Berita Belitung
Seluruh SMA/SMK di Belitung Bakal Terapkan Kurikulum Merdeka Belajar
Materi pembelajaran lebih fleksibel sesuai pilihan siswa, guru, dan sekolah untuk mencari materi esensial sesuai kebutuhan perkembangan anak.
Penulis: Adelina Nurmalitasari |
POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah V Bangka Belitung, Adi Zahriadi mengatakan, seluruh SMA/SMK di Belitung dan Belitung Timur akan menerapkan kurikulum Merdeka Belajar. Penerapannya akan dilakukan pada tahun ajaran baru 2022/2023 yang dimulai Juli 2022 mendatang.
"Guru sedang dipersiapkan menjalankan Kurikulum Merdeka, maka ada yang disebut guru penggerak yang nanti akan memberikan model pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka Belajar," katanya, Minggu (8/5/2022).
Ia menjelaskan, Kurikulum Merdeka ini merupakan upaya Mendikbud dalam mengubah sistem tatanan pendidikan.
Pada kurikulum ini, pemberian materi pembelajaran lebih fleksibel sesuai pilihan siswa, guru, dan sekolah untuk mencari materi esensial sesuai kebutuhan perkembangan anak. Dengan demikian pembelajaran lebih efektif.
Menurutnya, dalam penerapan kurikulum yang diinisiasi Mendikbud Nadiem Makarim ini diadakan diagnostik pra pembelajaran untuk menilai minat serta jenjang karir yang diinginkan siswa. Sehingga mereka dapat memilih dan menyesuaikan pilihan pembelajaran.
"Kalau dalam sistem pembelajaran tidak maksimal karena terlalu materinya melebar, akan diperkuat dengan model pembelajaran project based learning. Model ini bakal lebih signifikan diterapkan di jenjang SMK," lanjut dia.
Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar juga berkaitan dengan posisi Indonesia yang berada di urutan bawah pada hasil Programme for International Student Assesment (PISA) atau Program Penilaian Siswa Internasional.
Berdasarkan hasil survei PISA 2018 menempatkan Indonesia di urutan ke 74 alias peringkat keenam dari bawah.
Kemampuan membaca siswa Indonesia di skor 371 berada di posisi 74, kemampuan Matematika mendapat 379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi 71.
"Indonesia berpartisipasi di PISA mulai tahun 2000, tapi selalu stagnan posisi bawah. Dalam 10-15 tahun stagnan posisi bawah, makanya Mendikbud melakukan upaya perubahan sistem tatanan pendidikan melalui perubahan kurikulum," tuturnya.
(Posbelitung.co/Adelina Nurmalitasari)