Penembak Jitu Cantik Paling Ditakuti ISIS, Dijuluki Mesin Pembunuh, Kepalanya Dihargai Rp13 Miliar
Nyali ISIS langsung ciut saat mendengar nama Joanna Palani hadir di medan perang, ia penembak jitu yang sudah menghabisi 100 tentara ISIS sendirian
POSBELITUNG.CO -- Tak semua tentara bisa menjadi seorang penembak jitu atau penembak runduk (sniper).
Dengan kemampuannya, seorang sniper bisa menembak sasaran atau musuhnya dari jarak jauh.
Bahkan aksi seorang sniper hampir tak diketahui oleh musuhnya.
Tak hanya ahli dalam menembak, seorang sniper juga harus ahli dalam bertahan hidup.
Dan yang tak kalah pentingnya adalah ahli dalam berkamuflase.
Baca juga: Resmi Berpacaran dengan Fuji, Thariq Takut Ketemu Ayahnya, Faisal Tegaskan Putrinya Fokus Kuliah
Seorang sniper bisa bersembunyi dalam waktu yang lama hanya demi mengincar targetnya.
Karena keahliannya yang sangat khusus ini, sangat jarang tentara menjadi seorang penembak jitu.
Kalaupun ada, tentara penembak jitu lebih sering seorang laki-laki.
Indonesia sendiri pernah memiliki seorang penembak jitu.
Namanya adalah Tatang Koswara.
Bahkan kehebatan Tatang Koswara, personil Angkatan Darat TNI ini sampai melegenda di dunia.
Lalu bagaimana bila seorang penembak jitu adalah perempuan.
Baca juga: Cara Unik Pasutri Jaga Gairah Bercinta, Rasakan Intim Seperti Malam Pertama, Tak Mau Tidur Seranjang
Hanya sedikit wanita yang memiliki keahlian menjadi seorang penembak jitu.
Salah satunya adalah Joanna Palani.
Banyak yang tak mengira ia adalah seorang penembak jitu.
Parasnya yang cantik, tapi sangat ahli membunuh sebagai penembak jitu.
Diusianya yang masih sangat muda, ia kini telah bergabung ke Angkatan Bersenjata Pemerintah Regional Kurdistan di Irak.
Tak sedikit tentara ISIS yang telah menjadi korban aksi penembak jitu ini.
Karenanya, Joanna Palani kini menjadi paling ditakuti dan dicari oleh ISIS.
Setidahkanya wanita cantik penembak jitu ini telah membunuh 100 tentara ISIS.
Baca juga: Gadis ABG Surabaya Kaget, Digrebek Layani Pria Open Bo di Kamar Rusunawa, Muncikari Tetangga Sendiri
Padahal kalau melihat penampilan Joana, mungkin tidak ada yang pernah terbayang dirinya adalah seorang sniper andal.
Keberadaannya bahkan membuat kelompok radikal ISIS ketakutan.
Karenanya ISIS rela mengeluarkan banyak uang dengan mengadakan sayembara demi kepala Joanna.
Siapapun yang bisa membawa kepala Joanna sang sniper cantik ini akan dihadiahkan uang Rp13 miliar.
Dilaporkan Daily Mail, Joana merupakan wanita berusia 23 tahun yang lahir dari keluarga Kurdi-Denmark.
Ia disebut telah meninggalkan bangku kuliah dengan bertempur melawan ISIS.
Dengan senapan SVD Dragunov dan Kalashnikov kesayangannya, ia dilaporkan telah menghabisi sekitar 100 nyawa pejuang ISIS di medan pertempuran kedua negara.
Atas prestasinya ini, Joanna jadi sniper kebanggaan Batalion YPG, bagian dari Angkatan Bersenjata Pemerintah Regional Kurdistan di Irak.
Dengan pakaian kamuflase, ia biasa “berburu” pada malam hari, dari tempat-tempat sepi, berbekal teropong termal, granat, dan makanan kecil.
Pengalaman buruk semasa kecil di pengungsian dan kerasnya perjuangan keluarganya (orang-orang Kurdistan) dalam peperangan di Irak, telah membentuk Joanna berbeda dengan perempuan pada umumnya.
Pada usia empat tahun, ia sempat diungsikan ke Denmark untuk mendapatkan pendidikan yang baik.
Namun keinginannya untuk menguasai senapan tak kuasa ditepis ketika kakeknya mengajaknya berlatih menembak pada usia sembilan tahun.
Darahnya selalu mendidih setiap kali mendengar berita pejuang ISIS memperlakukan buruk anak-anak dan perempuan.
Selanjutnya, keluarga di perkampungan Kurdistan Irak hanya bisa terpana mendengar Joanna meninggalkan bangku kuliah, pergi ke Irak pada 2014.
“Para penempur ISIS adalah mesin pembunuh, namun sejujurnya amat mudah untuk menjatuhkan mereka,” ungkapnya kepada Daily Mail.
Pimpinan ISIS bukannya tak menyadari bahwa Kurdi punya mesin pembunuh yang agak unik tersebut.
Untuk itu, mereka telah mengumumkan bahwa kepada siapa saja yang bisa membunuh atau menangkap Joanna Palani, akan diberi hadiah sebesar 1 juta dolar atau sekitar Rp13 miliar.
"ISIS memang sangat ingin menangkap saya, lalu menjadikan saya budak seks,” ungkapnya kepada Daily Mail.
Informasi keganasan sniper Joanna tampaknya sengaja dihembuskan untuk menurunkan moral pejuang garis keras ISIS.
Di lain pihak, informasi ini juga memancing berbagai media di Eropa untuk menguak kisah perjuangannya.
Kesempatan muncul ketika badan intelijen Denmark (P.E.T) menangkap Joanna pada Desember 2016.
Nick Fagge dan Lara Whyte dari Daily Mail Online berhasil mewawancarai The Most Wanted Woman Sniper ini tak lama setelah dibebaskan dari penjara akhir Januari lalu.
P.E.T. bermaksud “mengamankan” sang sniper, tapi pihak kejaksaan tampaknya tak mau ambil risiko. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/belitung/foto/bank/originals/sniper-wanita-joana-palani2.jpg)