Traveling

Wisata Alam, Asyiknya Mentor Kepiting Bakau di Pulau Bangka, Ngait Ketam di Pulau Belitung

Di Pulau Bangka, masyarakat lokal sudah terbiasa berburu kepiting bakau menggunakan jaring bulat (mentor) atau bubu.

bangkapos.com
Tugu Ketam Remangok si raksasa baru yang menghiasi wajah kota Pangkalpinang di perbatsan kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka atau di Selindung Jalan Sungailiat Pangkalpinang. (Bangkapos.com) 

Di dekat tugu kepiting itu akan dibangun pasar ikan dan buah. Pembangunan itu diharapkan dapat menggerakkan ekonomi masyarakat sekaligus mengangkat citra pariwisata Kota Pangkalpinang.

"Insya Allah bulan depan untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM-Red) sudah bisa berjualan di sana. Lampu-lampu kita pasang, pohon dipercantik, pelan-pelan kita bangun menjadi satu titik kawasan baru ekonomi," katanya.

Kata Molen, dalam pengembangan nantinya pemerintah kota akan menggandeng dan memberdayakan masyarakat sekitar kawasan Tugu Ketam Remangok, terutama nelayan penghasil seafood jenis kepiting dan kepah atau kerang untuk meningkatkan taraf perekonomiannya.

Sehingga nantinya wisatawan yang datang ke Pangkalpinang merasa belum afdol jika belum berkunjung ke kawasan itu. 

Ngait Ketam di Pulau Belitung

Tak hanya di Pulau Bangka, di Pulau Belitung, Kepiting Bakau bukan hal yang baru. Mencari kepiting bakau termasuk satu di antara aktivitas masyarakat Desa Airsaga, Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung.

Apalagi daerah ini memiliki demografi garis pantai ditumbuhi hutan mangrove.

Kegiatan yang biasa disebut ngait ketam itu biasa dilakukan masyarakat menjelang sore ketika air laut surut.

Namun butuh perjuangan dan kepiawaian untuk mencari hewan bernama latin scylla itu.

Sebab, kepiting bakau bersarang di lubang di antara akar bakau (mangrove).

Tak ada jalanan yang rata, hanya akar mangrove menjulang ke atas tanah menjadi landasan.

Sesekali akar muda yang dipijak tiba-tiba patah atau dipaksa merunduk karena jalan tertutup akar.

Gigitan serangga agas yang menimbulkan rasa gatal, menambahkan tantangan tersendiri bagi pencari kepiting.

"Memang kalau sudah bulan-bulan segini agak kurang. Biasanya itu banyak pas musim angin barat saat air laut pasang tinggi," ujar Memet, Warga Desa Airwaga, Minggu (19/3/2023) lalu.

Berbekal tongkat kayu ditambah besi diameter kecil dengan ujung bengkok, menjadi alat utama yang digunakan.

Sumber: Pos Belitung
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved