Kim Jong Un Bikin Kebijakan Aneh di Hari Kematian Ayahnya, Rakyat Dilarang Tertawa Selama 11 Hari

Warga dilarang menunjukkan apa pun selain berkabung di hadapan publik, sedangkan negara mengingat kehidupan dan pencapaiannya

Editor: Hendra
STR / KCNA VIA KNS / AFP
Gambar ini dirilis oleh Korean Central News Agency (KCNA) resmi Korea Utara pada 1 Januari 2021 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menulis surat tulisan tangan untuk semua orang di Tahun Baru 2021. 

POSBELITUNG.CO -- Kebijakan yang dilakukan oleh pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un kepada rakyatnya terdengar sangat lucu dan mengelikan.

Ia melarang rakyatnya untuk tertawa dan bergembira ria selama 11 hari kedepan.

Kebijakan itu dikeluarkannya hanya demi memperingati hari kematian ayahnya, Kim Jong-il yang ke-10 tahun.

Baca juga: Wanita Tanpa Busana Tewas di Kamar Hotel di Belitung, Pelaku Kesal Salah Kamar, Harta Korban Disikat

Kim Jong-il merupakan generasi kedua pemimpin Korea Utara.

Ia menjadi penerus generasi pertama sekaligus pendiri Korea Utara, Kim Il-sung pada 1994.

Kim Jong-il memerintah Korea Utara hingga kematiannya pada 2011 dan kemudian diteruskan oleh putranya Kim Jong-un.

Masa kekuasaan Kim Jong-il diwarnai salah satu periode tergelap sepanjang sejarah negara tertutup itu, yaitu bencana kelaparan 1994-1998, yang membunuh jutaan orang.

Meski setiap tahun hari peringatan kematian Kim Il-sung dan Kim jong-il selalu dilakukan, namun durasinya berbeda.

Untuk Kim Il-Sung hari peringatannya dilaksanakan selama sepekan, sedangkan Kim Jong-il lebih lama, karena kematiannya merupakan yang terdekat.

Baca juga: Adegan Mesra Cupi Cupita dan Suami, Bintang Bagus Sampai Pejamkan Mata Hingga Sebut Puas Banget

Biasanya hari peringatan berkabung dilakukan selama 10 hari, tetapi untuk Kim Jong-il tahun ini lebih lama karena merupakan peringatan 10 tahun.

Warga dilarang menunjukkan apa pun selain berkabung di hadapan publik, sedangkan negara mengingat kehidupan dan pencapaiannya.

“Selama periode berkabung, kami tak boleh meminum alkohol, tertawa atau menunjukkan aktivitas bergembira,” ujar warga dari Kota Sinuiju, yang berbatasan dengan China kepada Radio Free Asia.

Sumber itu juga mengatakan bahwa belanja bahan makanan juga dilarang selama hari peringatan kematian itu.

“Dulu banyak orang yang tertangkap minum atau mabuk selama masa berkabung, dan diperlakukan sebagai penjahat ideologis,” ujarnya.

“Mereka dibawa pergi dan sejak itu tak pernah terlihat lagi,” kata sumber tersebut.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved