Wisata Budaya

Kisah Unik Suku di Bangka Belitung, Komunikasi Ghaib Sang Dukun dengan Makhluk Halus Penghuni Hutan

Provinsi Bangka Belitung (Babel) kaya akan tradisi adat dan budaya. Berbagai suku di dua pulau ini, punya beragam keunikan.

Posbelitung.co/Dok
Masyarakat adat Suku Sawang Gantung Beltim menggelar Buang Jong selama empat hari 

POSBELITUNG.CO -- Provinsi Bangka Belitung (Babel) kaya akan tradisi adat dan budaya. Berbagai suku di dua pulau ini, punya beragam keunikan.

Di Pulau Belitung misalnya, ada istilah Muang Jong (Buang Jong). Ritual ini menunjukkan bahwa "Laut Tumpah Darah" bangsa maritim.

Orientasi terhadap kelautan ini menjadi dasar pedoman hidup bangsa maritim termasuk pandangan terhadap kekuasaan dan kekuatan alam. 

Suku Sawang di daerah ini percaya kekuatan di laut itu akan memberikan keselamatan sekaligus keberkahan. Seperti yang disampaikan oleh Fithrorozi, Pengiat Budaya Belitung, beberapa waktu lalu. 

Menurutnya, sesuai catatan, Kependudukan Depati didiami bangsa Cina, Eropa, orang laut, Melayu dan orang Darat.

"Muang Jong tradisi orang laut, Belanda menyebutnya Sekah. Namun sebutan Sekah yang diucapkan menjadi Sekak berkonotasi negatif. Orang Melayu menyebut Sekak suka makan mantak," Kata Fithrorozi, tiga tahun lalu.

Sehingga penduduk lokal setempat lebih suka dipanggil Suku Sawang. Sebutan Suku Sawang ini tercatat sebagai komunitas adat terpencil oleh departemen sosial.

Sedangkan berdasarkan, budaya orang darat yang bertujuan memohon keselamatan bukan Muang Jong tapi selamat laut.

Banyak Tetua Adat Suku Sawang menyebut mereka berasal dari pulau kecil. Namun pemahaman kata diam berbeda dari Orang Melayu atau Orang Darat.

Seperti dikutip dari Wikipedia, menjelaskan Muang jong atau upacara Muang Jong dilaksanakan tiga hari tiga malam berturut-turut. Ucapata ini akan dipimpin oleh seorang dukun.

Pelaksanaannya kemudian diikuti oleh semua orang Sawang dari berbagai wilayah di sekitar Pulau Belitung. Upacara Muang Jong akan diawali dengan tradisi mengambil kayu di hutan oleh masyarakat Sewang.

Sementara itu, sang dukun mulai mengadakan penyelidikan di hutan untuk menentukan kayu yang dapat diambil. Ketika dukun sudah memastikan area hutan mana yang dapat diambil kayunya, masyarakat kemudian berduyun-duyun memasuki hutan keesokan harinya diiringi oleh sang dukun.

Sesampainya di dalam hutan yang dituju, dukun akan mengadakan komunikasi secara gaib dengan makhluk halus penghuni hutan. Dukun akan memberikan sinyal kepada warga ketika sudah diperbolehkan untuk menebang pohon.

Tradisi Muang Jong dilaksanakan setiap tahun di daerah setempat. Tujuannya sebagai sarana untuk memohon diberikan perlindungan dan keselamatan bagi siapapun yang mencari nafkah di laut.

Ritual bahari ini dapat menjadi bagian dari ungkapan rasa syukur, tolak bala, dan berbagai kasih sayang dengan makhluk penghuni laut lainnya. Acara ini kemudian menjadi daya tarik wisata dan menjadi ajang acara silaturahmi.

Halaman
12
Sumber: Pos Belitung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved