Berita Belitung

11 Desa dan Satu Kelurahan di Belitung Jadi Lokus Penanganan Stunting, Dua Desa Stunting Kronis

Pada 2022 lalu, data prevalensi stunting di Kabupaten Belitung mengalami perbedaan dari metode pendataan yang berbeda.

Posbelitung.co/Adelina Nurmalitasari
Wakil Bupati Belitung, Isyak Meirobie 

POSBELITUNG.CO, BELITUNG - Fokus pencegahan dan penanganan stunting di Belitung akan dilakukan di 11 desa dan satu kelurahan. Lokasi tersebut di antaranya Desa Sungai Padang, Air Seruk, Air Selumar, Keciput, Pelepak Pute dan Tanjung Binga di Kecamatan Sijuk.

Sementara di Kecamatan Badau akan lokus stunting yaitu di Desa Badau, Kacang Butor dan Ibul. Lalu di Kecamatan Selat Nasik yakni Desa Suak Gual dan Petaling, kemudian di Kecamatan Tanjungpandan akan dilakukan di Kelurahan Pangkalalang.

Pada 2022 lalu, data prevalensi stunting di Kabupaten Belitung mengalami perbedaan dari metode pendataan yang berbeda. Berdasarkan survei status gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Belitung meningkat. Dari sebesar 13,6 persen pada 2021 menjadi 19,8 persen pada 2022.

Sedangkan berdasarkan Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Balita Berbasis Masyarakat (EPPGBM), prevalensi stunting di Belitung pada 2022 lalu yakni 6,60 persen.

Terdapat dua desa yang termasuk dalam kategori desa stunting kronis dengan prevalensi lebih 20 persen. Desa tersebut yakni Desa Air Seruk dengan prevalensi 21,07 persen dan Desa Sungai Padang yakni 23,53 persen.

"Saat ini ada kebalikan dari hasil survei, tapi secara riil, bukan survei, itu stabil dan ada penurunan (prevalensi stunting)," kata Ketua Tim Percepatan Penanganan Stunting Kabupaten Belitung, Isyak Meirobie pada Senin (6/3/2023).

Dia menjelaskan, dari beberapa indikator seperti angka harapan hidup bayi yang lahir pada 2022 semakin baik. Indeks pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi juga terus membaik, serta angka kemiskinan Belitung turun tajam.

Maka terjadinya stunting masih dipengaruhi oleh perilaku ibu-ibu yang masih muda, wanita yang belum mengandung, dan wanita yang baru menikah masih memerlukan pendampingan dan edukasi.

Dalam pencegahan dan penanganan stunting, pihaknya pun akan bekerjasama dengan kantor urusan agama (KUA), Kementerian Agama, dan kader agar lebih masif dalam mengedukasi masyarakat terkait stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak.

"Agar kita lebih mudah, kalau sehari ada lima pasang yang menikah, ada data nama dan alamat sehingga bisa melakukan pendampingan, ketika ada potensi stunting bisa segera intervensi. Agar nanti dalam 1-2 tahun kemudian prevalensi stunting di Belitung turun tajam," kata dia.

Isyak menjelaskan, perbaikan gizi pada keluarga berisiko stunting perlu diperhatikan dalam seribu hari pertama kehidupan sejak pembuahan hingga anak berusia dua tahun. Dalam masa-masa itu, penting memberikan asupan nutrisi bagi ibu saat mengandung, serta memerhatikan kecukupan gizi anak.

'Ketika masa itu lewat tidak mungkin dilakukan perubahan. Beda sekali anak stunting dan genetik biasa, jadi perlu ada kesadaran masyarakat untuk akses gizi lebih baik," sambungnta.

Dengan pendampingan dan edukasi yang lebih masif, ia berharap stunting di Belitung akan turun drastis di tahun depan.

(Posbelitung.co/Adelina Nurmalitasari)

Sumber: Pos Belitung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved