Berita Pangkalpinang

46 Cagar Budaya di Pangkalpinang Bernilai Sejarah dan Ekonomi, Pemkot Sosialisasi Soal Perlindungan

Di Kota Pangkalpinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terdapat berbagai macam Cagar Budaya.

|
Penulis: Rusaidah | Editor: Novita
Istimewa/Dokumentasi PT Timah Tbk
Museum Timah Indonesia (MTI) Pangkalpinang. 

POSBELITUNG.CO, BANGKA - Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, warisan budaya bangsa yang mengandung nilai-nilai sosial-budaya yang penting dan mesti dirawat.

Sebagai bagian dari kebudayaan bangsa, Cagar Budaya (CB) perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Di Kota Pangkalpinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terdapat berbagai macam Cagar Budaya.

Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pangkalpinang Ratna Purnamasari, menyebut, total ada 46 Cagar Budaya di Kota Pangkalpinang secara nasional dan 28 Cagar Budaya sudah masuk ke dalam SK Wali Kota Pangkalpinang.

Cagar Budaya di Kota Pangkalpinang, tidak hanya sebagai warisan budaya yang menjadi sebuah bangunan kuno yang tidak termanfaatkan, tapi justru memiliki nilai ekonomi.

"Seperti Museum Timah, dimanfaatkan untuk sejarah pertambangan timah kita, kemudian ada Gedung Apotek Bangka yang kini dimanfaatkan untuk kesehatan, praktik dokter, gedung rumah sakit Timah yang kini masih dimanfaatkan juga untuk berobat, Tins Galeri yang kini jadi restoran," jelas Ratna kepada Bangka Pos Group, Jumat (17/2/2023).

Dia menegaskan, Cagar Budaya bukan semata-mata bangunan yang tidak boleh disentuh sama sekali.

"Masyarakat sudah tahu Cagar Budaya itu harus dilestarikan dan dijaga, tapi bukan berarti tak boleh disentuh, sama sekali itu terlalu kaku, maka perlu lagi kami menyosialisasikan, terutama dalam mengatur perlindungan," tuturnya.

Menurutnya, aset bersejarah atau aset masa lalu itu bisa dimanfaatkan untuk kehidupan kekinian dan masa depan.

"Perlu kita jaga dan kita lestarikan itu untuk kesejahteraan anak dan cucu kita ke depan. Belajar sejarah itu bisa dari benda situs atau bangunan Cagar Budaya, apakah itu hanya tugas kami utnuk menjaganya tentu saja tidak perlu dukungan langsung dari masyarakat maupun pihak lainnya," tuturnya.

Sehingga, kata Ratna, Cagar Budaya juga sangat berpengaruh kepada nilai ekonomi, bukan hanya pariwisata saja.

"Jelas berpengaruh untuk ekonomi, justru menghasilkan. Makanya harapan kita semakin banyak lagi yang mempromosikan Cagar Budaya ini agar semakin dikenal dan semakin bernilai ekonomi," terangnya.

Ratna yang juga dikenal dengan Bunda Tudung Saji itu menyampaikan, kini pihaknya menggandeng pihak sekolah untuk membangun kebudayaan di sekolah.

"Tahun kemarin kami ada lomba nge-vlog Cagar Budaya, materinya kami berikan dan peserta langsung pilih mau yang mana, jadi anak-anak itu bisa langsung tahu Cagar Budaya bukan hanya bentuknya saja. tapi langsung sejarahnya mereka paham," paparnya.

"Kami berharap ke depan lebih banyak yang peduli akan Cagar Budaya kita ini, bukan hanya tugas kami, tapi kita bersama bagaimana menjaga, melestarikan dan kembali memperkenalkan Cagar Budaya yang ada di daerah kita sendiri," tambahnya. (t2)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved