Pos Belitung Hari Ini

Tiket Pangkalpinang-Palembang Sold Out, Pemudik Pulang Lebih Awal Siasati Mahalnya Tiket Pesawat

Pemudik yang hendak menggunakan pesawat terbang dari Bandara Depati Amir Pangkalpinang menuju Palembang dan belum membeli tiket, harus gigit jari.

Editor: Novita
Dokumentasi Posbelitung.co
Pos Belitung Hari Ini, Rabu 5 April 2023 

POSBELITUNG.CO, BANGKA - Pemudik yang hendak menggunakan pesawat terbang dari Bandara Depati Amir Pangkalpinang menuju Palembang dan belum membeli tiket, tampaknya harus gigit jari.

Tiket pesawat Sriwijaya Air, satu-satunya maskapai yang melayani penerbangan Pangkalpinang-Palembang sudah habis terjual atau sold out. Sementara penerbangan tambahan atau extra flight pada arus mudik tahun ini dipastikan tidak ada.

"Tiket pesawat untuk rute tujuan Palembang mulai H-7 hingga H-1 Lebaran Idulftri atau dari tanggal 15-21 April sudah sold out (habis terjual, red)," ujar Distrik Manager Sriwijaya Air Pangkalpinang, Kian Se kepada Bangka Pos, Selasa (4/4/2023).

Lanjut Kian Se, penerbangan tujuan Jakarta dan Tanjungpandan, jelang Lebaran, tingkat keterisian masih berkisar 50 persen-80 persen. Ia menambahkan, pemesanan tiket pesawat untuk H-7 Lebaran sudah terjadi sejak awal minggu kemarin.

Dia mengatakan, pada momen Lebaran tahun ini pihaknya meniadakan extra flight.

"Kita (Sriwijaya Air, red) tidak ada extra flight untuk momen libur Lebaran tahun ini," tuturnya.

Kian Se membenarkan jelang lebaran harga tiket mengalami kenaikan.

"Kalau untuk tiket pesawat jelang lebaran memang ada kenaikan, rata-rata harga tiket tujuan Jakarta sudah berkisar Rp1.184.000," imbuhnya.

Senada, Distrik manager Lion air Group Pangkalpinang, Lukman Nurjaman mengungkapkan jika para calon penumpang sudah mulai memesan tiket untuk penerbangan H-7 Lebaran.

"Untuk keterisian jelang Lebaran tahun ini sudah di angka 70 persen. Dan rata-rata dengan berkembangnya teknologi paling banyak pemesanan tiket ini melalui online," ujar Lukman.

Diakuinya, kenaikan harga tiket pesawat menjelang Lebaran memang kerap terjadi, terlebih permintaan yang tinggi.

"Harga tiket ini naik sesuai dengan permintaan saja, saat permintaan tinggi otomatis ada kenaikan harga. Tapi masih dalam batas tarif yang ditentukan pemerintah," kata Lukman.

Dia menambahkan, sama dengan Sriwijaya Air, sejauh ini maskapai Lion Air juga tidak mengadakan extra flight untuk momen libur Lebaran.

Berdasarkan penelusuran Bangka Pos, Selasa (4/4/2023) dua pekan menjelang puncak mudik Lebaran Idulfitri tahun 2023, harga tiket pesawat mulai mengalami kenaikan.

Harga tiket pesawat di aplikasi penjualan tiket pesawat Traveloka pada Senin bertengger di kisaran Rp500 ribu - Rp1 juta untuk rute Jakarta-Pangkalpinang. Sedangkan rute Palembang-Pangkalpinang dan Pangkalpinang-Tanjungpandan berada di kisaran Rp300 ribuRp500 ribu.

Mudik Lebih Awal

Untuk menghindari harga tiket pesawat yang kian mahal saat mendekati Lebaran, pemudik memilih sengaja pulang ke kampung halamannya lebih awal. Di antaranya Putri Saihurina (28) dan suaminya yang telah siap jauh-jauh hari berangkat ke kampung halamannya yaitu Kota Palembang, Sumatra Selatan.

"Rencananya mau ke rumah mertua, terus sekalian ke tempat keluarga-keluarga dari orang tua yang kebetulan juga orang Palembang," kata Putri kepada Bangka Pos, Selasa (4/4/2023).

Tahun ini Putri akan berangkat mudik melalui jalur udara seminggu sebelum Lebaran Idulfitri. Dia telah membeli tiket pesawat pulang-pergi (PP) tujuan Palembang dengan harga Rp1.200.000 beberapa hari sebelum keberangkatan guna menghindari lonjakan harga.

"Kami sudah beli tiket, kenapa berangkat lebih awal seminggu sebelum Lebaran, biar tidak terlalu mahal tiketnya dibanding tiga hari sebelum lebaran," bebernya.

Sementara Dila gadis asal Pulau Bangka yang bekerja di Jakarta, rencananya akan pulang ke Bangka pada tanggal 19 April 2023. Khawatir harga melejit, Dila sudah membeli tiket di awal puasa kemarin. Namun diakuinya harga sudah mahal.

"Mahal, saya dapat tiket yang harganya Rp1.134.500, kalau misal belinya dekat Lebaran enggak kebayang gimana harganya, sekarang aja udah mahal," keluh gadis berusia 25 tahun ini kepada Bangka Pos, Selasa (4/4/2023).

Walaupun harga tiket mahal, Dila tetap nekat mudik, sebab Lebaran menjadi momen untuk berkumpul dengan keluarga tercinta.

"Soalnya sudah rindu, pastinya keluarga dan semua keluarga lebaran di rumah, dan juga kangen masakan ibu," ungkapnya.

Mudik Gratis

Sementara jelang Idulfitri 1444 Hijriah, PT Timah Tbk bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggelar mudik gratis bagi masyarakat. Melaui kegiatan bertajuk Mudik Dinanti, Mudik Dihati Bersama BUMN 2023.

Mudik gratis tahun 2023 anggota Holding Industri Pertambangan MIND ID ini menyediakan 1.000 kuota peserta dengan tujuan Bangka (Pangkalpinang, Muntok, Toboali, Belinyu) dengan kuota 650 orang, Belitung (Belitung dan Belitung Timur) dengan kuota 250 orang dan Kepulauan Riau (Tanjung Balai Karimun) dengan kuota 150 orang.

Kepala Bidang Komunikasi Perusahaan PT Timah Tbk, Anggi Siahaan mengatakan mudik gratis ini diperuntukkan bagi mahasiswa dan masyarakat umum. Untuk itu, PT Timah Tbk juga berkolaborasi dengan Ikatan Siswa/Mahasiswa Bangka (ISBA), Ikatan Pelajar Keluarga Belitong (IKPB), dan KPMKR (Keluarga Pelajar Mahasiswa Kepulauan Riau).

"Mudik gratis ini merupakan program rutin yang dilakukan PT Timah Tbk untuk membantu masyarakat yang ingin pulang ke kampung halaman dan berkumpul dengan keluarga di Hari Raya Idulfitri," kata Anggi dalam rilisnya kepada Bangka Pos, Selasa (4/4/2023).

Anggi menyebutkan, mudik gratis merupakan kegiatan kolaborasi dengan Kementerian BUMN untuk membantu masyarakat bisa mudik dengan aman, nyaman dan lebih ramah.

Melalui Mudik bersama ini juga akan mengalihkan pengguna kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor, ke kendaraan umum yang memenuhi standar keselamatan. Selain itu, dengan berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi juga akan mengurangi emisi.

"Mudik gratis ini bertujuan untuk menyediakan moda transportasi umum yang aman bagi para pemudik," ucapnya.

Momen Melepas Rindu

Sosiolog/Dosen Sosiologi UBB, Luna Febriani mengemukakan, mudik merupakan fenomena rutin yang dilakukan oleh masyarakat, khususnya umat Islam, setiap tahunnya dalam rangka merayakan Hari Raya Idulfitri.

Secara historis, fenomena mudik ini muncul seiring masifnya terjadi migrasi masyarakat dari desa ke kota atau yang sering disebut dengan urbanisasi. Proses migrasi masyarakat ke kota ini tidak dapat dilepaskan dari mulai bertumbuh kembangnya pembangunan dan ekonomi di kota yang ditandai dengan terbukanya sistem ekonomi pada era orde baru.

Perkembangan pembangunan dan ekonomi yang pesat di kota ini kemudian menjadi magnet bagi masyarakat desa. Ditambah lagi terdapat konstruksi dalam masyarakat desa saat itu, yang ketika orang-orang pindah, menetap dan bekerja di kota akan dilabeli sebagai orang sukses.

Maka, orang-orang desa kemudian berbondong-bondong melakukan migrasi ke kota selain untuk
memperbaiki hidupnya juga untuk meraih label sukses yang diberikan oleh masyarakat.

Perjalanan dari kota ke desa menghabiskan waktu yang cukup panjang dan biaya yang tidak sedikit serta pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan bagi mereka yang sudah bekerja di kota.

Hal tersebut membuat masyarakat yang sudah tinggal di kota ini tidak memungkinkan pulang ke desa mereka setiap saat. Maka, momen lebaran menjadi salah momen yang dijadikan masyarakat untuk rutin pulang ke desa mereka.

Momen lebaran kemudian menjadi relevan untuk masyarakat perantau pulang ke desa setiap tahunnya, mengingat sistem yang ada dalam masyarakat turut mendukung.

Sistem tersebut di antaranya, sekolah dan instansi tempat bekerja diliburkan dalam jangka waktu yang cukup lama, adanya pemberian tunjangan hari raya yang memungkinkan membantu dalam melakukan perjalan mudik, pemerintah memberikan fasilitas-fasilitas tertentu untuk mendukung mudik seperti fasilitas mudik gratis, perbaikan jalan, serta penyediaan rest area bagi
pemudik.

Makna Lain

Selain dalam rangka melepas rindu pada keluarga besar dan kampung halaman yang telah lama ditinggalkan, mudik juga memberikan makna lain baik bagi pemudik itu sendiri maupun keluarga dan desa tempat tinggal.

Pertama, fungsi rekreasi bagi individu maupun keluarga. Fungsi rekreasi di sini dimaksudkan untuk menyegarkan kembali jasmani dan rohani seluruh anggota keluarga.

Tidak dapat dipungkiri aktivitas yang padat serta permasalahan kompleks yang kerap dihadapi oleh individu maupun keluarga di kota tentu membuat penat. Maka, untuk menghilangkan penat ini dibutuhkan aktivitas yang dianggap dapat menyegarkan kembali seperti pulang kampung halaman, bertemu dan bersosialisasi dengan keluarga besar hingga berkunjung ke tempat-tempat wisata.

Dengan melakukan aktivitas rekreasi ini, individu dan keluarga dapat mengumpulkan energi baru yang membuat jasmani maupun rohani terasa segar kembali.

Kedua, fungsi ekonomi. Tidak perlu diragukan lagi, kerap terjadi perputaran dan peningkatan ekonomi ketika fenomena mudik berlangsung. Perputaran dan peningkatan ekonomi ini bukan saja dirasakan oleh desa yang menjadi sasaran mudik, namun juga bagi usahausaha mikro hingga swasta seperti jasa penerbangan.

Biasanya, dalam rangka menyambut para pemudik, sektor-sektor pariwisata yang ada di desa maupun di sekitarnya menjadi menggeliat dan ramai dikunjungi ketika momen lebaran.

Hal ini selain berdampak positif bagi sektor pariwisata itu sendiri yang memberikan keuntungan bagi usaha-usaha mikro masyarakat di sekitarnya, misalnya para penjual makanan dan minuman.

Ketiga, fungsi peningkatan status keluarga. Fungsi ini memang tidak dapat dilihat secara nyata, namun dapat dirasakan terutama bagi keluarga yang menerima kedatangan para pemudik dari kota.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, masih terdapat keyakinan yang menganggap bahwa para perantau yang tinggal dan kerja di kota sebagai orang sukses dan berhasil.

Maka, ketika para perantau ini pulang ke kampung halaman, mau tidak mau dengan adanya keyakinan seperti itu, keluarga yang ada di desa pun akan dianggap sebagai keluarga yang berhasil dan memiliki status yang tinggi karena dianggap berhasil mengirimkan keluarga mereka ke kota.

Tak heran, keluarga-keluarga yang menyambut anak atau saudara mereka mudik dari kota ini biasanya mendapat perhatian lebih dari masyarakat desa itu sendiri. Lebih dari itu, hal ini akan menambah kebahagian tersendiri bagi keluarga yang ada di desa. (t3/s2/w6)

Sumber: Pos Belitung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved