiagnosa terpapar covid-19. Istri almarhum Pendeta Daniel Antonius ini merupakan penyintas covid-19 pertama yang masih sehat hingga saat ini.
Tepat 30 Juni 2021 kemarin, Oma Rifka merayakan hari kelahirannya ke-74 bersama anak dan cucu di kediamannya di Jalan Sudirman Toboali Kabupaten Bangka Selatan.
Pakaian serba merah muda yang dipakai Oma Rifka seolah memberi kesan 'semangat muda' pada keluarga besarnya malam itu.
"Puji Tuhan sehat sampai saat ini," jawab Oma dalam obrolan santai bersama bangkapos.com beberapa waktu lalu.
Suami Oma Rifka yaitu Pendeta Daniel Antonius adalah pasien covid pertama di Bangka Belitung yang meninggal dunia. Dan setelah melalui serangkain tes kala itu, Oma Rifka pun disebut ikut terkonfirmasi positif terinfeksi covid-19.
Tak ada bantahan atau perlawanan yang dilakukan Oma dan keluarga besar.
Beliau mengikuti saran medis untuk menjalani perawatan intensif di wisma karantina.
Tak ada orang yang menemani, anak dan cucu tak diperkenankan mendampingi.
"Saya juga heran kok tiba-tiba saya di tes kok bisa kena (covid-19). Sedangkan saya, tidak mengalami gejala demam atau sakit atau batuk sama sekali tidak. Kalau dipikirkan saya selama ini tidak pernah mengalami hal seperti itu. Tiba-tiba dibawa sama mobil ambulan anak-anak cucu tidak ada yang mendampingi saya sendirian," tutur Oma Rifka.
Setelah dinyatakan positif covid-19, Oma Rifka dijemput mobil ambulan untuk dibawa ke wisma karantina di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Perjalanan naik mobil ambulan tanpa ada yang menemani menjadi cerita tersendiri buat Oma Rifka.
Dia mengingat posisinya baring di bagian belakang mobil. Tak ada satupun orang disampingnya.
Supir dan pendamping duduk di kursi depan. Kebingungan pun menghantui Oma selama perjalanan.
"Saya pikir tidak ada siapa-siapa, saya pikir saya sendirian. Terus supir sama pendampingnya ada. Jadi mereka berdua di depan saya sendirian (di belakang). Jadi waktu itu jalan dari sini (Toboali) ke Pangkal kan cukup jauh. Jadi gedebak gedebuk saya tidak tidur posisinya berbaring. Disuruh baring yah saya ikutin saja mau dibawa ke mana dibuang ke hutan. Mau dibuang kemana ya saya ikutin aja. Saya pikirkan kan saya tidak tahu juga. Kok sebenarnya ada apa sih saya ikutin ajalah. Saya dak bantah dak lawan saya ikutin aja," jelas Oma.
Tiba di wisma karantina Oma semakin kebingungan. Tidak tahu apa yang harus dikerjakan.
Alhasil, semua instruksi tenaga medis diikuti Oma.
Oma menempati satu kamar yang ternyata sangat dingin.
Hal ini membuat Oma makin kebingungan, tidak tahu harus menghubungi siapa untuk membantunya mengurangi rasa dingin di dalam kamar kala itu.
"Waktu di karantina itu saya kok, kenapa saya sudah berhari-hari di sini. Sekitar tiga minggu atau 20-an hari, sampai saya sudah kewalahan sudah tidak tahan lagi. Waktu memang pertama masuk itu dingin karena AC-nya itu, saya pikir wah ini gawat nanti saya pacak (bisa) mati kaku di sini sangking dinginnya. Jadi telepon Heri (anak), mungkin Heri hubungi petugas lalu AC-nya dimatikan (tidak dingin lagi)," ungkap Oma.
Selama menjalani masa kanrantina Oma mengaku mendapatkan perlakuan sangat baik dari petugas medis.
Tak banyak keluhan yang disampaikan Oma.
Hanya pernah sesekali Dia mengatakan sulit tidur malam saat ditanya dokter yang bertugas.
"Kalau ada gejala tidur terus badan lemes bolehlah. Padahal saya tidak ada gejala apapun kok ssya bisa di sini, mungkin dokter lebih tahu ya. Dokter tanya ada keluhan tidak, saya jawab tidak. Waktu itu ada sekali-kali tidak bisa tidur. Jadi pas kalau ditanya saya kasih tahu saya bilang saya kurang itu tidak bisa tidur," papar Oma.
Hampir dua tahun berlalu dari peristiwa itu. Banyak cerita yang membuat Oma menjadi lebih peduli pada kesehatan tidak hanya pada diri sendiri tapi orang lain.
Dia pun membagikan tips sehat yang masih dikerjakannya hingga saat ini untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.
"Olahraganya jalan pagi, berdoa, baca alkitab. Selain itu olahraganya masak memasak, ke pasar. Sekarang sehat," ujar Oma.
Pesan penting yang ingin disampaikan Oma untuk semua masyarakat adalah memercayai rencana Tuhan lebih indah.
Tidak lupa juga Dia mengingatkan untuk selalu menjaga kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan.
"Pesan saya tidak usah takut serahkan saja hidup ini sama Yang Maha Kuasa. Spa yang terjadi ya kita serahkan saja Yang Diatas tentu rencana-Nya indah bukan membuat rancangan yang dak bagus tapi semua rancangan-Nya indah pada waktunya. Jadi kita tidak perlu takut khawatir apapun yang terjadi jalani saja. Saya percaya kalau kita ikuti jalani saja pasti Maha Kuasa bisa menolong kita. Itulah sehingga saya bisa kuat bisa sehat sampai saat ini saya tahu semuanya. Bukan oleh kekuatan kegagahan saya semua terjadi oleh kebaikan Yang Diatas. Ssaya juga berterima kasih banyak kepada teman-teman yang selalu berdoa supaya saya tetap sehat kuat biar Tuhan yang membalas berlipat ganda," jelas Oma.
Mari patuhi protokol kesehatan dan jalankan 3M yaitu mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak. Salam tangguh kita lawan covid-19. (Bangkapos.com/Edy Yusmanto)